"Managers are people who do the things right, and leaders are people
who do the right things" (Slamet Sugiharto). Konsep pemimpin lebih mengarah pada mengerjakan yang benar, sedang manajer memusatkan pada mengerjakan secara tepat.
Namun
seorang manggala atau pemimpin, sudah tentu diawali pula dengan niat
atau janji yang ditetapkan. Dan, sumpah yang telah ditegakkan menuntut
kita semua mengawal dalam pelaksanaan pada berbagai aspek kehidupan.
Benar
seperti yang diuraikan Miyamoto Mushashi dalam buku karangan Eiji
Yoshikawa, bahwa jalan ksatria tidak lah mudah. Menjadi seseorang yang
satya dan ksatria, tidak hanya dalam memimpin banyak orang, tapi juga
memimpin diri sendiri.
Manggala
/ pemimpin
adalah tiang saka banyak orang. Berdiri tegak untuk bersama dengan
orang yang dipimpinnya, meski tidak bisa selalu berada bersama-sama
melakukan banyak aktivitas lainnya. Bukan hanya
dengan menjadi teladan yang utama, namun menjadi pemimpin bagi diri
sendiri, dan pemimpin bagi banyak orang....
Dengan
mengabaikan seseorang, dan menghindari tugas yang dibebankan baginya,
hanya mengutamakan kepentingan golongan dan asas pemanfaatan segelintir
pihak, berarti sang pemimpin mengabaikan sumpahnya, hati nurani, juga
banyak orang yang bersandar padanya.
Ki
Hajar Dewantara menjelaskan 3 aspek kepemimpinan, yakni Ing ngarsa sung
tulada, Ing madya mangun karsa, dan Tut Wuri handayani. Ing ngarsa
sung tulada artinya seorang pemimpin bisa berperan sebagai tokoh yang
diteladani, bisa membimbing dan memberi arah ke mana organisasi hendak
di bawa. Ing madya mangun karsa berarti bahwa seorang pemimpin bisa
membangkitkan semangat orang lain, terutama yang dipimpinnya, bisa
menimbulkan gairah semangat mewujudkan kepentingan bersama, seorang
motivator bagi orang lain. Tut wuri handayani artinya mampu menyediakan
kesempatan untuk berkembang bagi orang yang dipimpinnya, mengedepankan
kepentingan orang banyak, berhasil membuat orang yang dipimpinnya untuk
berhasil pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar