Tanggal 10 Agustus 2013 ini merupakan hari raya
Saraswati bagi umat Hindu. Saraswati dengan simbol dewi pengetahuan,
dimana kita menghargai Tuhan yang hadir dalam manifestasi sang dewi
kebijakan dan kebajikan, agar umat manusia berkembang semakin dewasa dan
bijak dalam bertindak.
Sedari pagi telah kutuntaskan persembahyangan di rumah.
Anak-anakku berangkat bersembahyang Saraswati di sekolah masing-masing.
Adi baru pulang dari mekemit di pura Niti Bhuwana kampus STPNDB, dan
nanti sore bakal kembali kesana. Yudha berangkat sekolah pagi-pagi.
Suami ku masih sakit radang tenggorokan, batuk berdahak. Mereka berbekal
banten Saraswati yang telah kupersiapkan.
Kusempatkan sembahyang ke dalam ruang kantor, dimana aku ditempatkan, ruang dosen Administrasi Perhotelan. Bergabung bersamaku, ibu Diah Sastri bersama suami dan putri mereka, Andien. Setelah selesai disini, kami segera menuju ke Pura Niti Bhuwana kampus STPNDB, untuk segera bergabung dengan teman-teman lain beserta keluarga mereka.
Para Dosen dan Pegawai beserta anggota keluarga mereka yang beresempatan datang ke Nusa Dua di hari odalan Sang Hyang Aji Saraswati ini, para mahasiswa dan mahasiswi, kakak kelas dan mereka yang baru lulus Pembinaan Sikap Dasar Profesi, bergabung dan berbaur menjadi satu.
Dengan beragam persembahan yang mereka haturkan pada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kemudian dinikmati bersama-sama.
Dan juga para anggota Sekehe Kidung, yang menghaturkan suara merdu dalam lantunan suara memuji kebesaran Tuhan......
Sang Ida Ratu Peranda yang berasal dari Griya Klungkung tiba, disambut oleh para pimpinan lembaga kami. Berikutnya prosesi upacara diawali dengan mecaru. Mecaru merupakan perlambang usaha membersihkan bumi dari beragam hal kotor, agar bersiap menyambut upacara besar ini.
Setelah upacara mecaru di area sekeliling kampus tuntas dilakukan oleh perwakilan dari pegawai dan dosen yang ditunjuk, dilangsungkan upacara mejaya-jaya. Mejaya-jaya adalah sebuah kegiatan yang memperlihatkan persiapan dari pucuk pimpinan lembaga untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan lembaga ini, tidak hanya pada saat piodalan Saraswati saja, namun pula dalam beragam kegiatan sesudahnya. Dan, karena itu pula, pasangan suami dan istri dari pucuk pimpinan lembaga kami ini, turut serta bersama dalam upacara Mejaya-jaya. Mulai dari ibu dan bapak ketua STPNDB, DGN Byomantara, ibu dan bapak Wisnu Bawa Tarunajaya,Ibu dan bapak Dewa Ketut Sujatha, Ibu IB Putu Puja, Bapak Wayan Mulyana, dan mangku lanang beserta istri.
"Jalan ksatria sungguh tidak mudah..... semakin tinggi tegak, semakin tinggi angin mengarah padamu. Sukses kita bukan karena harta dan tahta, bukan pula karena wajah tampan atau cantikmu, namun karena perjuangan yang dilakukan dalam mengisi kehidupan"..... (Miyamoto Musashi by Eiji Yoshikawa)
Manggala.....
adalah tiang saka banyak orang dan juga aktivitas lainnya. Bukan hanya
dengan menjadi teladan yang utama, namun menjadi pemimpin bagi diri
sendiri, dan pemimpin bagi banyak orang....
"Managers are people who do the things right, and leaders are people who do the right things" (Slamet Sugiharto). Konsep pemimpin lebih mengarah pada mengerjakan yang benar, sedang manajer memusatkan pada mengerjakan secara tepat.
Namun seorang manggala atau pemimpin, sudah tentu diawali pula dengan
niat atau janji yang ditetapkan. Dan, sumpah yang telah ditegakkan
menuntut kita semua mengawal dalam pelaksanaan pada berbagai aspek
kehidupan.
Sudah tentu..... manggala atau pemimpin juga didukung oleh para istri
atau suami, pendamping setia dalam kehidupan mereka. Maka, pada acara
mewinten kali ini, mereka juga didampingi istri atau suami, sebagai
simbol janji setia, seiring sejalan, dalam suka dan duka, sakit maupun
bahagia, dengan beban tugas keluarga, negara, menegakkan sumpah yang
akan dilaksanakan pada beragam aspek kehidupan..... Maka,
mereka bersama mengawali dan memperbaharui sumpah.... menjaga ikrar
untuk saling mendukung, saling bersama, saling melengkapi.... dengan
diiringi restu sekala niskala.....
Setelah upacara Mejaya-jaya selesai dilakukan, selanjutnya adalah upacara Pewintenan Alit, sebagai simbol mereka telah resmi ditunjuk untuk menjadi pemimpin yang diharapkan mampu melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin, menjadi pemimpin bagi banyak orang, bukan hanya bagi segelintir orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar