Gotcha !!! @Singaraja kota......., Senin 5 Juli 2013. Satya ajeg karya tulus inastuti..... Kata ini berarti bahwa jalan untuk menjadi ksatria tangguh terkadang tidaklah gampang. Berkarya dan berkreatif, setia dan berpegang teguh pada tegaknya kebenaran.... Tidak semudah membalik telapak tangan, tidak semudah harapan dan keinginan kita.... untuk selalu tulus dan melakukan sesuatu tanpa pamrih apa pun, tanpa adanya udang di dalam rempeyek. Hwadeh.......
Hari Senin ini, seharusnya aku bersama simbok, Ayu, yang masih terhitung cucu jauh dari suami, berencana untuk pulang ke kampung Sepang Kelod. Sudah lama kami tidak pulang, karena kesibukan ku di kantor, ulangan kedua anakku, kesibukan Adi menentukan sekolah untuk tempat menempuh kuliah, juga banyak kesibukan lain. Namun panggilan yang begitu menderu berkibar di dada, saat membaca info yang tertulis di wall salah satu sahabat.
Aku memiliki golongan darah jenis B, disamping berdarah biru (Ehm, hahaha, merendahkan diri sekaligus meninggikan mutu???) Hmmm, aku bahkan tidak begitu mengenal siapa mereka, sakitnya apa, sudah
berapa lama menderita. Namun, bukankah ajaran agama bukan hanya sekedar
tataran wacana belaka, dengan segenap untaian indah kata-kata serta doa
yang terujar di bibir kita. Sudah lebih dari 3 bulan tidak kudonorkan darah, dan, kini ada panggilan tersebut. well, masih bisa kutunda sehari jadwal pulkam. Maka, bersiap untuk bergerak ke Buleleng.
Setelah beres dengan urusan rumah tangga, aku segera bersiap pula berangkat dengan si hitam, motor tercinta. mendung bergelayut di langit sepanjang perjalanan menuju Singaraja kota. Dua jam lebih kususuri perjalanan Denpasar - jalan raya Mengwi - Baturiti - Wanagiri - Singaraja, sesekali disirami hujan yang kian deras. Akhirnya tiba di RSU Singaraja, dan langsung menuju ke pos PMI. Setelah kupastikan mereka siap menerimaku, aku beranjak ke ruang Jempiring, menemui sang calon penerima donor darah.
Sesosok pria kurus kering terbaring lemah dengan infus di tangan kanannya. "Kondisinya drop, maka operasi tumor hari ini tertunda", demikian penjelasan dokter jaga di sal Jempiring. Kugenggam jemari pria tersebut, kujelaskan, aku datang dari jauh, berharap demi kesembuhannya. Meski tak kukenal mereka, namun kuingin dia tetap sepenuh semangat meraih kesembuhan.
Berkali dia menggelengkan kepala dan meminta untuk segera diajak pulang ke rumahnya. Sang istri menatap wajahku dengan tatapan pasrah. Sekali lagi kusampaikan bahwa aku saja yang tidak mengenal mereka, membawa harapan dia bisa sembuh dan segera bergabung bersama keluarga dalam keseharian seperti dahulu kala. Kemudian bersama anak lelaki sang bapak, kami berjalan menyusuri selasar rumah sakit, menuju ke pos PMI, untuk segera melakukan langkah-langkah pendonoran.
Hanya setengah jam disana, selesai sudah kegiatanku. Aku bahkan sempat berkenalan dengan Luh Made, petugas di ruang PMI tersebut, yang melakukan pengambilan darahku, dan ternyata masih keponakan dari sahabatku, ibu Ketut Sri Manis, pegawai di STPNDB.
Kembali meluncur menyusuri perjalanan kembali ke Denpasar, hujan gerimis masih menemani laju kendaraan bermotor. Hingga pukul 13.30, aku sudah tiba kembali di rumah tercinta, dengan segenap anggota keluarga terkasih...... berharap keesokan harinya aku bisa lanjut pulang kampung ke Sepang Kelod bersama simbok, Ayu.
Namun ternyata belum takdir kami untuk bisa pulang kampung esok hari. Pukul 18.00 wita, sore hari, Yudha pulang dari berkeliling di sekitar perumahan kami dengan mengendarai motorku yang bakal kami pergunakan pulkam esok hari..... "Maaa...... pedal motornya patah, Yudha hanya bisa naik motor dengan gigi satu. Nih rusak nih motornya ". Dheeuuhh, kasus baru lagi.
Astungkara..... semua selalu berjalan sesuai kehendak Tuhan, Beliau memberikan yg terbaik bagi kita, bukan yang terbaik menurut kita...... Ku terima segalanya, suka dan duka, sakit dan bahagia, jadi dan tak jadinya.... Enjoy saja dah.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar