Sepang, kembali aku pulkam. 18 Oktober 2013. Menembus jalan raya
Denpasar - Gilimanuk semenjak pukul 7 pagi. Tiba di daerah Pengeragoan,
berbelok ke kanan, dan memasuki daerah Bading Kayu. Aku beristirahat
sejenak di toko di pinggir jalan sebelah kiri, Warung Wahyu. Di Warung
ini, kami biasa beristirahat sejenak, setelah satu jam mengendarai motor
untuk pulkam ke Sepang, sebelum menembus belantara hutan Yeh Leh Yeh
Lebah, daerah Bading Kayu.
Kali ini aku pulang sendiri,
mengendarai motor hitam tercinta. Kupesan segelas kopi bali, dan
mengambil sebungkus roti. Sambil berbincang dengan pemilik warung, Bu
Gusti, aku duduk di bangku bundar semen. Aku melihat seorang perempuan
tua keluar dari warung. Dia mengeluhkan sandal jepit yang diinginkannya
namun tidak tersedia di warung tersebut. Kulihat kakinya tak beralas,
dipenuhi lumpur. Ditangannya ada uang sepuluh ribu rupiah. Sang kakek,
suaminya, menunggu di samping motor di depan warung. Gantian si kakek
menagih uang dalam genggaman nenek ini, lalu masuk ke dalam warung untuk
membeli paku ukuran 5 cm.
Perlahan aku berdiri.
Kuhampiri si perempuan tua, sang nenek. Kuajak dia kembali masuk ke
dalam warung, dan kukatakan, pasti ada sepasang sandal jepit yang cocok
bagi kakinya. Tertatih dia mendekati bagian rak tempat memajang sandal
bagi wanita, berulang kali dia katakan, tidak ada yg cocok. "Pegat
dugase ngempu cucu sane melaib kemu mai", ujarnya.
Hmmm,
kuambil sepasang sandal berwarna biru dengan alas berwarna putih,
kukenakan di kakinya. dan, kukatakan..... "Wah, ini cocok buat nenek".
Kembali dia katakan tidak cocok, melepas sandal dari kakinya dan
diletakkan kembali di atas rak, kali ini dengan mata berkaca-kaca.
Kemudian dia berkata "pis ne kuang, sing nyidang meli sandal, napi buin
ne sandal luung, pasti mael". Dheeuuhh. Aku kembali mengambil sandal
biru tersebut, dan kukenakan lagi di kaki sang nenek. Kugenggam
tangannya sembali menghantar dia keluar warung. Tak lupa kuambilkan kue
bagi cucunya, "Kasih cucunya, ya nek". kukedipkan mata pada Ibu Gusti
sang pemilik warung. Aku yang akan menyelesaikan pembayarannya setelah
kopi ku tuntas dinikmati.
Aku hanya perempuan
biasa, yang amat sangat biasa-biasa saja. Namun, dengan sedikit sentuhan
cinta, aku ingin berbagi banyak kebahagiaan bagi sesama. Menebar cinta, tanpa berharap apapun.
Selamat Sugihan, selamat menyambut Galungan dan Kuningan, Nek. Semoga
kebahagiaan dan cinta selalu ada dimana-mana, di bumi dan di hati kita
semua.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar