Senin, 19 Agustus 2013, adalah hari pertama kami mengajar. Minggu lalu adalah minggu perdana perkuliahan untuk semester ganjil tahun ajaran 2013-2014 di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, dan diisi dengan berbagai pengenalan struktur program, sistematika perkuliahan, para dosen dan pegawai, penyusunan kartu rencana studi, pemantapan sikap dalam menempuh perkuliahan di lingkungan kampus. Minggu ini kami mulai dengan program belajar mengajar secara aktif, baik untuk teori dan juga praktek.
Jadwal perkuliahan telah selesai dicetak dan juga dikirim kepada masing2 alamat email para dosen.
Para dosen sudah mengetahui akan memegang mata kuliah apa berdasar jadwal perkuliahan sementara, kami mulai mengajar ke berbagai kelas yang telah ditentukan dimana para mahasiswa berada.
Pukul dua siang, ibu Mirah panik. Dosen yang duduk di sebelah meja ku ini mendapat telepon dari adikkandungnya, bahwa Gung Gek Ika tidak ditemukan di sekolahnya. Ahhh......
Dra. I Gusti Ayu Mirah Darmayanty, M.Si, memiliki rasa persaudaraan yang begitu erat terhadap keluarga besarnya. Meski Gung Gek Ika hanya keponakan, namun beliau yang merawatnya semenjak masih bayi. Dan, kini, Gung Gek Ika tidak ditemukan setelah jam pulang sekolah usai pukul dua siang oleh Gung Dewi, tantenya. Kepanikan melanda keluarga mereka. Ibu Mirah harus mengajar tepat pukul dua siang. Ahhh.....
Aku tahu, bagaimana rasanya panik dan kecemasan melanda saat tidak bisa mengetahui dan mengendalikan situasi. Aku terbayang saat anakku alami kecelakaan tabrakan naik sepeda ke sekolahnya, sedang aku tak disisinya. Aku terbayang saat orangtuaku meninggal, aku tak disisinya. Aku teringat masa-masa Kelompok Peduli Kampus, dan dikucilkan banyak orang yang memfitnah, menuduh, menjauhi tanpa bisa kupahami apa salahku atas segala intrik dan politik yang mereka permainkan dan perebutkan. Selama berhari, berminggu, berbulan, bertahun sesudahnya, banyak doa kugelar demi keselamatan mereka. Aku teringat, saat harus berjuang sendirian tanpa siapa pun dapat mendampingiku melewati masa-masa berat. Tiada tempat bersandar, tiada tempat untuk dimintai bantuan.
Dan, kini, seorang sahabat dalam situasi panik. Aku harus melakukan apa yang mungkin bisa kulakukan deminya...... Kuajak dia bersiap pulang bersama motor yang kukendarai. berganti pakaian untuk berkendaraan, dan meluncur melaju di jalan raya Nusa Dua Denpasar. Kuhantar beliau hingga ke rumahnya, namun menolak, dan memilih turun di halte bis Sarbagita Jimbaran, yang menuju ke arah kota. Well.... terus kupantau berita mengenai Gung Gek Ika.
Pukul lima sore, saat kudapati info dari ibu IGA Mirah, bahwa Gung Gek Ika ternyata ikut pulang ke rumah sahabatnya yang terletak di deretan rumah bedeng, dan asyik mengajari para sahabatnya yang belum bisa menulis. Ahh...... dasar anak-anak !!! Tidak menyadari para orangtua cemas dan hampir melaporkan kehilangan anak ke kantor polisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar