Terjaga pagi hari, Jum'at, 1 Juni 2012. Udara segar pegunungan
menyambut kami. Sisin Pangkung, Dusun Asah Badung, Desa Sepang Kelod,
Kecamatan Busung Biu, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali, di Indonesia
tercinta ini. Tanpa bising suara kendaraan, tanpa perlu tergesa-gesa
berangkat ke kantor dengan segala kehebohan. Hmmmm, sungguh
nikmatnya..... Ingin berlama-lama tinggal di desa. Rumah di Pangkung
Singsing, dusun Asah badung, Desa Sepang Kelod, Kecamatan Busungbiu,
Kabupaten Buleleng.
Namun, rangkaian tugas masih menanti untuk segera dituntaskan. Masih
harus ngelinggihang bethare di sanggah. Maka, kami segera bebenah.
Mandi, memasak untuk makan hari ini, dengan menu jukut daun sela dan
paku, yang dicari barusan oleh ponakanku. Dan, bersiap bersembahyang.
Pukul 9 pagi, Mangku Pura Subak tiba, lanang istri. Juga bli Nengah Puja beserta istri dan kedua anak lelakinya.
Semerbak harum dupa dan wangi bunga memenuhi udara. kami memulai prosesi
dengan melakukan penglukatan, sebelum kemudian ngelinggihang bethare
bapak mertuaku yang di aben, pada tanggal 10 Mei kemarin.
Pukul 10.30, rangkaian upacara di rumah tua selesai. Rombongan kembali
bergerak ke rumah Bli Nengah Puja, ngelinggihang bethare bapaknya, Bape
Lantas, yang juga di aben bersamaan dengan bapak mertuaku, Bape Ketut
Rantun.
Aku bersama Mbok Tut Ngempi dan ponakan melakukan mreresik, ngelungsur banten.
Pukul 12.00, suami dan ipar, Nyoman si ponakana, dan Mbok Tut Sukati,
juga Yudha, putra bungsuku yang ikut ke rumah bli Nengah Puja, tiba
kembali.
Waktu menunjukkan pukul 12.30, saat kami menaiki mobil kijang biru tua,
meluncur menuju Denpasar. Saatnya kembali pada rutinitas kota besar,
dari bekerja dan belajar, dari berkarya dan tetap berkarya, di jalan
Dharma.....
Tuntaslah sudah, rangkaian prosesi Meajar ajar kali ini. Ini adalah bhakti kami, di jalan Dharma.
Hmmm, Meajar ajar. Apakah itu gerangan ? Meajar ajar adalah sebuah
prosesi, dimana umat Hindu Bali diwajibkan untuk mengunjungi pura-pura
wajib sebagai
kegiatan ngaturang suci penerus untuk ngiringin Bhatara Raja Dewata
dengan tujuan untuk mapiuning karena sudah selesai melaksanakan upacara
Pitra Yadnya.
http://stitidharma.org/pura-pura-dalam-prosesi-meajar-ajar/
menjelaskan, bahwa banyaknya pura yang dikunjungi pula sesuai dengan
kemampuan dan kemauan umat Hindu tersebut sendiri. Sungguh, sebuah
pemahaman dan ajaran yg sangat fleksibel. Swaha.
Setiap budaya, tentu memiliki penyungsung dan penjunjung nya sendiri,
dan, inilah kami, sebagai umat manusia, sebagai umat Hindu, dengan
segala aspek budaya yang ada dan melingkupi, menjalani dengan sepenuh
perjuangan, baik suka dan duka, baik sedikit dan banyak, bersama para
sahabat dan kerabat, bersama keluarga besar kami........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar