"I have chosen to be happy because it's good for my health" - Voltaire
"Aku
memilih untuk bahagia karena baik untuk kesehatan," kurang lebih
seperti itulah artinya. Hal tersebut memang benar adanya. Seperti yang
sering kita dengar bahwa tersenyum membutuhkan syaraf lebih sedikit
daripada saat kita cemberut. Selain itu, Anda sendiri pasti merasakan
perbedaan saat mood Anda baik dan saat sedang buruk. Maka dari itu,
tidak ada salahnya memaksa diri kita untuk bahagia.
Maka, selalu ku bersyukur, atas segala suka dan duka dalam kehidupan, dengan segala emosi yang sering melanda jiwa, sedih, jengkel, marah, kecewa, terluka, bahagia, iseng dan usil menggoda para sahabat.
Aku senang bepergian, meski hanya lingkup di sekitar ku saja. Sejauh segala urusan rumah tangga beres, sejauh urusan pekerjaan beres, maka, aku senang bepergian, memuja kebesaran Tuhan yang hadir dalam segala bentuk di bumi. Terkadang kuajak suami dan anak-anak untuk terlibat. Meski suamiku bukan tipe orang yang senang bepergian, dan anak-anak sekarang sudah asyik memiliki rencana kegiatan mereka masing-masing....
Perlengkapan standar, hanya dengan menyiapkan jas hujan, dengan mengenakan pakaian kebesaran, jaket, selendang penutup leher, sepatu anti air, kacamata hitam, ransel dengan perlengkapan yang kubutuhkan, terutama, kamera......
Sabtu, 11 Januari 2014. Setelah segala urusan rumah tangga beres, dari mencuci dan menjemur pakaian, memasak hidangan sederhana bagi keluarga, Yudha berangkat sekolah, suami dan Adi masih bergelut dengan aktivitas masing-masing di rumah. Aku meluncur, dari Denpasar bergerak ke Sukawati, Gianyar, pernikahan Ayu, rekan kerja ku. Sejenak di sana, kembali kulanjutkan perjalanan menuju arah Tonja, kemudian mengambil jalan pintas ke Darmasaba, tembus di jalan raya Kapal. masuk ke Sempidi, menyusuri jalan raya, menuju Baturiti, Tabanan, pernikahan Uttari, mantan murid bimbingan skripsiku. Ada 3 upacara pernikahan yang ingin kuhadiri kali ini.
Hujan lebat semenjak Baturiti, membuatku istirahat sejenak menikmati semangkuk bakso babi dan segelas kopi hangat di salah satu warung di pinggir jalan. Berikutnya, kukenakan jas hujan, dan kembali menyusuri jalan raya sisi danau Beratan, Pancasari, dan berbelok ke kiri, ke arah asah Gobleg, hingga tembus ke Munduk. Putu Liong, anakku, menikah dengan seorang gadis dari Payangan.
Sabtu, 11 Januari 2014. Setelah segala urusan rumah tangga beres, dari mencuci dan menjemur pakaian, memasak hidangan sederhana bagi keluarga, Yudha berangkat sekolah, suami dan Adi masih bergelut dengan aktivitas masing-masing di rumah. Aku meluncur, dari Denpasar bergerak ke Sukawati, Gianyar, pernikahan Ayu, rekan kerja ku. Sejenak di sana, kembali kulanjutkan perjalanan menuju arah Tonja, kemudian mengambil jalan pintas ke Darmasaba, tembus di jalan raya Kapal. masuk ke Sempidi, menyusuri jalan raya, menuju Baturiti, Tabanan, pernikahan Uttari, mantan murid bimbingan skripsiku. Ada 3 upacara pernikahan yang ingin kuhadiri kali ini.
Hujan lebat semenjak Baturiti, membuatku istirahat sejenak menikmati semangkuk bakso babi dan segelas kopi hangat di salah satu warung di pinggir jalan. Berikutnya, kukenakan jas hujan, dan kembali menyusuri jalan raya sisi danau Beratan, Pancasari, dan berbelok ke kiri, ke arah asah Gobleg, hingga tembus ke Munduk. Putu Liong, anakku, menikah dengan seorang gadis dari Payangan.
Sejenak disini, aku kembali melanjutkan perjalanan, kali ini menuju Bubunan. Semenjak dari Munduk, kulalui Desa Mayong, Ringdikit, Rangdu, dan tiba di Bubunan. Kubelokkan arah laju motorku ke kanan, menuju Tangguwisia, Kalianget, dan tiba di banjar Tegehe, desa Banjar. Di jalan Srikandi, disini kini anak angkatku menetap.
Well, meski kami tidak memiliki ikatan pertalian darah, namun perhatian juga tetap kuberikan. Mereka baru memulai mahligai rumah tangga. Putu Singgih Permana dan Maisiah berkenalan semenjak duduk di bangku sekolah paket kelompok belajar, dimana aku mengajar. Dan, karena Mai sedang mengandung, dia menetap untuk sementara bersama mertua dan keluarga di kampung.
Aku senang memotret pemandangan alam, beserta segala hasil buminya. Aku senang memotret aktivitas umat manusia, ekspresi wajah dan segala aktivitas yang sedang mereka lakukan. Aku senang mengunjungi para sahabat juga keluarga besar......
Saat mengunjungi anak asuhku, Maisiah, di rumahnya, di Banjar Tegehe, Desa Banjar, Buleleng, 11 Januari 2014
Se saat mengunjungi anakku ini, aku kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini ingin mengambil jalan pintas melalui desa Pedawa. Namun, sejenak mampir ke Brahmavihara Arama. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 sore. Masih cukup waktu untuk berdoa dan berkunjung ke sekeliling area vihara yang luas ini.
Saat mengunjungi Brahmavihara Arama, kusempatkan untuk ber meditasi dan berdoa bagi kesejahteraan seisi dunia.
Bersujud dan berdoa demi semua orang, demi kebahagiaan setiap orang, baik keluargaku, para sahabat, bahkan, orang yang tak kukenal sekalipun.
Pukul 17.15, kembali kulanjutkan perjalanan, menembus Desa Pedawa, tiba di persimpangan jalan menuju desa Anturan, Cempaga, dan Asah Gobleg. Pemandangan asri dan menakjubkan yang terbentang sepanjang jalan, sungguh membuat hati tiada henti bersyukur, masih bisa menikmati kebesaran Tuhan yang hadir dalam berbagai bentuk dan makna.
Tiba di banjar Asah Gobleg, desa Gobleg, aku berhenti mampir sejenak, kembali menikmati semangkuk bakso babi. Lengkap dengan lontong, bakso, telur sebutir, dan krupuk, semua berharga Rp. 7.000 rupiah. "Saya masih kuliah di STIKOM Denpasar, semester 3. Sekarang sedang libur sekolah" Ujar Widya kesuma, sang pria tampan yang berjualan bergantian dengan ibunya, sementara bapaknya lumpuh akibat penyakit stroke yang di derita. Hmmmm, se dari muda, aplikasi kewirausahaan dalam dunia nyata akan membuat sukses tiba bagi mereka.
Dari Desa Gobleg, aku kembali menyusuri Desa Pancasari, Danau Beratan, dan beristirahat di Strawberry Hills. Kutemui rombongan pengendara vespa tua yang juga sedang beristirahat. Mereka berencana untuk berkemah di bumi perkemahan Danau Buyan. Hujan turun dengan deras, sedang mereka tidak membawa jas hujan. Dheeuuhhh. Sungguh, tidak siap akan sebuah petualangan jauh.
Setelah cukup beristirahat, kulanjutkan perjalanan kembali ke rumah. Tiba pukul 18.30 malam, anak-anakku ada di rumah, suami sedang asyik dengan bacaan di perpustakaan kami. Sungguh, sebuah anugerah pengalaman dan pembelajaran dalam kehidupan, bersyukur atas berkat Hyang Widhi. Anak-anakku yang mencuci motor2 kotor, membersihkan rumah, dan menyiapkan makan malam bagi kami semua. Swaha......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar