Jarak yang memisahkan keberadaan seseorang dengan orang lain,
terkadang menimbulkan banyak masalah. kerinduan, kesalahpahaman,
kejelasan informasi, kebersamaan, kerja sama, dan..... serentetan
kompleksitas situasi juga kondisi lain. Banyak cara yang dilakukan untuk
membantu terjalinnya interaksi. Baik dengan mempersering pertemuan,
saling berkunjung, berkirim surat, bertelepon, akses internet.
Dewa
Biyang Nyoman adalah adik kandung bapakku. Beliau bersama keluarga
besar berada di kampung halaman, desa Batuaji kelod, kecamatan Kerambitan,
kabupaten Tabanan. Sudah semenjak 3 bulan ini telepon rumah Dewa Biyang Nyoman bermasalah.
Tidak bisa dipergunakan lagi. kami hanya bisa saling berhubungan melalui
mobile phone para Dewa Aji, pamanku lainnya. Hmmm, tentu rada ribet
jika rindu melanda, dan ingin menghubungi beliau, atau bila beliau ingin
menghubungi kami.......
Aku berjanji untuk segera
mengganti telepon rumah Dewa Biyang Nyoman. Dan, bahkan, sudah
kudapatkan semenjak dua bulan lalu. Namun, yang belum sempat kulakukan
adalah membawa telpon tersebut ke kantor Telkom Tabanan, dan mendaftar
untuk mendapatkan nomer telepon yang ditembakkan atau disuntikkan ke
dalam telepon bersangkutan, sehingga mudah dipergunakan. Dan..... yang
lebih indahnya lagi, karena telepon tersebut kuletakkan di bagian bawah
meja kerjaku di rumah, sedang rumah kami kebanjiran hingga sepinggang
pada hari Senin, tanggal 16 Desember 2013 lalu, telepon tersebut dengan suksesnya
terendam, sehingga rusak parah..... Hmmm, hidup memang tidak selalu
indah seperti harapan dan keinginan kita.
Sudah berkali
aku ingin pulang ke jeroan, pulang ke kampung halaman di Kerambitan,
namun beragam kesibukan begitu menekan..... Dan, jujur, aku belum mampu
membelikan beliau telepon sesuai keinginannya. Namun, kerinduan takkan
tinggal diam hanya menjadi kerinduan yang menghujam. Justru di tengah
hujan deras dan sesekali ditingkahi petir, aku beranjak pulang.
Mengendarai motor tua tersayang, mengenakan jas hujan, dengan ransel
tersampir di pundak, aku pulang.
Tiba di Tabanan Kota,
aku mampir di salah satu toko penjual telepon di pinggir jalan.
Berceritera sejenak dengan sang pemilik toko tentang situasi di kampung
halaman, dia menawarkan solusi bagiku. Ehm.... jadi ingat salah satu
iklan di teve, "Menawarkan solusi tanpa solusi", atau iklan salah satu
badan usaha pemerintah, "Mengatasi masalah tanpa masalah". Kuambil salah
satu mobile phone bekas yang paling sederhana cara penggunaannya bagi
Dewa Biyang Nyoman ku tersayang. Kuminta bapak tua penjual telepon yang
ramah tersebut untuk membuat format yang paling gampang, sehingga cukup
mudah untuk digunakan. kemudian kami memasukkan beberapa nomer penting
yang akan langsung muncul berturutan pada mobile phone tersebut.
Setelah
yakin cukup mudah untuk dipergunakan, kubelikan pulsa untuk
dipergunakan sebulan oleh Dewa Biyang Nyoman, kutuntaskan pembayaran,
dan segera pamit pada sang penjual untuk kembali melanjutkan
perjalananku. Kubeli beberapa roti dan jaje bali, soto ayam dan
lontongnya, juga sekotak gula jagung, karena Dewa Biyang Nyoman juga
mengidap penyakit diabetes mellitus......
15 menit
kemudian, aku tiba di kampung halaman, berjumpa Dewa Biyang Nyoman,
memberikan mobile phone berwarna hijau tersebut, mengajari beliau, dan
mencoba menghubungi beberapa nomer yang telah kutanam di dalamnya.
Setelah cukup yakin beliau akan mampu gunakan mobile phone tersebut, aku
merasa tenang. Kemudian mengunjungi bagian rumah yang lain, menyapa
keluarga besarku, bertutur kata dan bertukar ceritera.
Tidak lama,
karena aku harus segera kembali ke Denpasar, acara lain kembali menanti. Hmmm, kerinduan ini, seperti apa yang kubaca dari sang bijak, pak
Made Andi Arsana..... "Kita tidak tahu kemana harus melangkah jika lupa
dari mana kita".
Benar sekali, pak Andi. Karena kita
tentu memiliki keluarga, leluhur, juga budaya asal. Tidak menghargai dan
berusaha melupakan mereka adalah bagai Kacang Lupa dengan Kulitnya.
Walau terkadang terdapat kenangan yang menyakitkan, gambaran yang buruk
dan menakutkan, namun, selalu indah untuk berpijak dan tumbuh berkembang
dengan segala kompleksitas yang ada. Maka...... Aku pulang, berlari membawa rinduku, di tengah
hujan deras dan petir, meski hanya sekejap bisa membunuh rindu pada
mereka, keluargaku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar