Sungsang,
Wrespati Wage ngaran parerebwan,
Sugyan Jawa kajar ing loka,
Katwinya Sugyan Jawa tan ngaran,
Apan pakretin bhatara kabeh arerebon,
Ring sanggar mwang ring parhyangan,
Dulurin pangraratan, pangresikan ring
bhatara,
saha puspa wangi.
Kunang wwang wruh ing tatwa jana,
pasang yoga, wang wiku anggarga puja,
Apan bhatara tumurun mareng madyapada,
milu Sang Dewa Pitara,
Amukti banten anerus tekeng Galungan.
(lontar Sundarigama)
Sugihan Jawa merupakan
pembersihan alam bhuwana, dunia makrokosmos, bersiap menyambut datangnya hari
suci, Galungan. Hal ini dilakukan dengan membersihkan lingkungan sekeliling,
Pura, Merajan, pelinggih, sekitar rumah, pemukiman, dan lahan di sekelilingnya,
dengan menghaturkan canang raka atau canang mereresik.
Sugihan kali ini, berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan Pembinaan Sikap Dasar Profesi di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. PSDP yang berlangsung dari hari Senin sampai dengan Jum'at, tanggal 15 - 19 Juli 2019. Sedangkan Sugihan Jawa pada hari Kamis, tanggal 18 Juli 2019, dan Sugihan Bali pada hari Jum'at, tanggal 19 Juli 2019.
Sugihan berasal dari
bahasa Sanskerta, Sugihan dan Jaba, dunia makrokosmos di sekeliling kita.
Sugihan Jawa dilaksanakan setiap enam bulan sekali, bertepatan dengan Wraspati (Kamis)
Wage wuku Sungsang. Kali ini pada tanggal 18 Juli 2019.
Sugihan Jawa di saat
Kamis Wage Sungsang disebut juga dengan istilah Parerebon, merupakan hari suci
dimana para bhetara atau para leluhur melaksanakan rerebu, hadir di tengah
sanak keluarga, di merajan dan parhyangan. Para anggota keluarga melaksanakan
rangkaian upacara keagamaan Rerebu / Ngerebon, disertai dengan pangraratan dan
pembersihan untuk bhetare atau leluhur dengan menghaturkan kembang wangi
sebagai simbolnya.
Di saat ini, orang yang
memiliki kemampuan dalam hal tatwa akan melakukan Yoga Semadhi, Para pinandita
dan pemangku akan melakukan pemujaan tertinggi, karena bhetara di hari ini
diyakini oleh umat Hindu turun kembali ke dunia, ketengah para anggota
keluarga, diiringi oleh para leluhur, untuk bersembahan hingga hari raya
Galungan.
Rerebu atau marerebon,
ngerebon, bertujuan untuk menetralisir kekuatan negative yang terdapat pada
alam semesta atau bhuwana agung. Dengan sesajen yang dihaturkan berupa Sesayut
Tutuan atau Pangarad Kasukan. Sebagaimana tercantum pada Lontar Sundarigama :
“Pakreti nikang wwang,
sasayut mwang tutwang, pangarad kasukan ngaranya”.
Sukra Kliwon, Sugyan Bali,
Sugyan ing manusa loka paknanya,
Pamretistan ing raga tawulan,
kewala sira apeningan anadaha tirta
panglukatan,
Pabresihan, ring Sang Pandhita.
(Lontar Sundarigama)
Sehari setelah Sugihan
Jawa, berlangsung Sugihan Bali, bertepatan dengan hari Jum’at, (Sukra) Kliwon
wuku Sungsang.
Sugihan Bali bermakna
penyucian diri ke dalam, membersihkan dunia kecil, alam makrokosmos, simbol diri
sendiri, membersihkan diri dari segala sifat negatif, agar bersiap menyongsong
masa depan yang semakin baik lagi.
Ada baiknya kita
melakukan introspeksi diri, dengan hening sejenak melakukan Samadhi, dengan ber
meditasi, melakukan tapa brata, melukat, meruwat diri, berharap terhindar dari
perbuatan tercela, pikiran kotor, dan perkataan yang dapat melukai orang lain,
bahkan menyakiti diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar