Nagasepaha merupakan
nama salah satu Desa yang terdapat di Buleleng. Berasal dari Banjar Delod
Margi, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, di Desa Nagasepaha ini terdapat
seni kerajinan yang merupakan seni lukis kaca. Keahlian ini berawal dari Jro
Dalang Diah, seorang ahli seni lukis di atas kaca, mengawali aktivitas kesenian
pada tahun 1927. Awal mulanya lukisan yang dihasilkan terkait dengan
pewayangan, kelahiran, namun kemudian seiring perkembangan jaman, generasi
penerus Jro Dalang Diah berkreasi pada banyak topik lain, seperti situasi
kehidupan masyarakat Bali, upacara keagamaan, tokoh masyarakat, dewa, dan
lainnya lagi.
Pada Pesta Kesenian
Bali ke dengan topik Bayu Premana kali ini, Komunitas Seni Lukis Nagasepaha
turut berpartisipasi dengan mengikutsertakan 86 buah hasil karya mereka, baik
anak, cucu, buyut keturunan dari Jro Dalang Diah dan para pengikutnya.
Terlihat beragam karya
indah hasil seni lukis di atas kaca yang dipamerkan kali ini. Ada lukisan karya
pertama dari Jro Dalang Diah pada tahun 1927. Berbagai karya di atas kaca, baik
gelas, tempat makanan, bola kaca, bertemaseni lukis pada kaca.
“Generasi ke empat dan
kelima dari Jro Dalang Diah sudah tersebar kemana-mana dengan beragam profesi
maupun melanjutkan pendidikan. Kali ini kami berkumpul disini ingin memperlihatkan
eksistensi kami dan berbagi rasa dengan masyarakat lainnya, bahwa seni lukis
Nagasepaha mengalir di dalam diri kami, hadir dalam berbagai bentuk hasil
karya, juga memiliki kualitas karya yang indah”. Ujar Made Wijana menjelaskan
kreativitas seni lukis Nagasepaha.
Made Wijana merupakan
Generasi Ke Empat dari keturunan Jro Dalang Diah yang menuntaskan pendidikan
pada Fakultas Seni Rupa Undiksha Singaraja. Ia merupakan anak dari bapak ketut
Santosa, yang juga merupakan pelukis kaca. “Saya ingin melestarikan warisan
leluhur terkait seni lukis kaca. Saya juga terus mengembangkan kreativitas seni
lukis ini terkait berbagai fenomena kehidupan, baik tentang situasi sosial, aktivitas
pertanian, budaya masyarakat, kisah perwayangan, dengan berbagai makna yang
terkandung di dalamnya”. Tutur Made Wijana bersama Ketut Santosa, bapaknya,
yang merupakan generasi ketiga dari Jro Dalang Diah.
Budaya menghaluskan
kepribadian kita, seni mengajarkan kita untuk bersabar diri dan selalu
bersyukur atas segala keindahan di dunia, salah satunya, dalam bentuk karya
seni lukis kaca. Tidak mudah menghasilkan karya yang tertata rapi dengan
tingkat kerumitan tinggi, melukis di atas kaca, dengan beragam makna, dari
kearifan lokal semenjak jaman nenek moyang berupa sistem penanggalan kelahiran,
tokoh pewayangan dan petuah yang tergurat pada berbagai bentuk karya.
Nagasepaha, merupakan
sebuah desa dimana seni lukis pada kaca berawal. Geliat masyarakat akan seni
dan budaya, dengan kesadaran akan regenerasi bagi kelangsungan seni ini, mereka
telah menerapkan langkah-langkah regenerasi atau kaderisasi semenjak dini,
seperti mengenalkan seni dan budaya pada anak-anak di desa Nagasepaha, mendidik
mereka memahami seni lukis kaca, mengembangkan kreativitas seni, pada berbagai
bidang yang memungkinkan, seperti di atas kaca, pada kain kanvas, mengikuti
pameran, dan berani berbicara dengan karya seni mereka.
Ngelmu iku kelakone
kanthi laku. Ilmu bisa terwujud dengan cara belajar. Maka, belajarlah selalu
dari diri sendiri, dari lingkunganmu, sepanjang hidupmu. Belajarlah hingga
terwujud dalam tutur dan perilakumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar