Sabtu, 2 Juni 2012. Anak-anak berangkat sekolah.Hari ini adalah hari
terakhir Ulangan Akhir Semester Adi, si Putra Sulung. Aku duduk di
belakang motor Yamaha Jupiter MX Adi, menumpang hingga ke terminal
Kreneng. Rencanaku, mengambil motor tercinta, yang dua hari kutinggalkan
di rumah keluarga besar, tatkala berlangsung prosesi Meajar ajar.
Pukul 7.30, duduk di dalam bemo kuning yang akan membawaku ke terminal
Batubulan. Seorang ibu naik dengan barang bawa an, beraneka bunga dan
busung, juga sapu lidi. Namanya Ibu Dayu Adi, dari Griya Kemenuh,
berjualan bunga di pasar Kereneng lantai 3.
"Tyang sampun meadolan mekelo. Sabilang semengan berangkat pukul 4
pagi" . Ujarnya ramah mengawali percakapan kami. Hmmm, tipikal
perempuan Bali yang pejuang keras dalam mewujudkan keinginan dan
harapan, namun polos dengan selalu berusaha menghindari konflik. "Lebih
baik nengil mematu daripada uyut. Ten demen ten kenten....". Ah, aku
ingin seperti ibu ini. ramah dan cantik hingga di usia senjanya.
Tiba pk. 8.30 di depan terminal Batu Bulan, aku menanti bis yang akan
membawaku ke Klungkung. Ibu Dayu sudah naik ke bemo biru yang akan
membawanya ke Kemenuh. 10 menit menunggu, bis yang kunanti akhirnya
tiba, dan kemi mengarah menuju Klungkung. Berharap 30 menit kemudian aku
akan tiba di Banjarangkan, lalu melanjutkan perjalanan dengan ojek,
menuju ke dusun Kapit. Dan...... baru di atas bis, kusadari, aku tidak
membawa kunci motorku. Wahai.......
Namun,
tanpa berpatah arang dan menjadi panik, aku masih berharap akan ada
para ponakan di rumah tua kami di dusun Kapit, desa Nyalian, nanti. Maka
aku tetap duduk tenang di dalam bis.
Akhirnya, tiba di Banjarangkan, aku turun dari bis, menghampiri seorang
pria yang sedang menanti bersama motornya. Ternyata dia hanya menunggu
sahabat. Ehm, maka, kembali aku bersabar menunggu sang tukang ojek,
yang, masih berada entah dimana...... Hingga akhirnya, 15 menit
kemudian, seorang tukang ojek tiba. Dengan sepenuh berharap, bapak ini
akan dapat membantu menuntaskan permasalahanku. Kami meluncur menuju
Nyalian.
Setelah
sempat mampir di pasar di desa Tusan untuk membeli oleh-oleh buah
tangan jaje bali, kami tiba di Nyalian 15 menit kemudian. Namun si bapak
tukang ojek gagal membuka paksa kunci motorku. Terpaksa kusuruh si
Wayan Muliana, ponakan, untuk mencari tukang kunci.Sedangkan aku dan
keluarga besar lain menunggu di rumah.
Akhirnya,
30 menit kemudian, Wayan tiba kembali bersama seorang pria, tukang
kunci. Dia temukan si bapak sedang beroperasi di depan pasar Gianyar.
Wahai..... lima puluh ribu rupiah melayang demi sebuah anak kunci dan
jasa sang tukang kunci. Namun, ini resiko demi menuntaskan permasalahan
yang kuhadapi. Hehehe, tetap astungkara, dan bersyukur pada Sang Hyang
Widhi atas ujian ini.....
Betapa...... sungguh, hukum alam berlaku. Ada Demand, ada Supply. Ada barang, ada harga. Eloe Jual, Gue Beli..... hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar