Darmaning
Cipta Budaya lan Abdi Negara
Kobarkan
Energi dan Semangat Pemajuan Kebudayaan dan Negara
Mengajari tentang
budaya pada masyarakat Bali, sama seperti menggarami lautan”.
Ujar Helmi Farid saat
menyampaikan keynote speech pada kegiatan Sarasehan : Endih – endih Api, di
Gedung Ksirarnawa, 10 Juli 2018. Sekarang yang diperlukan hanya penguatan dan
pengayaan, termasuk pemetaan strategi di masa depan, menggunaan kriteria tolok
ukur atau acuan dalam menjelaskan kebudayaan, sehingga bisa tumbuh berkembang
secara berkelanjutan, dari usia dini hingga para lansia, dari seluruh pelosok
di berbagai daerah hingga terkenal di luar negeri, dari golongan pemerintah
hingga kalangan intelektual dan berbagai komponen masyarakat lain.
Dr. Kun menjelaskan topik
“Strategi Disrupsi Pemajuan Kebudayaan dalam Tahun Politik” merupakan topik yang
menggambarkan dengan lugas betapa budaya adakalanya tidak dapat terlepas dari
berbagai kebijakan publik yang ditetapkan pemerintah, situasi yang berkembang
di tengah masyarakat, termasuk di dalamnya situasi politik di suatu daerah.
Kebudayaan yang
terlahir total dari keberadaan manusia, kemampuan individual, daya imajinasi,
kreativitas dan adaptasinya ini yang harus selalu berkembang, dibangun,
diperjuangkan dan dikelola dalam suatu rangkaian strategi disrupsi politik
kebudayaan, sehingga tidak malah melemahkan arti kebudayaan itu sendiri.
Sudah tentu, pemetaan
strategi terkait kebudayaan di tahun politik ini tidak bisa mengabaikan
improvisasi cara pandang, jejaring inovasi, kebijakan publik, dan arena
disrupsi yang ada, karena keberlangsungan kebudayaan membutuhkan keterlibatan
berbagai pihak. Tidak lagi hanya terikat pada pola pola kuno semata, ego
sektoral, dan tidak melibatkan banyak pihak.
Dr. Suarka berbicara
dengan topik “Strategi Antisipasi Berbasis PIP Kebudayaan (PIP Unud) terhadap
Peluang di Tahun Prestasi, Tantangan di Tahun Politik dan Kemajuan Tahun
Kebudayaan”. Pengembangan Pola Ilmiah Pokok Kebudayaan terkait dengan strategi
belajar mengajar di lingkungan ilmiah akademis, sehingga pola yang diterapkan
akan senantiasa bergulir menjadi strategi yang menguatkan pemahaman dan
aplikasi dari sistem pendidikan unggul berbasis kebudayaan.
Pengetahuan ilmiah,
tradisional dan modern bukan lah sesuatu yang harus ditakuti. Sebaliknya,
sebagai suatu ilmu, harus terdapat pemahaman mendalam yang saling melengkapi.
Sebagaimana motto Universitas Udayana dengan “Taki taki ning sewaka guna widya”,
yang disampaikan oleh para pendiri, terkait wasiat perbendaharaan budaya dan
susastera lama, yang akan senantiasa menjiwai semangat dan kreativitas generasi
penerusnya, beserta seluruh civitas akademika Universitas Udayana itu sendiri.
Bupati Buleleng dalam
hal ini diwakili oleh Kadis Kebudayaan, Drs. I Putu Tastra, menyampaikan topic mengenai
Pariwisata dan Budaya : “Mengkonstruksi Linkage secara Simbiosis Positif antara
Kebudayaan dan Pariwisata, Menuju Kemajuan Seimbang dan Berkelanjutan di
Kabupaten Buleleng”.
Dari semua pemakalah,
hal yang dapat dipahami adalah bahwa kebudayaan merupakan suatu yang bersifat
dinamis, senantiasa bergulir secara berkelanjutan, dan membutuhkan kerjasama
kita secara lintas sektoral, dengan berbagai komponen yang membuktikan arus
komunikasi lintas budaya. Dan budaya yang efektif adalah yang mampu memberikan
manfaat positif bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, baik pemerintah,
masyarakat dimana budaya tersebut berada, juga wisatawan dan pengusaha yang
terlibat di sana. Bila satu pihak saja merasa dirugikan, maka budaya tersebut berpotensi
menimbulkan konflik berkepanjangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar