1 Jan 2014 bertepatan dengan Tilem Kanem dan Kajeng Kliwon di Tahun Baru Masehi. Buda Kliwon Matal, Kajeng Kliwon Uwudan. Guru Ngurah menjelaskan bahwa Tilem
merupakan saat malam yang gelap gulita, diyakini ketika Prabhawa Sang Hyang
Widhi sebagai Sang Hyang Rudra dalam perwujudan Sang Hyang Yamadipati yang
memiliki kekuatan pralina atau “Pamuliha maring sangkan Paran”. Umat Hindu
melaksanakan persembahan dan pemujaan secara khusuk kehadapan Sang Hyang Widhi,
agar terhindar dari sifat dan sikap atau tabiat gelap, negatif, dan hal-hal
tidak baik lain.
Bersembahyang
tidak hanya terikat waktu dan tempat semata, setiap saat bila bisa,
alangkah baiknya. Mesjid, Gereja, Vihara, Kelenteng, Pura, adalah simbol
tempat suci umat di dunia. Dengan segala cara dan gaya, juga tata krama
dan etika kita tatkala bertamu ke rumah Suci, berharap menyucikan
pikiran, perkataan dan perbuatan, menjadi pribadi yang suci, putih
bersih, berharap memperoleh berkah Beliau. Namun, di atas segalahnya, saya percaya, tempat tersuci, adalah di dalam diri sendiri, di hati masing2. Namun,
tata cara persembahyangan, etika bersembahyang, juga terkait dengan
Desa, Kala, Patra. Dimana bumi di pijak, di sana pula langit kita junjung.
Ki Kusumo menjelaskan, bahwa di Tahun Kuda ini,
situasi negeri akan memanas, mengalami perguncangan dan perubahan. Banyak orang
yang dahulu putih bersih, kemudian menjadi hitam, bersikap negatif dan menjadi
jahat.
Banyak ramalan beredar tentang peruntungan nasib,
karir, percintaan, cita dan harapan, kesehatan atau kemakmuran dari beragam
shio, baik shio ayam, shio anjing, shio babi, shio kambing, shio kerbau, shio
kelinci, shio kuda, shio macan, shio monyet, shio naga, shio tikus, shio ular.
Terjatuh dan tersungkur berkali, bangkit kembali berkali dan berkali..... yang lebih menderita dan lebih parah masih jauh lebih banyak... Bersyukur dan berdoa, dan... tetap lanjut berkarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar