Rabu, 8 Juni 2011, morning crazy di pagi hari, mempersiapkan keberangkatan anak2 ke sekolah mereka, kertas kerjaku yang belum di print sedangkan printer macet, dan menyadari si bungsu alergi dengan tubuh penuh bintik kemerahan. Kubiarkan dia tertidur dengan selimut menutupi tubuhnya. Sang suami mendampingi dengan menyelesaikan bacaan koran pagi. Lalu kulanjutkan dengan kembali mencetak tugas. Hari ini seluruh rangkaian tugas yang diberikan oleh para profesor tercintaku harus tuntas, sebab ini adalah hari terakhir kami wajib mengumpulkan sebelum seluruh tugas bagi ke enam belas profesor di kirim kepada masing2 dari mereka. Wooww, 16 tugas booo.
Selesai dengan tugas cetak mencetak. Aku bergerak berangkat menuju kantor samsat, STNK motor astrea grand sudah harus diperbaharui. Tidak terbiasa mengurus melalui agen / biro jasa, aku lebih yakin mengurusnya sendiri. Toh bisa selesai segera jika kita berangkat jauh lebih pagi hari tanpa bersesakan dengan banyak orang.
Selesai di kantor samsat, aku bergerak menuju kampus Pascasarjana di jalan Nias. Tugas yang telah rapi di jilid lalu kuletakkan dalam tumpukan yang telah disediakan oleh kepala suku kami, istilah bagi ketua kelas untuk Program S3 Pascasarjana Program Studi Kajian Budaya Universitas Udayana angkatan tahun 2010.
Kemudian segera kukebut laju motor astrea 800 menuju kampus STPNDB. aku berjanji dengan beberapa murid untuk menyelesaikan bimbingan skripsi mereka, dan mengecek kesiapan ujian akhir semester bagi materi perkuliahan yang kupegang.
Tiba di ruangan, beberapa sahabat sedang asyik dengan pekerjaan mereka masing-masing. ada yang mempersiapkan materi / bahan ajar bagi semester yang akan datang, ada yang asyik berdiskusi mengenai problema keluarga dan mencari solusinya, dan ada yang mencoba menuntaskan materi pengabdian masyarakat.
Memang sungguh, bila sudah rejeki, tidak bakal lari kemana. Ibu Sukerti sahabatku, membawa dua bungkus nasi yang dibelinya di warung dekat kampus kami. Berhubung rekan-rekan lain bakal memenuhi undangan makan hasil praktek mahasiswa kami di resto kampus, maka nasi bungkus tersebut kunikmati bersama ibu Sukerti. Hmmm, astungkara Tuhan, rasa laparku terobati.
Janji bertemu dengan para sahabat, membuatku pamit lebih awal dari kampus ini. Ke Sanur, berdiskusi dengan para Bagus mengenai problema keluarga dan solusinya, juga situasi dan kondisi masa depan yang bakal dijelang, lalu kemudia segera pulang demi sang anak yang sedang demam.
Tuhanku....
Aku mencintai duniaku, kehidupanku, keluarga dan kerjaku, para sahabat dan lingkunganku. Semoga aku masih diberi kesempatan lebih lama lagi untuk menikmati dan menjalani tiap proses dari ini semua. Namun.... Jika Engkau sudah punya mau dan mengambil nyawaku, aku akan rela, karena aku hanya bagian kecil, setitik debu, milikMu... milikMu jua.....
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar