Setelah satu jam dan empat puluh lima menit menempuh perjalanan udara dengan Lion Air dari Denpasar Bali, kami tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Waktu setempat menunjukkan pukul 15.00 tatkala kami masuki terminal A5. Pesawat Lion selanjutnya yang akan membawa kami menuju Pontianak, kampung halaman kedua bagiku, adalah Lion Air pukul 17.00.
Hmmm, harus pintar mengisi waktu luang bersama anakku agar dia tidak merasa bosan. Maka, kami nikmati berbagai kegiatan, mulai dari mengecek mesin pembuat minuman kopi yang ada, mencoba mencoba beberapa diantaranya. Menikmati musik dari komputer mini yang dibawanya, bermain games yang ada di mobile phone. Hingga menjelaskan berbagai situasi dan kondisi yang ada di seputar kami. Tak lupa, kubuka bekal makan yang kami bawa, menikmati bersama, hingga nasi dan ayam goreng tandas tiada berbekas. Ah, anakku bukan tipe penuntut.... aku bersyukur pada Tuhan atas anugerah terindah ini.
Di hadapan kami, serombongan ibu yang akan berangkat menuju Pontianak. Mereka baru merayakan kesuksesan dalam penjualan Tupperware, sebuah merek yang memproduksi berbagai peralatan rumah tangga. Mereka berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Barat. Mengenakan baju kaos berwarna kuning cerah. Salah seorang dari mereka menyapa. Ahhh..... dunia sungguh kecil. Dia adalah Ibu Komang AURI. Banyak orang di kota Pontianak yang kukenal dimasa kecilku dahulu dipanggil dengan sebutan nama yang terkesan akrab untuk memudahkan pemanggilan namanya. Dan Ibu Komang ini, suaminya bertugas di AURI, dan beliau adalah salah satu sahabat dari kedua orang tuaku. Sungguh, aku tidak mengenalinya. Karena aku lahir dan tumbuh berkembang hingga tamat SMP Santo Josep di kota Pontianak, sebelum kemudian melanjutkan pendidikan SMA Kolese Santo Josep di Malang bersama kakak dan adik2 ku, lalu pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Jogja, dan kemudian bekerja di pulau Bali. Kami berbincang-bincang sambil mengungkit masa lalu, saat aku masih imut-imut. Ehm... dan kini amit amit? ah hahahaha.
Sebenarnya, aku memiliki kakak dan adik di kota Jakarta ini. Namun, jarak yang berjauhan dan macet parah yang melanda, membuatku tidak mungkin berjumpa dengan mereka. Toh, masih cukup banyak waktu bagi kami lain kali. Smoga Tuhan memberi kesempatan selalu. Adikku, Dewa Ketut Karma Susatia, bakal tiba keesokan hari bersama anaknya. Sedang kakakku masih heboh dengan persiapan anak2nya yang bakal mengikuti ujian akhir semester. Hmmm, sungguh berbeda jadwal pelaksanaan ujian murid di berbagai lokasi negeri ini.
Pukul 18, setelah keberangkatan kami tertunda satu jam, akhirnya kami berangkat pula ke Pontianak. Cuaca berkabut sehabis hujan menyambut kami setibanya di kota Pontianak. Kulihat adikku tercinta, Dewa Nyoman Diwyartha Kesuma. Dia datang menjemput dengan motor tercintanya. Dia peternak lele yang sukses dengan ber ton-ton lele setiap kali panennya. Banyak yang menawari modal, namun dia tidak mau, karena sungguh banyak pertimbangan yang membuatnya lebih suka menjadi tuan bagi dirinya sendiri.
Waktu menunjukkan pukul 20.30 menit saat kami tiba di rumah emak dan kupeluk emak yang masih menanti di depan apotik terbuka. Yeah, kami memiliki sebuah apotik sederhana. Emak masih terlihat cantik dengan wajah yang sungguh akrab melekat dalam ingatanku... Yudha segera akrab dengan segenap pegawai dan anak asuh emak. Setelah mandi air dingin, kami menikmati semangkuk sayur hangat yang telah tersedia. Lelah dan letih yang mendera, tidak membuat kami terhambat, ceritera masih berlanjut hingga pukul 2 pagi dini hari. Ahhhh, kangenku selalu akan kehangatan sebuah keluarga.
Hmmm, harus pintar mengisi waktu luang bersama anakku agar dia tidak merasa bosan. Maka, kami nikmati berbagai kegiatan, mulai dari mengecek mesin pembuat minuman kopi yang ada, mencoba mencoba beberapa diantaranya. Menikmati musik dari komputer mini yang dibawanya, bermain games yang ada di mobile phone. Hingga menjelaskan berbagai situasi dan kondisi yang ada di seputar kami. Tak lupa, kubuka bekal makan yang kami bawa, menikmati bersama, hingga nasi dan ayam goreng tandas tiada berbekas. Ah, anakku bukan tipe penuntut.... aku bersyukur pada Tuhan atas anugerah terindah ini.
Di hadapan kami, serombongan ibu yang akan berangkat menuju Pontianak. Mereka baru merayakan kesuksesan dalam penjualan Tupperware, sebuah merek yang memproduksi berbagai peralatan rumah tangga. Mereka berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Barat. Mengenakan baju kaos berwarna kuning cerah. Salah seorang dari mereka menyapa. Ahhh..... dunia sungguh kecil. Dia adalah Ibu Komang AURI. Banyak orang di kota Pontianak yang kukenal dimasa kecilku dahulu dipanggil dengan sebutan nama yang terkesan akrab untuk memudahkan pemanggilan namanya. Dan Ibu Komang ini, suaminya bertugas di AURI, dan beliau adalah salah satu sahabat dari kedua orang tuaku. Sungguh, aku tidak mengenalinya. Karena aku lahir dan tumbuh berkembang hingga tamat SMP Santo Josep di kota Pontianak, sebelum kemudian melanjutkan pendidikan SMA Kolese Santo Josep di Malang bersama kakak dan adik2 ku, lalu pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Jogja, dan kemudian bekerja di pulau Bali. Kami berbincang-bincang sambil mengungkit masa lalu, saat aku masih imut-imut. Ehm... dan kini amit amit? ah hahahaha.
Sebenarnya, aku memiliki kakak dan adik di kota Jakarta ini. Namun, jarak yang berjauhan dan macet parah yang melanda, membuatku tidak mungkin berjumpa dengan mereka. Toh, masih cukup banyak waktu bagi kami lain kali. Smoga Tuhan memberi kesempatan selalu. Adikku, Dewa Ketut Karma Susatia, bakal tiba keesokan hari bersama anaknya. Sedang kakakku masih heboh dengan persiapan anak2nya yang bakal mengikuti ujian akhir semester. Hmmm, sungguh berbeda jadwal pelaksanaan ujian murid di berbagai lokasi negeri ini.
Pukul 18, setelah keberangkatan kami tertunda satu jam, akhirnya kami berangkat pula ke Pontianak. Cuaca berkabut sehabis hujan menyambut kami setibanya di kota Pontianak. Kulihat adikku tercinta, Dewa Nyoman Diwyartha Kesuma. Dia datang menjemput dengan motor tercintanya. Dia peternak lele yang sukses dengan ber ton-ton lele setiap kali panennya. Banyak yang menawari modal, namun dia tidak mau, karena sungguh banyak pertimbangan yang membuatnya lebih suka menjadi tuan bagi dirinya sendiri.
Waktu menunjukkan pukul 20.30 menit saat kami tiba di rumah emak dan kupeluk emak yang masih menanti di depan apotik terbuka. Yeah, kami memiliki sebuah apotik sederhana. Emak masih terlihat cantik dengan wajah yang sungguh akrab melekat dalam ingatanku... Yudha segera akrab dengan segenap pegawai dan anak asuh emak. Setelah mandi air dingin, kami menikmati semangkuk sayur hangat yang telah tersedia. Lelah dan letih yang mendera, tidak membuat kami terhambat, ceritera masih berlanjut hingga pukul 2 pagi dini hari. Ahhhh, kangenku selalu akan kehangatan sebuah keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar