Penyajang Galungan. Penyajang atau menjelang Galungan. Dua hari lagi Galungan. Sampian Penjorku telah jadi. Anak-anakku, Adi dan Yudha, menuntaskan Penjor Galungan bagi rumah kami.
Dan, Penampahan Galungan, atau sehari menjelang Galungan, suamiku menghiasi Padmasana juga Penunggun Karang rumah kami. So simple, begitu sederhana, namun inilah rumahtanggaku. Home sweet home. Bagi rumah tangga umat Hindu lainnya, mungkin ada yang membuat lawar, sebagai ciri khas menjelang Galungan. Namun keluarga ku tidak. Cukuplah bagi kami menyelenggarakan Galungan dalam semangat kebersamaan dan kebersahajaan. Sederhana, namun makna dan tatacaranya berjalan lengkap juga lancar.
Aku menuntaskan menanding atau menyusun bahan-bahan banten / upacara bagi perayaan Galungan kami. Beberapa pejati, sodan, sampian gantung, dan lainnya lagi. Namun, begitu aku melihat ke pisang yang akan kupergunakan, dua sisir pisang yang paling bagus telah habis. Ehm...... suami dan anak-anak memang penggemar pisang. Mengapa harus marah atau bersedih???
Tuhan
hadir dalam beragam gaya, cara dan makna.... Pisang susu matang dan
montokku buat banten, habis dinikmati mereka, my lovely amazing handsome
bodyguards.... Karena aku paham, Tuhan hadir dalam beragam gaya, cara
dan makna. (edisigeleng2kepala&enjoydah.com).
Yang terpenting, keluargaku sehat, yang terpenting, keluargaku berbahagia. Tiada lagi yang kuinginkan...... Bersyukur dan memanjatkan doa Galungan bersama keluargaku di malam hari. Swaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar