Anakku sayang.... enam belas tahun berlalu, sungguh bukan sebuah perjalanan singkat dalam mengembangkan jati diri. Namun, tidaklah cukup singkat bagi perjuangan menjadi pria bijak dan dewasa dari hari ke hari.
Anakku sayang.... terlahir dari buah kasih kami, maka lahirkan selalu damai dalam hatimu dan bagi orang di sekelilingmu. Meski terkadang hidup tidak selalu bisa diajak untuk berdamai......
Anakku sayang.... impian dan harapan yang terbentang luas, jangan pernah lepas dari tiang untuk tegak sebagai saka bagi sandaran banyak orang. Kepakkan sayapmu, jadilah yang terbaik yang engkau inginkan.
Anakku sayang.... Bahkan, tidak ada pesta meriah gegap gempita yang bisa kami berikan, tidak juga harta benda yang terwaris bagimu. Tidak ada, anakku.... Karena harta dan materi akan berlalu seiring usia. Namun kenangan akan cinta akan tergurat abadi slamanya.
Anakku sayang.... karena kita tidak bisa memilih akan terlahir dari rahim siapa dan di tengah keluarga yang bagaimana. Maka, jangan sesali masa lalu, jangan pernah mendendam dan menangisi masa silam. Namun teruslah bergerak untuk masa depan.
Anakku sayang.... bila panggilan nurani menyentak dan menggoda sanubari, jangan pernah ragu untuk bertindak, jangan surut jejak langkah. Namun pikirkan dengan bijak sebelum berkata dan berbuat.
Maka..... tumbuhlah anakku, bersama kasih Hyang Widhi, teguh kukuh di jalan Dharma., tumbuhlah menjadi yang dikau inginkan, bukan yang kami inginkan, dan bukan yang mereka inginkan........
Sabtu, 30 Juni 2012
Rabu, 27 Juni 2012
Ngaturang ngayah ring Pura, Piodalan malih tigang rahina, ring Tumpek Landep
Rabu sore, 27 Juni 2012. Kami tuntas bertugas sebagai pewawancara di
kantor di Nusa Dua Bali. Ada 947 calon mahasiswa baru di STPNDB.
Sebagian dari mereka terdaftar mengikuti Ujian Wawancara hari ini,
sebagian lagi pada keesokan harinya. Setelah tiba dari tugas di kantor,
kusempatkan rehat sejenak.
Pukul
7 malam, para ibu umat Hindu di Perumahan kami yang bisa meluangkan
waktu, berkumpul di Pura Padmasana perumahan kami. Kami akan
melaksanakan Piodalan Pura, bertepatan dengan Tumpek Landep, pada hari
Sabtu, 30 Juni 2012.
Ibu
Ida Ayu Puspaadi, yang juga merupakan rekan satu kantor, masih dalam
perjalanan dari Tabanan menuju Denpasar. Sungguh sebuah perjuangan....
setelah tuntas melaksanakan uji Wawancara bagi calon mahasiswa baru di
kampus kami, beliau pulang kampung karena ada urusan keluarga. Dan,
tetap berniat ingin bergabung ngaturang ayah mejejaitan, berkumpul
bersama kami, di Pura Perumahan ini.
Hmmm.
Sungguh, sebuah yadnya indah dari ibu Dayu Puspaadi yg bisa menjadi
semangat dan teladan bagi banyak orang. Rasa letih, galau dan pusing
yang melanda, dari urusan kerja dan juga keluarga, mertua yang sedang
sakit, neneknda yg berpulang, anak sedang demam, dilanda macet sepanjang
perjalanan. Tidak mengurangi niat dan semangat dalam dirinya. Semoga
aku bisa meneladani pula, ibu yang cantik, cerdas, ramah, master
pariwisata, dan pakar perbantenan ini.
Tuhan......
Ida Sang Hyang Widhi Wasa.....
Betapa,
kami yang berasal dari beragam daerah, di malam hari yang berangin ini,
berkumpul bersama. Kami meluangkan waktu untuk bercengkerama, menowes
busung, menggunakan semat / lemat, mejejaitan dan merangkai setiap
untaian bebantenan yang kami bisa.
Tanpa
memandang gelar dan jabatan, usia dan tingkat pendidikan, asal usul dan
karakter masing-masing, materi harta benda yg kami miliki atau keahlian
yg ada...... Karena, hidup adalah indah dengan segala nuansa pelangi di
antara kita.
Karena
dalam hidup ini, kita tidak bisa berjalan sendiri.... Bagai tiap
jalinan yang dirakit tatkala mejejaitan, setiap bagian memberi arti,
setiap bagian memiliki sejarah, bentuk, fungsi dan makna tersendiri,
yang kemudian menjadi satu. Semoga harmoni membawa damai di hati, dan juga di bumi.
Selasa, 26 Juni 2012
Uji Wawancara STPNDB hari I, Rabu 27 Juni 2012
Sekitar sembilan ratus empat puluh sembilan calon mahasiswa baru berjuang melalui Uji Wawancara Pensisba STPNDB hari I, Rabu, 27 Juni 2012. Hmmm, semoga kalian semua sukses menjalani ini semua, dalam mewujudkan cita-cita dan harapan kalian, anak-anakku.....
Aku mendapat tugas di ruang Padma blok B 102, bersama Dr. Wisnu Bawa Tarunajaya dan ibu Hartanti Woro. Ada lima belas kandidat yang kami dapatkan, namun satu orang di antaranya tidak hadir. Beberapa dari mereka menjadi catatan kecil ku. Dan.... inilah informasi yang ingin kubagi bersama para sahabat.
Komang Sani Arsana. Penampilan pemuda satu ini biasa saja. Masuk dan duduk diam. Namun, perlahan, ceritera yang mengalir membuktikan wawasan pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Berasal dari Tianyar, Desa Sukadana, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Sepenuh pengalaman, sebagai kasir dan waiter, dari pariwisata dan tentang wine. Pekerja keras dan ingin meraih masa depan yg lebih baik demi keluarga. Ah.... Semoga dikau juga berhasil dalam perjuanganmu.
Putu Deva Ariesta Putra. Ibuku seorang pemilik travel. Aku ingin melanjutkan usaha dan perjuangannya mengembangkan bisnis. Demikian ujarnya. Hmmm, anak ini tahu persis visi dan misi pendidikan se dari awal. Hobi masak dan jawara di bidang vocal.... jemputlah jalan hidupmu sepenuh semangat.
Akhirnya ada si Okta. Gadis cerdas nan cantik yang menatap dengan tatapan tiada ragu saat bertutur tentang harapannya di masa depan. Juga Suryani Martatika yang menguraikan kemampuannya dengan gamblang. Ah ha... teruslah kembangkan kepak sayap kalian, gadis-gadis muda, buktikan bahwa perempuan adalah mahluk tangguh dan teguh kukuh dalam jalani setiap tantangan dan rintangan.
Linggar Suputra Yasa, seorang putra dari Seraya, Karangasem. "Bapakku seorang driver, dan ibu seorang pedagang canang". Sahutnya saat ditanya tentang keluarga. Kemampuan berpikir logis dan bertutur kata yg sistematis, juga keahlian yang dimiliki dari pengalaman kerja di bidang pariwisata membuktikan kematangan dalam mengembangkan dirinya. Semoga dikau berhasil dalam meraih apa yg tergambar di benak tentang harapan dan cita-citamu kelak.
Anak-anakku sayang...... Hidup tidak lah mudah, tidak segampang dalam bertutur kata. Jalani semua dengan sepenuh perjuangan. Terjatuh berkali, bangkit kembali berkali dan berkali.... Jadilah pribadi yang teguh dan kukuh, menjadi semakin bijak dan dewasa dari hari ke hari.....
Putri Cintrelalla pulang pukul 12 malam ???
Selasa, 26 Juni 2012. Putra Sulungku berangkat sore ke Margarana.
Smansa Youth Red Cross mengadakan kegiatan, dan wakil dari SCC bergerak kesana.
Si bungsu selesai bermain layangan dan menikmati makan malam.
Aku menuntaskan pengetikan artikel bagi jurnal kampus sambil menge print materi bagi suami.
Pukul 12 malam, Adi minta dijemput, karena motor terkunci di sekolah,
sedang temannya mengantarnya hanya hingga dekat area Dalung.
Suami yang baru sembuh dari demamnya, tertidur lelap dengan sang bungsu.
Hmmm.......
Maka, tugas sang putri Cintrelalla maju berjuang.
Mengomel dan takut takkan hentikan masalah.
Lakukan apa yang bisa kita lakukan. Dengan sepenuh pertimbangan.
Menyusuri gelap malam hari dengan berbagai kemungkinan di jalan.
Berdoa, dan.... berjuang.
Jadilah aku... Sang Putri Cintrelalla yang keluar pukul 12 malam...
Smansa Youth Red Cross mengadakan kegiatan, dan wakil dari SCC bergerak kesana.
Si bungsu selesai bermain layangan dan menikmati makan malam.
Aku menuntaskan pengetikan artikel bagi jurnal kampus sambil menge print materi bagi suami.
Pukul 12 malam, Adi minta dijemput, karena motor terkunci di sekolah,
sedang temannya mengantarnya hanya hingga dekat area Dalung.
Suami yang baru sembuh dari demamnya, tertidur lelap dengan sang bungsu.
Hmmm.......
Maka, tugas sang putri Cintrelalla maju berjuang.
Mengomel dan takut takkan hentikan masalah.
Lakukan apa yang bisa kita lakukan. Dengan sepenuh pertimbangan.
Menyusuri gelap malam hari dengan berbagai kemungkinan di jalan.
Berdoa, dan.... berjuang.
Jadilah aku... Sang Putri Cintrelalla yang keluar pukul 12 malam...
Rabu, 20 Juni 2012
Dian Lesmana, Sang Magma
Dian, "THE ONE WHO NEVER FAIL IS THE ONE WHO NEVER TRY..."
Ini yg ditulisnya tentang gambaran dirinya sendiri.
Dian, tipikal perempuan muda era kini....
Menetapkan rencana pasti,selalu ingin tahu, kritis dan mandiri.
Dian, anakku yg satu ini....
Mengenangmu, mengingat perjalanan sepanjang STPNDB, di antara
kesibukan kuliah, dan berkali perjalanan spiritual bersama. Desember
2009 ke Pura Luhur Andakasa bersama Sri Yanti, Suzzane, dan Keluarga
Nyoman Gede Artha. Januari 2010 ke Pura Luhur Tanah Lot bersama Suzzane.
Ah.... smoga Hyang Widhi selalu menyertai jejak langkahmu, anakku.
Dian, sayangku....
Cantik, cerdas, pekerja keras dan ingin mewujudkan impian masa depan.
Setamat STPNDB, dia lanjut pendidikan tentang Event Management · di Central Tafe,
Perth City, Western Australia, Australia, semenjak 2011.
Dian, yg kini sedang bersedih...
Karena sang Papa di Bali berpulang,
Hingga dia tinggalkan sementara sekolah dan kerjanya di Aussie...
"Papa bakal dikremasi hari Jum'at, 22 Juni 2012, bu" Ujarnya padaku via chat box di FB.
Dian,
Kutuntaskan diskusi dengan sang Mami, bunda Sukerti
Hmmm, perempuan tangguh berprinsip teguh kukuh
Benar...
agama adalah ruang privacy dengan tidak bisa abaikan tempat dan waktu
di mana kita berpijak dan melangkah....bukannya dengan menyembah ujung
kaki seseorang, namun menghargai orang lain, karena hanya Tuhan yg
pantas kita puja selalu..... Sungguh bangga punya seorang bunda seperti
beliau, dan anak seperti dirimu.
Dian, anakku sayang....
Duka, jangan membuatmu jadi luluh dan runtuh.
Sepi sendiri, jangan membuatmu nestapa, karena, meski nun jauh disana, akan banyak org hadir di sklilingmu.
Dian,
Hidup terkadang sungguh kejam, tidak seindah yg kita bayangkan, kita
impikan. Tidak semudah cita-cita kita. Kejarlah cita-cita dan cintamu.
Jangan mudah menyerah kalah. Isi lah setiap sisi dalam hatimu, dengan
pengalaman seluas mungkin.
Untuk menjadi sosok yang semakin bijak dan dewasa.
Untuk menjadi pribadi yang menghargai dunia dimana pun engkau berada.
Untuk menjadi...... Dian Lesmana, Sang Magma.
Kamis, 14 Juni 2012
World Hindu Summit, 8-12 Juni 2012 di Bali (1)
Tanggal 25 Mei 2012, kubuka sebuah situs, http://summit.worldhinduparisada.org/index.php?start=4, dan mendaftarkan diriku juga suami di sana. Meski bisa mendaftar sebagai delegasi / utusan dari lembaga dimana aku bekerja, namun kupilih hanya menjadi observer. Konfirmasi ke alamat email disertai surat undangan akan dikirim ke alamat peserta yang telah mendaftar.
World Hindu Summit akan digelar di Bali. Ini dari gambaran yang kulihat, akan menjadi ajang besar, dan, sudah tentu merupakan sebuah kehormatan untuk masuk dan terlibat di dalamnya. Namun, berdasar info yang kuikuti, terasa kurangnya promosi ke berbagai pihak yang berkaitan. Pada situs tersebut, perhelatan bakal digelar 6 - 11 Juni. Hmmm, Saat yang bersamaan sedang digelarnya Ujian Teori di kampus STPNDB. Namun, smoga kami bisa tentukan yang terbaik nantinya.
Jum'at, 8 Juni, setelah semua urusan di kampus STPNDB tuntas pukul 2 siang, aku meluncur menuju Gedung Wiswasabha di kompleks Kantor Gubernur di Renon, Denpasar. Terlihat panitia sedang berbenah. Kupikir, aku sudah tertinggal rangkaian seminar, namun ternyata.... mereka malah meminta ku mendaftar ulang kembali. Hla.... bagaimana ini? Teknologi Informasi via jejaring internet kupikir bisa membuat komunikasi menjadi mudah, namun malah informasi tidak bisa merata diterima banyak orang, bahkan di Bali sendiri. Dan... hasil pendaftaran via internet tidak menjamin data peserta bisa diterima merata hingga ke semua panitia di meja pendaftaran, hingga aku masih harus mendaftar ulang. Data pendaftaran via online tidak ada di meja panitia. Well.... menarik nafas panjang, dan, maklum....
Gede Muliartha menyampaikan permohonan maaf. Panitia sudah berusaha maksimal, namun, penyesuaian rencana kegiatan World Hindu Summit dengan rencana kunjungan bapak Presiden Susilo membuat banyak rencana mengalami perubahan. Susah memang... bekerja dengan banyak orang, pada sebuah perhelatan akbar tingkat dunia, yang melibatkan kunjungan ke berbagai tempat, dan juga berbagai kegiatan. Hingga acara yang semula ter rencana 6 - 10 Juni, bergeser beberapa kali, sebelum kemudian akhirnya menjadi 8 - 11 Juni 2012.
Tuntas di situ, aku pamit berlalu. Bersiap untuk keesokan hari.
Dari rangkaian susunan acara yang kuterima dari panitia, terdapat berkali perubahan, hingga akhirnya tercantum dalam daftar:
Friday, June 8th 2012,
Participant check-in registration @Ngurah Rai Airport
Saturday, June 9th 2012,
Venue: Wiswa Sabha Governor Office Renon Denpasar Bali
08.00 - 09.00
Meeting Attendance Registration (Secretary OC)
09.00 - 10.00
Opening Remarks (MC)
Summit Report of WHS 2012 (Chairman OC)
Welcoming Remark by Hindu Dharma Council of Indonesia (Chairman of Executive Board Hindu Dharma Council of Indonesia)
Welcoming Remark by Government of Bali (Governor Bali)
Opening Ceremony (Governor Bali)
10.00 - 10.30
Coffe break
10.30 - 11.00
Rules of the Summit
11.00 - 11.45
Keynote Remark 'World Hindu Summit 2012: Harmony & Peace for The World from The Island of God, Bali Indonesia" (Ida Pedanda K. Sebali Tianyar Arimbawa)
11.45 - 12.30
Election the Chairmen of the Summit (3 foreign & 2 Indonesians) (Vice Chairman SC)
12.30 - 13.00
Prayer / Meditation (Pandita)
13.00 - 14.00
Lunch (OC)
14.00 - 15.00
Introduction & Explanation of Bali Charter, WHS 2012 Messages, & World Hindu Confederation (SC, OC)
15.00 - 15.15
Explanation of Delegation Form for Writing Opinion & Speech (OC)
15.15 - 15.30
Coffee Break (OC)
15.30 - 18.30
Preparation to Jaya Sabha
18.30 - 20.00
Welcome Dinner hosted by Governor Bali at Jaya Sabha
Sunday, 10th June 2012
Venue: Wiswa Sabha Governor Office Renon Denpasar Bali
08.00 - 09.00
Meeting attendance registration (Secretary OC)
09.00 - 09.15
Opening prayer (Pandita)
09.20 - 10.30
Delegation speech: " WHS 2012 Messages" (Each delegation 5 - 10 minutes, Chairmen of the Summit)
10.30 - 10.45
Coffee break
10.45 - 11.45
Delegation speech: " WHS 2012 Messages" (Each delegation 5 - 10 minutes, Chairmen of the Summit)
11.45 - 12.45
Delegation speech: " WHS 2012 Messages" (Each delegation 5 - 10 minutes, Chairmen of the Summit)
12.45 - 13.00
Resume (Moderators)
13.00 - 13.15
Prayer (Pandita)
13.30 - 17.30
Preparation of Attending Bali Art Festival Parade at Bajra Sandi Monument Renon Denpasar (OC)
17.30 - 18.30
Dinner Hosting by Mayor of Denpasar, @ Inna Bali Hotel
18.30 - 21.00
Attending The Opening Ceremony of Bali Art Festival at Art Center, Appreciation by the President Republic of Indonesia)
Monday, 10th June 2012
Venue: Wiswa Sabha Governor Office Renon Denpasar Bali
08.00 - 09.00
Meeting attendance registration (Secretary OC)
09.00 - 09.15
Opening prayer (Pandita)
09.20 - 10.30
Finalization of Bali Charter, WHS 2012 Messages, and World Hindu Confederation, Chairmen of the Summit)
10.00 - 10.45
Preparation of Committee (Board of Trustee & Board of Committee, Chairmen of the Summit)
10.45 - 11.00
Coffee break
11.00 - 11.45
Sign The Bali Charter & Recommendations
11.45 - 12.45
Press Conference
13.15 - 14.30
Lunch
14.30 - 15.00
Preparation for praying at Tanah Lot Temple
15.00 - 17.30
Pray at Tanah Lot Temple
17.30 - 20.00
Dinner hosting by Regent of Tabanan, @Melasti Restaurant, Tanah Lot.
Monday, 10th June 2012
Venue: Lobby Hotel @Inna Bali Beach
08.00 - 11.00
Visit & pray at Besakih Temple, Hosting by Regent of Karangasem
11.00 - 13.00
Transport to Puri Ubud
13.00 - 15.00
Lunch @ Puri Ubud, Hosting by Regent of Gianyar
15.00 - 17.00
Transport to Taman Ayun Temple.
Preparation for Closing Ceremony.
17.00 - 20.00
Closing Ceremony at Taman Ayun Temple, Hosting by Regent of Badung.
Welcoming Remark by Regent of Badung.
Closing Remark by Chief of World Hindu Summit 2012 Committee.
Closing Remark by Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Farewell Dinner.
Well....
Knapa sih bisa, World Hindu Summit diselenggarakan di Bali?
http://www.thejakartapost.com/news/2012/05/09/spiritual-figures-meet-hindu-summit-bali.html
menjelaskan apa yg dikemukakan oleh bapak KG Dharma Putra, pada tanggal 9 Mei 2012. Sebanyak 250 tokoh spiritual dari berbagai belahan dunia bakal hadiri WHS yang direncanakan 8-12 Juni di Ubud, pada awalnya. Dipilihnya Ubud karena telah diakui sebagai destinasi wisata spiritual. Pertemuan ini juga direncanakan untuk membentuk suatu wadah yang merangkul Hindu di seluruh dunia, dan rencananya akan dirangkaikan pula dengan pembukaan Pesta Kesenian Bali di Denpasar pada tanggal 11 Juni.
http://www.thejakartapost.com/bali-daily/2012-05-14/world-hindu-summit-june.html menjelaskan
A series of attractive events, including cultural performances and a
pilgrimage to historical temples, will highlight the upcoming World
Hindu Summit. As many as 250 delegates representing Hindu organizations
across the globe will participate in the event slated to be held on June
9-12.
“As the host, let us welcome our guests with the hospitality this island is famous for,” Badung regent Anak Agung Gde Agung said after receiving the Summit’s organizing committee.
He pledged his support for the event and announced that the Badung administration will host the Summit’s gala dinner and closing ceremony, which will be held at Taman Ayun, the historical royal temple of Badung kingdom.
Organizing committee secretary, I Made Amir Karang, disclosed that Harmony for the World will be the main theme of the summit. “It was inspired by vasudhaiva kutumbakam, the Sanskrit phrase refers to the nature of mankind as one universal family, that all of us are brothers and sisters,” he said as quoted by metrobali.com.
“As the host, let us welcome our guests with the hospitality this island is famous for,” Badung regent Anak Agung Gde Agung said after receiving the Summit’s organizing committee.
He pledged his support for the event and announced that the Badung administration will host the Summit’s gala dinner and closing ceremony, which will be held at Taman Ayun, the historical royal temple of Badung kingdom.
Organizing committee secretary, I Made Amir Karang, disclosed that Harmony for the World will be the main theme of the summit. “It was inspired by vasudhaiva kutumbakam, the Sanskrit phrase refers to the nature of mankind as one universal family, that all of us are brothers and sisters,” he said as quoted by metrobali.com.
Sabtu, 02 Juni 2012
Selamat Ulang Tahun, Suami Tercinta
Tidak ada yg biasa, sama juga hal nya, tidak ada yg istimewa, pada
hari-hari yang berjalan di keluarga kami. Tidak perlu ekstrim menyikapi
berbagai peristiwa, tidak perlu berlebihan dan panik. Semua berjalan
lancar bila kita tidak keterlaluan dalam menyikapi berbagai peristiwa
yang menjadi cakrawala pelangi dalam kehidupan ini.
Suami berulang
tahun hari ini, Sabtu, 2 Juni 2012. Semua tetap berjalan apa adanya.
Anak-anak sekolah. Aku berangkat bersama Adi ke Kreneng. Adi lanjut ke
sekolahnya, dia masih melalui Ulangan Akhir Semester, sedangkan aku
menumpang ke terminal Batu Bulan, naik bemo. Harus mengambil motor yang
tertinggal di Klungkung.
Pukul 4 sore, seluruh anggota keluarga
telah berkumpul bersama di rumah. Aku keluar bersama simbok, Ayu, untuk
membeli kue. Sekalian kubeli telur dan juga tepung.
Selamat
ulang tahun, suamiku tercinta, semoga menjadi tiang saka di kala suka
dan duka, sedikit dan banyak, sakit maupun sehat, hingga saatnya tiba
kelak, dipanggil Hyang Widhi....
Bagai..... kitab Manava Dharmasastra IX.
101-102 yang bicara sebagai berikut:
“Anyonyasyawayabhicaroghaweamarnantikah, Esa dharmah samasenajneyah
stripumsayoh parah”. Hendaknya supaya hubungan yang setia berlangsung
sampai mati, singkatnya ini harus dianggap sebagai hukum tertinggi sebagai suami istri.
“Tatha nityam yateyam stripumsau tu
kritakriyau, Jatha nabhicaretam tau wiyuktawitaretaram”. Hendaknya
laki-laki dan perempuan yang terikat dalam ikatan perkawinan,
mengusahakan dengan tidak jemu-jemunya supaya mereka tidak bercerai dan
jangan hendaknya melanggar kesetiaan antara satu dengan
yang lain” (Pudja, dan Sudharta, 2002: 553).
yang lain” (Pudja, dan Sudharta, 2002: 553).
Denpasar - Klungkung - Denpasar (2/6/2012). Sungguh, Sesuatu Banget
Sabtu, 2 Juni 2012. Anak-anak berangkat sekolah.Hari ini adalah hari
terakhir Ulangan Akhir Semester Adi, si Putra Sulung. Aku duduk di
belakang motor Yamaha Jupiter MX Adi, menumpang hingga ke terminal
Kreneng. Rencanaku, mengambil motor tercinta, yang dua hari kutinggalkan
di rumah keluarga besar, tatkala berlangsung prosesi Meajar ajar.
Pukul 7.30, duduk di dalam bemo kuning yang akan membawaku ke terminal
Batubulan. Seorang ibu naik dengan barang bawa an, beraneka bunga dan
busung, juga sapu lidi. Namanya Ibu Dayu Adi, dari Griya Kemenuh,
berjualan bunga di pasar Kereneng lantai 3.
"Tyang sampun meadolan mekelo. Sabilang semengan berangkat pukul 4
pagi" . Ujarnya ramah mengawali percakapan kami. Hmmm, tipikal
perempuan Bali yang pejuang keras dalam mewujudkan keinginan dan
harapan, namun polos dengan selalu berusaha menghindari konflik. "Lebih
baik nengil mematu daripada uyut. Ten demen ten kenten....". Ah, aku
ingin seperti ibu ini. ramah dan cantik hingga di usia senjanya.
Tiba pk. 8.30 di depan terminal Batu Bulan, aku menanti bis yang akan
membawaku ke Klungkung. Ibu Dayu sudah naik ke bemo biru yang akan
membawanya ke Kemenuh. 10 menit menunggu, bis yang kunanti akhirnya
tiba, dan kemi mengarah menuju Klungkung. Berharap 30 menit kemudian aku
akan tiba di Banjarangkan, lalu melanjutkan perjalanan dengan ojek,
menuju ke dusun Kapit. Dan...... baru di atas bis, kusadari, aku tidak
membawa kunci motorku. Wahai.......
Namun,
tanpa berpatah arang dan menjadi panik, aku masih berharap akan ada
para ponakan di rumah tua kami di dusun Kapit, desa Nyalian, nanti. Maka
aku tetap duduk tenang di dalam bis.
Akhirnya, tiba di Banjarangkan, aku turun dari bis, menghampiri seorang
pria yang sedang menanti bersama motornya. Ternyata dia hanya menunggu
sahabat. Ehm, maka, kembali aku bersabar menunggu sang tukang ojek,
yang, masih berada entah dimana...... Hingga akhirnya, 15 menit
kemudian, seorang tukang ojek tiba. Dengan sepenuh berharap, bapak ini
akan dapat membantu menuntaskan permasalahanku. Kami meluncur menuju
Nyalian.
Setelah
sempat mampir di pasar di desa Tusan untuk membeli oleh-oleh buah
tangan jaje bali, kami tiba di Nyalian 15 menit kemudian. Namun si bapak
tukang ojek gagal membuka paksa kunci motorku. Terpaksa kusuruh si
Wayan Muliana, ponakan, untuk mencari tukang kunci.Sedangkan aku dan
keluarga besar lain menunggu di rumah.
Akhirnya,
30 menit kemudian, Wayan tiba kembali bersama seorang pria, tukang
kunci. Dia temukan si bapak sedang beroperasi di depan pasar Gianyar.
Wahai..... lima puluh ribu rupiah melayang demi sebuah anak kunci dan
jasa sang tukang kunci. Namun, ini resiko demi menuntaskan permasalahan
yang kuhadapi. Hehehe, tetap astungkara, dan bersyukur pada Sang Hyang
Widhi atas ujian ini.....
Betapa...... sungguh, hukum alam berlaku. Ada Demand, ada Supply. Ada barang, ada harga. Eloe Jual, Gue Beli..... hehehe.
Perjalananku ke Rumah Mu, Berkali dan Berkali. Meajar ajar (2)
Terjaga pagi hari, Jum'at, 1 Juni 2012. Udara segar pegunungan
menyambut kami. Sisin Pangkung, Dusun Asah Badung, Desa Sepang Kelod,
Kecamatan Busung Biu, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali, di Indonesia
tercinta ini. Tanpa bising suara kendaraan, tanpa perlu tergesa-gesa
berangkat ke kantor dengan segala kehebohan. Hmmmm, sungguh
nikmatnya..... Ingin berlama-lama tinggal di desa. Rumah di Pangkung
Singsing, dusun Asah badung, Desa Sepang Kelod, Kecamatan Busungbiu,
Kabupaten Buleleng.
Namun, rangkaian tugas masih menanti untuk segera dituntaskan. Masih
harus ngelinggihang bethare di sanggah. Maka, kami segera bebenah.
Mandi, memasak untuk makan hari ini, dengan menu jukut daun sela dan
paku, yang dicari barusan oleh ponakanku. Dan, bersiap bersembahyang.
Pukul 9 pagi, Mangku Pura Subak tiba, lanang istri. Juga bli Nengah Puja beserta istri dan kedua anak lelakinya.
Semerbak harum dupa dan wangi bunga memenuhi udara. kami memulai prosesi
dengan melakukan penglukatan, sebelum kemudian ngelinggihang bethare
bapak mertuaku yang di aben, pada tanggal 10 Mei kemarin.
Pukul 10.30, rangkaian upacara di rumah tua selesai. Rombongan kembali
bergerak ke rumah Bli Nengah Puja, ngelinggihang bethare bapaknya, Bape
Lantas, yang juga di aben bersamaan dengan bapak mertuaku, Bape Ketut
Rantun.
Aku bersama Mbok Tut Ngempi dan ponakan melakukan mreresik, ngelungsur banten.
Pukul 12.00, suami dan ipar, Nyoman si ponakana, dan Mbok Tut Sukati,
juga Yudha, putra bungsuku yang ikut ke rumah bli Nengah Puja, tiba
kembali.
Waktu menunjukkan pukul 12.30, saat kami menaiki mobil kijang biru tua,
meluncur menuju Denpasar. Saatnya kembali pada rutinitas kota besar,
dari bekerja dan belajar, dari berkarya dan tetap berkarya, di jalan
Dharma.....
Tuntaslah sudah, rangkaian prosesi Meajar ajar kali ini. Ini adalah bhakti kami, di jalan Dharma.
Hmmm, Meajar ajar. Apakah itu gerangan ? Meajar ajar adalah sebuah
prosesi, dimana umat Hindu Bali diwajibkan untuk mengunjungi pura-pura
wajib sebagai
kegiatan ngaturang suci penerus untuk ngiringin Bhatara Raja Dewata
dengan tujuan untuk mapiuning karena sudah selesai melaksanakan upacara
Pitra Yadnya.
http://stitidharma.org/pura-pura-dalam-prosesi-meajar-ajar/
menjelaskan, bahwa banyaknya pura yang dikunjungi pula sesuai dengan
kemampuan dan kemauan umat Hindu tersebut sendiri. Sungguh, sebuah
pemahaman dan ajaran yg sangat fleksibel. Swaha.
Setiap budaya, tentu memiliki penyungsung dan penjunjung nya sendiri,
dan, inilah kami, sebagai umat manusia, sebagai umat Hindu, dengan
segala aspek budaya yang ada dan melingkupi, menjalani dengan sepenuh
perjuangan, baik suka dan duka, baik sedikit dan banyak, bersama para
sahabat dan kerabat, bersama keluarga besar kami........
Perjalananku ke Rumah Mu, Berkali dan Berkali. Meajar ajar (1)
Kamis, 31 Mei 2012. Hari ini meajar ajar dalam rangkaian Pitra
Yadnya, Ngaben mertua. Namun hari ini juga adalah hari dimana di STPNDB
diadakan proses pembuatan Electronic Identity Card dan pengambilan sidik
jari oleh Kemenparekraf. Hmmm, bukankah, manusia adalah mahluk ciptaan
Tuhan yang bisa memilih jalan menuntaskan permasalahan dengan semakin
bijak dan dewasa??
Maka, kuputuskan, berangkat se pagi mungkin ke Nusa Dua, mengikuti
proses pembuatan foto dan pengambilan sidik jari yang dilakukan oleh
petugas dari pusat, lalu bergabung dengan rombongan keluarga besar yang
mengikuti proses meajar ajar.
Sudah semenjak beberapa hari sebelumnya, aku mencoba ber diskusi dan
mencari solusi terbaik. Namun, ini adalah sebuah kebijakan dan proses
yang dilakukan oleh Kemenparekraf. Dan petugasnya datang dari Jakarta
hanya untuk se hari. Daripada aku harus mengikuti susulan periode
berikut untuk pembuatan foto dan pengambilan sidik jari yang bakal
dilakukan entah kapan, kupikir, lebih baik kuikuti jadwal yg telah
ditetapkan sajalah.
Kupersiapkan segalanya yang mungkin kulakukan lebih awal. Menitipkan 4
kotak besar kue bolu yang sudah dipotong-potong dan dibungkus dengan
plastik kecil ke rumah iparku di jalan Antasura. Juga dua buah termos
untuk membawa air panas buat kopi dan teh selama perjalanan, gelas
plastik dan sendok plastik untuk makan. Semua kubawa kemarin sore
harinya, ke rumah ipar di jalan Antasura, sehingga pagi hari suami dan
anakku bisa menumpang di mobil yang akan dibawa iparku ini untuk
bergabung di Goa Lawah bersama rombongan dari Singaraja yang membawa
banten.
Pukul 6 pagi, hari Kamis, suami tercinta dan Yudha, si putra
bungsu, berangkat mengendarai motor ke jalan Antasura. Adi, si putra
sulung bersiap berangkat sekolah, mengikuti Ulangan Akhir Semester. Aku
bebersih se isi rumah, lalu berangkat ke Nusa Dua. Aku juga membawa
tambahan lagi, dua buah kue cake karamel yang sudah di potong dan
dibungkus plastik kecil, dan ransel berisi pakaian ganti selama
perjalanan panjang nanti.
Tiba di STPNDB, setelah berganti pakaian dengan uniform kerja, sedikit
berdandan, aku bergabung dengan rekan kerja lain untuk memulai proses
pembuatan Electronic Identity Card. Dengan sedikit meminta, memohon,
memelas, memaksa, untuk mendapat giliran awal. he he he.......
Berikutnya, kembali berganti pakaian, mengenakan celana panjang, jaket,
selendang melingkar di leher, kacamata hitam, lengkap dengan kaus kaki
dan sarung tangan. Bu IGA Mirah ikut menumpang bersamaku. Beliau ingin
ikut menumpang hingga ke Sanggaran, sebelum melanjutkan perjalanan ke
Kecubung, rumahnya, dengan menumpang bemo.
Waktu menunjukkan pukul 9.30 saat aku meluncur dengan motorku melintasi
by pass Ngurah Rai, melewati patung Dewa Ruci di Simpang Siur. Di Sanur,
aku menurunkan bu Mirah. Namun, tak tega rasanya, melihat sahabatku ini
berdiam menunggu bemo menuju terminal Kreneng yang tak kunjung lewat.
Maka, kuhantar beliau langsung menuju jl Kecubung. Hmmm, bukankah ada
pepatah yg mengatakan '"Sahabat sejati akan selalu berusaha membantu
sahabatnya, baik dalam suka dan duka, dengan segala usahanya".....
Kembali aku berangkat menuju Sanur, berbelok ke kiri, jalan by pass
Gurah Rai, lalu berbelok ke kanan, by pass Prof. Mantra, menuju Pura Goa
Lawah.
Hujan rintik dan kian deras yang turun selepas pantai Lebih memaksaku
mengenakan jas hujan untuk membungkus ransel dan kotak kue, juga
menutupi seluruh tubuhku. Tiba di pantai Tegal Besar, masih di by pass
Prof. IB Mantra, suami yang kutelpon mengatakan bahwa rombongan telah
selesai dengan prosesi di Goa Lawah. Maka, segera kubelokkan arah motor
menuju ke Takmung, menuju ke Pura Besakih. Aku berencana bergabung
dengan rombongan di Pura Dalem Puri.
Pukul 12.00, saat kuparkir kendaraan di jaba Pura Dalem Puri, kutemui 5
mobil rombongan lain dari keluarga besarku, yang menjadi iringan dalam
prosesi Meajar ajar ini. Tanpa membuang waktu lama, aku segera bergabung
dengan mereka. Bersama kami, terdapat pula Mangku Pura Subak kami di
Desa Sepang Kelod, Dusun Asah Badung, lanang dan istri. Mbok Wayan
Bangli, yang sudah sejak beberapa hari lalu menginap di Singaraja untuk
membantu menuntaskan banten. Rombongan dari kampung halaman di dusun
Kapit, Desa Nyalian, Kec. Banjarangkan, Kab. Klungkung.
Selesai dari Pura Dalem Puri, Pura Tegal Penangsaran, kami melanjutkan
perjalanan ke Pura Goa Raja. Kali ini Mbok Wayan Leming bergabung
bersamaku naik motor. Dia terkenal selalu mabuk jika menumpang mobil.
Dari Pura Goa Raja, kami menuju Pura Ulun Kulkul
Kemudian menuju ke Pura Pedharman kami, Shri Arya Kepakisan.
Pura
Pedharman ini sedang dalam tahapan renovasi. Dibeberapa bagian masih
terlihat belum selesai. Namun, sungguh sudah indah terlihat. Pura
Pedharman baru saja melaksanakan upacara Piodalan Pujawali pada Buda
Cemeng Klawu kemarin. Namun aku tidak sempat berkunjung kemari kala itu.
Lalu berakhir di Pura Penataran Besakih.
Rombongan kembali melanjutkan perjalanan menuju Pura Dalem Agung yang terletak di Besang, Klungkung.
Kami beriringan bersama dengan 5 kendaraan mobil. Sedangkan aku dan Yan Leming mengendarai motor tercintaku.
Pura
Dalem Besang. Terlihat megah dengan segenap aura yang melingkupinya.
Kami, sebagai warga Jero Gede Tanjung, dari Dalem Tegal Besung. Ini
adalah kawitan keluarga besar kami.
Semoga, kami sekeluarga, mampu
menjadi penjunjung dan penyungsung budaya serta adat istiadat leluhur,
berbakti kepada agama dan negeri ini, dengan sepenuh bhakti dan
kemampuan kami. Karena, dalam setiap ajaran dan makna yang terkandung di
dalamnya, aku percaya, akan selalu terdapat Genius Local Wisdom.
Kebijakan yang sungguh adi luhung, yang bisa menuntun kami melalui
hari-hari dalam kehidupan kini dan nanti, kelak, seperti sebagaimana
leluhur kami telah melalui dan menjalaninya.
Acara
berakhir tuntas disini pukul 4 sore. Kami mencakupkan tangan memohon
pamit, dan bersiap untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Sebelum kemudian kami menuju ke Pura Dalem Kangin di Desa Nyalian, Kec. Banjarangkan, Kab. Klungkung.
Namun
ternyata kami masih harus menunggu Jero Mangku yang masih melaksanakan
tugas, muput rangkaian upacara di tempat lain. Maka, bersabar kami
menunggu sambil berdiskusi di jaba Pura Dalem Kangin desa Nyalian
tersebut.
Setelah
Jero Mangku tiba, dan rangkaian upacara Meajar ajar tuntas, kami
kembali melanjutkan perjalanan menuju ke rumah keluarga besar dimana
terletak Sanggah Dadia.
Waktu menunjukkan pukul 8 malam, tatkala kami tiba di rumah tua, di
dusun Kapit, Desa Nyalian. Dewa Ida Bagus Aji menuntaskan prosesi
upacara di Dewa Hyang sanggah keluarga besar, sedang Mangku Pura Subak
menuntaskan upacara di sanggah kemulan.
Pukul 9 malam, rangkaian upacara di sini tuntas, dan berakhir dengan acara makan malam sekeluarga.
Namun rangkaian upacara belum tuntas seluruhnya, kami masih akan
melanjutkan perjalanan kembali. Perlu tindakan tepat tanpa perlu panik
atau esmongsian. Maka, kutitipkan motor pada keluarga besar di Nyalian,
dan aku bergabung dengan rombongan yang akan kembali melanjutkan
perjalanan menuju Singaraja dengan menumpang di salah satu mobil, yakni
APV. Kami masih harus ngelinggihang bethare di sanggah di rumah keluarga
di Asah Badung, Desa Sepang Kelod. Tinggal 4 mobil yang kini beriringan
menuju Singaraja. Satu mobil pick up untuk membawa banten, satu mobil
kijang biru tua milik iparku, dan dua mobil sewa an untuk membawa
penumpang.
Kami menyusuri jalan tembus, di Mambal, sebelum tiba di jalan raya Dps -
Gilimanuk, melewati malam hari menyusuri jalan di hutan Bading Kayu,
Dapdap Putih, Asah Badung, dan tiba di halaman rumah pada pukul 12 malam
hari. Hmmm, sungguh sebuah perjalanan spiritual yang tidak bisa dilalui
sempurna oleh banyak orang. Namun, inilah sebuah perjuangan yang
memperlihatkan, betapa..... kecintaan yang sungguh besar, pada keluarga,
pada kerabat, pada sahabat, pada budaya dan adat istiadat, yang,
mungkin hanya orang-orang pilihan yang bisa melaluinya dengan segala
ujian dan cobaan yang ada dan terlibat di dalamnya.
Langganan:
Postingan (Atom)