APEC Summit 2012 diselenggarakan di Russky
Island, Vladivostok, Rusia. APEC Summit 2013 diselenggarakan di Denpasar, Bali,
Indonesia. Dan, karena jumlah anggota APEC adalah 21, maka, baru 21 tahun yang
akan datang lagi Indonesia akan kembali menjadi tuan rumah APEC (Asia Pacific
Economic Corporation).
Apa yang membuat masing-masing
anggota berjuang untuk memperlihatkan keindahan dan keunikan yang ada pada
wilayahnya? Bila Rusia “belajar” selama enam bulan tersenyum ramah, maka,
bagaimana dengan Indonesia yang sudah terkenal dengan keramahan, semangat
kerjasama dalam mewujudkan tujuannya? Ini juga sudah tentu menjadi sesuatu yang
ingin ditampilkan tatkala menjadi tuan rumah penyelenggaraan APEC.
Namun, kesuksesan Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) tidak hanya diukur dari
sejumlah kesepakatan yang dihasilkan oleh para leaders guna mendorong makin
terbukanya ekonomi negara-negara anggota. Keberhasilan APEC juga ditentukan oleh
kualitas penyelenggaraan tuan rumah yang bersangkutan.
Banyak pertemuan dan penyusunan rencana serta tindakan yang dilakukan pemerintah Indonesia. Seperti serangkaian pertemuan pada bulan Juni 2013. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Pangestu, bersama Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas, Armida Alisjahbana, melakukan rapat koordinasi soal persiapan KTT APEC 2013 di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (19/6). Indonesia menggelar pertemuan KTT APEC 2013 di Bali pada tanggal 1-8 Oktober 2013 yang terdiri dari "Concluding Senior Officials' Meeting", "APEC Ministerial Meeting", "APEC 2013 CEO Summit" dan "APEC Economic Leaders' Meeting". (http://www.antaranews.com/berita/381212/hadirin-dan-delegasi-apec-2013-capai-7000-orang)
http://www.dewatanews.com/2013/10/dari-pulau-dewata-membangun-citra.html menjelaskan bahwa pada pelaksanaan APEC 2012, Rusia seakan ingin menunjukkan kembalinya “Tsar Rusia” ke kancah politik dunia. Sepanjang jalan menuju Far Eastern Federal University (FEFU), Russky Island -yang menjadi lokasi summit- delegasi negara-negara APEC disuguhi kehebatan infrastruktur Rusia. Mulai dari jalan bebas hambatan puluhan kilometer yang baru dibangun, jembatan penghubung nan megah dari daratan Rusia ke Pulau Russky, hingga kompleks FEFU nan megah. Sekadar catatan, Russky Island adalah kawasan pinggiran Rusia, bukan di Moskow atau St Petersburg. Seolah Presiden Rusia, Vladimir Putin, ingin mengatakan kepada para mitranya di APEC, dan dunia tentunya, bahwa Rusia telah kembali.
Banyak pertemuan dan penyusunan rencana serta tindakan yang dilakukan pemerintah Indonesia. Seperti serangkaian pertemuan pada bulan Juni 2013. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Pangestu, bersama Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas, Armida Alisjahbana, melakukan rapat koordinasi soal persiapan KTT APEC 2013 di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (19/6). Indonesia menggelar pertemuan KTT APEC 2013 di Bali pada tanggal 1-8 Oktober 2013 yang terdiri dari "Concluding Senior Officials' Meeting", "APEC Ministerial Meeting", "APEC 2013 CEO Summit" dan "APEC Economic Leaders' Meeting". (http://www.antaranews.com/berita/381212/hadirin-dan-delegasi-apec-2013-capai-7000-orang)
http://www.dewatanews.com/2013/10/dari-pulau-dewata-membangun-citra.html menjelaskan bahwa pada pelaksanaan APEC 2012, Rusia seakan ingin menunjukkan kembalinya “Tsar Rusia” ke kancah politik dunia. Sepanjang jalan menuju Far Eastern Federal University (FEFU), Russky Island -yang menjadi lokasi summit- delegasi negara-negara APEC disuguhi kehebatan infrastruktur Rusia. Mulai dari jalan bebas hambatan puluhan kilometer yang baru dibangun, jembatan penghubung nan megah dari daratan Rusia ke Pulau Russky, hingga kompleks FEFU nan megah. Sekadar catatan, Russky Island adalah kawasan pinggiran Rusia, bukan di Moskow atau St Petersburg. Seolah Presiden Rusia, Vladimir Putin, ingin mengatakan kepada para mitranya di APEC, dan dunia tentunya, bahwa Rusia telah kembali.
Indonesia yang di dunia
internasional dikenal sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi
tertinggi setelah Tiongkok, (6,2 persen di 2012) memilih Bali sebagai tempat
KTT APEC 2013. Peresmian keberadaan infrastruktur jalan tol Mandara yang
“mengambang” di atas laut, mengular dari Ngurah Rai sampai Nusa Dua. Dengan
panjang sekitar 12,7 kilometer, tol yang menghubungkan Pelabuhan Benoa, Ngurah
Rai dan Nusa Dua ini menjadi ikon baru Bali dan Indonesia. Para delegasi turut
pula menikmati keindahan suguhan pemandangan ini.
Disamping itu pula, sebuah hotel
baru yang mewah dibangun dalam rangka penyelenggaraan APEC 2013. Disamping
sebagai tempat menginap pimpinan tertinggi rombongan delegasi APEC, juga
merupakan lokasi puncak pertemuan para leaders di kompleks Nusa Dua. Sofitel
Luxury Hotel, yang dibangun dengan biaya Rp 1 triliun hanya dalam waktu 1,5
tahun. Pengembangnya adalah Trihatma K Haliman, bos besar Agung Podomoro Land
Tbk, yang dikenal raja properti dalam beberapa tahun terakhir ini. Ibarat kisah
Bandung Bondowoso yang membangun Candi Prambanan hanya dalam waktu semalam,
Haliman ingin menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia bisa membuat karya-karya besar
yang bisa dibanggakan. Ia mengaku mendapat mandat langsung dari Presiden SBY
untuk membuat venue retreat APEC yang menghadap ke laut. Dengan hembusan angin
dan iringan deru ombak nan merdu, diharapkan lokasi pertemuan membawa energi
positif untuk para leaders, sehingga dapat menghasilkan sejumlah kesepakatan
untuk masa depan APEC. Dan sepertinya harapan Presiden SBY untuk menghadirkan
kejutan bagi para leaders itu menjadi kenyataan. Lokasi retreat di Sofitel
Luxury Hotel tampak megah dengan sentuhan aksen khas Bali.
Sejumlah 3000 awak media / jurnalis
yang berasal dari dalam dan luar negeri yang hadir juga dimanjakan berbagai
fasilitas penunjang yang ada, karena sungguh disadari betapa dukungan media
sangat penting agar gaung APEC Indonesia 2013 sesuai harapan. Media Center APEC
terletak di salah satu hall Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Dilengkapi
dengan ribuan personal computer dan jaringan Wi-Fi supercepat yang disupport
Telkom Indonesia, tempat ini mampu menampung tak kurang dari 3.000 awak media.
Mereka bebas mengirimkan materi berita dan berkomunikasi ke negara asal
masing-masing secara bebas. Media center ini juga dilengkapi dengan 550 line
fixed wireline, layanan IP Phone untuk telekomunikasi internasional (IDD Call),
akses internet kecepatan tinggi dengan bandwidth hingga 2x10 Gbps, jaringan
Wi-Fi yang all coverage, hingga Mobile SNG (Satellite News Gathering) untuk
broadcaster dengan coverage nasional dan internasional serta jaringan privat ke
semua lokasi venue.
Isu keamanan juga menjadi pekerjaan
rumah penting bagi pemerintah jelang KTT APEC kali ini. Trauma Bom Bali I dan
II memang sudah menurun, tapi kewaspadaan tetap utama. Maka, aparat keamanan
tak mau berkompromi guna mengawal sejumlah kepala negara di Bali. Kapal perang
dikerahkan, sejumlah jalan ditutup. Bahkan, bandara Ngurah Rai sampai harus
“shutdown” dari kegiatan komersial selama tiga hari. Walaupun ada kerugian dari
sisi pendapatan, namun demi merah-putih, semua pihak memahami situasi yang
demikian. Baik Angkasa Pura, maskapai penerbangan dan pihak swasta, tak terlalu
mempermasalahkan “isolasi” Bali untuk sementara waktu. Sebuah media nasional
memotret bagaimana lengangnya bandara Bali saat APEC berlangsung. Pemandangan
yang tidak biasa. Di luar itu, kemegahan the new Ngurah Rai Airport juga
menjadi suguhan lain bagi para delegasi APEC.
Inti yang bisa diambil adalah bahwa,
sungguh tidak mudah membangun dan mengembangkan image, citra, prestige yang
positif, baik di tengah para delegasi peserta APEC 2013, di tengah masyarakat
Indonesia sendiri, juga para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan APEC
2013.
Membangun citra positif Indonesia di
dunia internasional memang tidak mudah. Forum APEC Bali 2013 yang baru saja
berakhir merupakan media yang tepat untuk menunjukkan siapa kita. Ditambah
dengan keramahtamahan masyarakat Bali, keindahan Pulau Dewata dan infrastruktur
yang mengesankan, Indonesia kini bukanlah Indonesia pasca reformasi yang
diterpa krisis. Kita justru tengah membangun ekonomi menuju salah satu pemain
penting kawasan. Sejumlah indikator cukup untuk meng-capture performance
Indonesia dalam lima tahun terakhir. Kita adalah negara G20 member dengan GDP
no-16 dunia. Indonesia juga sekarang masuk kelompok MIST (Mexico, Indonesia,
South Korea dan Turki), group negara-negara emerging yang digadang-gadang akan
menggantikan dominasi BRIC (Brazil, Rusia, India dan China) di tahun-tahun
mendatang.
Sumber:http://www.dewatanews.com/2013/10/dari-pulau-dewata-membangun-citra.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar