Lumajang selalu
memiliki kesan tersendiri di hati. Kota ini memiliki banyak tempat bersejarah,
dengan masyarakat yang ramah, nuansa indah dengan segala pernak pernik yang
membuat hati senantiasa berbuncah….
Berawal dari awal tahun
ini ku kunjungi Lumajang bersama suami beserta rekan kantor, juga para
mahasiswanya. Berikutnya, Pengabdian Masyarakat Program Studi Administrasi
Perhotelan mengambil tempat juga di Lumajang. Berkali aku kembali ke Lumajang,
untuk melaksanakan penelitian. Dan kini, bersama rombongan dari Sekolah Tinggi
Pariwisata Nusa Dua Bali, berangkat menuju Lumajang, hari Senin pagi hari, 1
Oktober 2018.
Tujuan pertama kami
adalah Banyuwangi. Berhenti untuk bersembahyang di Pura Rambut Siwi dan Pura
Segara Rupek di Jembrana. Kami tiba di Pelabuhan Gilimanuk pukul 11.45. Setelah
menyeberangi Selat Bali selama 1 jam dan menyusuri perjalanan sepanjang 3 jam
dan 30 menit, kami tiba di Pura Agung Blambangan, Banyuwangi. Selesai
bersembahyang di sini, kami kembali bergerak menuju Pura Luhur Mandara Giri Semeru
Agung, yang terletak di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Kami
tiba pukul 21.00, dan langsung bersembahyang bersama.
Selesai bersembahyang,
kami menuju salah satu penginapan sederhana yang terletak di bagian Utara Pura,
mandi dan beristirahat sejenak. Ada Arik Tohari, alumni BPLP, nama lama lembaga
pendidikan kami sebelum berganti menjadi STP Nusa Dua Bali. Dia membawa Shurma
beraneka rasa yang kami nikmati bersama malam hari itu. Ada shurma rasa keju,
shurma rasa sosis ayam, shurma dengan telur.
Hanya tersedia waktu
selama dua jam malam hari itu sebelum kami bersiap bergerak naik menuju Puncak
B29. Dengan menggunakan dua mobil Avanza, kami ber empat belas, naik menuju
Desa Argosari, perjalanan menanjak bukit selama hampir satu jam. Tiba di Desa
Argosari, kami sudah ditunggu empat belas motor beraneka merek dengan ke empat
belas ojek nya. Aku naik ke motor Honda merek Supra bersama pengemudi, bapak
Iswandi.
Perjalanan kami
menyusuri jalan kecil yang hanya cukup untuk satu mobil, terkadang jalan
terputus, terkadang mulus berpaving, akhirnya kami tiba di puncak. Setelah
beristirahat dan menghangatkan tubuh dengan segelas kopi sambil ngapi, alias
ngidu, alias duduk di depan perapian, kami mulai berjalan kaki sejauh 50 meter
ke atas Puncak B29, atau bukit yang berjarak 2.900 meter dari permukaan laut.
Tidak ada yang bisa
kulukiskan dengan tepat, betapa keindahan pemandangan alam yang terbentang luas
begitu memukau……. Ingin rasanya kuabadikan dengan tepat, setiap detik yang
berlalu, mulai dari gelapnya hari, hingga mentari yang muncul perlahan, hingga
akhirnya terlihat indah hamparan awan yang menyelimuti Gunung Bromo, bahkan,
membuat Pura Poten tidak terlihat karena tertutup lapisan awan. Inilah, Negeri
di Atas Awan……
Selasa, 2 Oktober 2018.
Aku kembali di sini, tepat di Puncak Bukit B29. Dan, aku berjanji akan kembali
lagi, berkali dan berkali……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar