Tahukah anda, bagaimana caranya membuat Penjor?? dan... ini yang
dilakukan oleh My Lovely Amazing handsome Bodyguards, My Brondong,
alias..... anak-anakku, Adi dan Yudha. Tikar digelar di halaman, di
atasnya tersedia semat yang dibuat dari kulit bambu, ilalang kering,
busung atau daun kelapa.
Namun, anak-anak,
tetaplah anak-anak, dengan segala jiwa dan semangat anak-anak mereka.
Lagipula, bukankah, kita semua adalah orang dewasa dengan jiwa
kekanakan? Bikin Penjor pun, mereka membuatnya dengan semangat
anak-anak. Intinya, bukan hasil yang dijadikan acuan patokan / tolok
ukur, namun proses yang mereka jalani bersama dalam kerjasama dengan
beragam nuansa suka dan duka. Yeaahh, tetap saja, anak-anak....
Maka, mereka bergelut bercanda, tertawa, protes bila dirasa kurang pas dengan selera dan keinginan mereka. Hmmmm, enjoy saja dah. Lagipula, bukan hasil yang menjadi acuan tolok ukur / kesuksesan, namun dari proses yang mereka jalani, bersama-sama, bekerjasama dalam menyelesaikan tugas, dalam suka dan duka, dalam semangat bersaudara, dan, dalam semangat yang ada pada diri mereka, untuk tumbuh kian dewasa, kian bijak dan shantih.
Maka, mereka bergelut bercanda, tertawa, protes bila dirasa kurang pas dengan selera dan keinginan mereka. Hmmmm, enjoy saja dah. Lagipula, bukan hasil yang menjadi acuan tolok ukur / kesuksesan, namun dari proses yang mereka jalani, bersama-sama, bekerjasama dalam menyelesaikan tugas, dalam suka dan duka, dalam semangat bersaudara, dan, dalam semangat yang ada pada diri mereka, untuk tumbuh kian dewasa, kian bijak dan shantih.
Kusediakan
pisang
rebus, teh dan kopi, juga busung / janur / daun kelapa..... dan biarkan
mereka berkreasi menuntaskan kewajiban..... Hasilnya, ehm, jangan
biarkan hasil mengikat.... Aku bisa dengan tenang pula menuntaskan
mencuci pakaian dan memasak di dapur, sementara mereka bekerja di
halaman. My Lovely Amazing Handsome Bodyguards, My
Brondong bersiap bikin Penjor.
Tatkala
kuhidangkan tempe goreng tepung sebagai hidangan bagi mereka, kulihat
gulungan dari busung telah selesai mereka kerjakan. Kami bersama
merakitnya pada bambu untuk penjor. Kami tambahkan perlengkapan padi,
menggantung pisang dan jaje bali, sepotong kain putih bertulis Omkara.
Kemudian terakhir, kami gantungkan Sampian Penjor yang telah tuntas
kubuat kemarin. Akhirnya....... Penjor kami tegak menjulang angkasa.
Begitu sederhana, namun, inilah buah karya kami sekeluarga, sebagai
Yadnya menjelang hari raya Galungan dan Kuningan.
Situs Parisada menjelaskan http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1150&Itemid=107
Penjor Galungan ditancapkan pada Hari Selasa/Anggara wara/wuku Dungulan
yang dikenal sebagai hari Penampahan Galungan yang bermakna tegaknya
dharma. Penjor dipasang atau ditancapkan pada lebuh didepan sebelah
kanan pintu masuk pekarangan. Bila rumah menghadap ke utara maka penjor
ditancapkan pada sebelah timur pintu masuk pekarangan. Sanggah dan
lengkungan ujung penjor menghadap ke tengah jalan
Dilihat
dari segi bentuk, penjor merupakan lambang Pertiwi dengan segala
hasilnya, yang memberikan kehidupan dan keselamatan. Pertiwi atau tanah
digambarkan sebagai dua ekor naga yaitu Naga Basuki dan Ananta bhoga.
Selain itu juga, penjor merupakan simbol gunung, yang memberikan
keselamatan dan kesejahteraan.
Rujukan mengenai Penjor dapat dilihat pada Lontar
“Tutur Dewi Tapini" “Ndah Ta Kita Sang Sujana Sujani, Sira Umara
Yadnva, Wruha Kiteng Rumuhun, Rikedaden Dewa, Bhuta Umungguhi Ritekapi
Yadnya, Dewa Mekabehan Menadya Saraning Jagat Apang Saking Dewa Mantuk
Ring Widhi, Widhi Widana Ngaran Apan Sang Hyang Tri Purusa Meraga
Sedaging Jagat Rat, Bhuwana Kabeh, Hyang Siwa Meraga Candra, Hyang Sadha
Siwa Meraga “Windhune”, Sang Hyang Parama Siwa Nadha, Sang Hyang Iswara
Maraga Martha Upaboga, Hyang Wisnu Meraga Sarwapala, Hyang Brahma
Meraga Sarwa Sesanganan, Hyang Rudra Meraga Kelapa, Hyang Mahadewa
Meraga Ruaning Gading, Hyang Sangkara Meraga Phalem, Hyang Sri Dewi
Meraga Pari, Hyang Sambu Meraga Isepan, Hyang Mahesora Meraga Biting
Terdapat dua jenis penjor, antara lain Penjor Sakral dan Penjor
hiasan. Merupakan bagian dari upacara keagamaan, misalnya upacara
galungan, piodalan di pura-pura. Sedangkan pepenjoran atau penjor hiasan
biasanya dipergunakan saat adanya lomba desa, pesta seni dll.
Pepenjoran atau penjor hiasan tidak berisi sanggah penjor, tidak adanya
pala bungkah/pala gantung, porosan dll. Penjor sakral yang dipergunakan
pada waktu hari raya Galungan berisi sanggah penjor, adanya pala bungkah
dan pala gantung, sampiyan, lamak, jajan dll.
Definisi Penjor menurut I.B. Putu Sudarsana dimana Kata Penjor berasal dari kata “Penjor”, yang dapat diberikan arti sebagai, “Pengajum”, atau “Pengastawa”, kemudian kehilangan huruf sengau, “Ny” menjadilah kata benda sehingga menjadi kata, “Penyor” yang mengandung maksud dan pengertian, ”Sebagai Sarana Untuk Melaksanakan Pengastawa”.
Definisi Penjor menurut I.B. Putu Sudarsana dimana Kata Penjor berasal dari kata “Penjor”, yang dapat diberikan arti sebagai, “Pengajum”, atau “Pengastawa”, kemudian kehilangan huruf sengau, “Ny” menjadilah kata benda sehingga menjadi kata, “Penyor” yang mengandung maksud dan pengertian, ”Sebagai Sarana Untuk Melaksanakan Pengastawa”.
Oleh karena itu, membuat sebuah penjor sehubungan dengan pelaksanaan
upacara memerlukan persyaratan tertentu dalam arti tidak asal membuat
saja, namun seharusnya penjor tersebut sesuai dengan ketentuan Sastra
Agama, sehingga tidak berkesan hiasan saja. Sesungguhnya unsur-unsur
penjor tersebut adalah merupakan symbol-simbol suci, sebagai landasan
peng-aplikasian ajaran Weda, sehingga mencerminkan adanya nilai-nilai
etika Agama. Unsur-unsur pada penjor merupakan simbol-simbol sebagai
berikut:
- Kain putih yang terdapat pada penjor sebagai simbol kekuatan Hyang Iswara.
- Bambu sebagai simbol dan kekuatan Hyang Brahma.
- Kelapa sebagai simbol kekuatan Hyang Rudra.
- Janur sebagai simbol kekuatan Hyang Mahadewa.
- Daun-daunan (plawa) sebagai simbol kekuatan Hyang Sangkara.
- Pala bungkah, pala gantung sebagai simbol kekuatan Hyang Wisnu.
- Tebu sebagai simbol kekuatan Hyang Sambu.
- Sanggah Ardha Candra sebaga: simbol kekuatan Hyang Siwa.
- Upakara sebagai simbol kekuatan Hyang Sadha Siwa dan Parama Siwa
- Kain putih yang terdapat pada penjor sebagai simbol kekuatan Hyang Iswara.
- Bambu sebagai simbol dan kekuatan Hyang Brahma.
- Kelapa sebagai simbol kekuatan Hyang Rudra.
- Janur sebagai simbol kekuatan Hyang Mahadewa.
- Daun-daunan (plawa) sebagai simbol kekuatan Hyang Sangkara.
- Pala bungkah, pala gantung sebagai simbol kekuatan Hyang Wisnu.
- Tebu sebagai simbol kekuatan Hyang Sambu.
- Sanggah Ardha Candra sebaga: simbol kekuatan Hyang Siwa.
- Upakara sebagai simbol kekuatan Hyang Sadha Siwa dan Parama Siwa
Selamat
Galungan dan Kuningan, semoga semangat Galungan akan senantiasa menjaga
kedamaian di bumi dan di hati, akan membuat kita kian dewasa, kian
bijak dan shantih......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar