Minggu, 12 Juni 2011
What a Day....
Minggu pagi, 11 Juni 2011. Hari pertama libur murid sekolah. Anak2ku telah menerima laporan hasil belajar mereka selama setahun di sekolah, buku rapor mereka. Tidak ada yang juara kelas. Namun, bukankah... bukan hasil akhir yang menentukan apakah kita Sang Juara atau tidak? Tapi perjuangan dalam meraih hasil itu, seberapa mampu dan kemauan yang kita miliki dalam mengisi hari-hari, menjalani proses dalam menggapai tujuan yang ingin dicapai.
Suami bersama si bungsu berangkat ke rumah ipar, mengunjungi mertua yang ada di sana. Aku melangsungkan mejejaitan. AnggaraKasih Julung Wangi jatuh pada tanggal 21 Juni. Odalan di sanggah dadia kami di Klungkung, Banjarangkan, Dusun Kapit. Bagianku biasanya menyiapkan sampian gantung, tangkih, ituk-ituk, canang, tipat kelan, dan lain sebagainya yang kubisa.
Pukul 11.00, kuhentikan sejenak menowes bahan jejahitan dari busung. Aku dan simbok berangkat menuju Tabanan. Adi diam menjaga rumah sambil menyelesaikan menginstall ulang laptop temannya. Motor kami melaju perlahan di jalan raya dengan kecepatan hanya 75 - 90 km / jam, menyusuri jalan Tegallantang, mengarah ke Dalung, raya Sempidi, bypass Tabanan.
Akhirnya kami tiba di Desa Batuaji Kelod, Kec. Kerambitan. Berjumpa dan bercengkerama dengan keluarga besar, mengunjungi rumah para saudara.
Sebuah pesan singkat di telpon genggamku tiba. "PakYan Lantas meninggal tadi pagi". Dari suami tersayang. Hmmm. PakYan Lantas masih keluarga dekat kami. Beliau tinggal bersama anak, menantu dan cucu di Buleleng, Desa AsahBadung Kelod. Dan, ini kemungkinan berarti kami tidak bisa melaksanakan Odalan di Klungkung kelak. Ah ha...
Aku membayangkan tentang persiapan yang mungkin telah dilakukan oleh para ipar, para saudara. Rangkaian upacara yang telah direncanakan dan disusun rapi. Namun, inilah hidup. Kita harus selalu bersiap terhadap segala kemungkinan yang ada. Sebagai manusia kita hanya bisa menyusun rencana. Karya Tuhan yang terlahir terkadang tidak sesuai dengan apa yg kita harapkan. Selalu ada makna indah yang terjalin di dalamnya. Yang terpenting adalah, berusaha menempatkan diri masing-masing dalam Desa, Kala, Patra..... Tri Hita Karana. Hingga akan terjadi toleransi, Unity in Diversity, Harmoni dalam Keberagaman.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar