Om dewakrtasyainaso awaya janam,
asi manusyakrtasi nama awaya janam,
asi pitrakrtasi namo awaya janam,
asyatmakrtasyaenaso awaya janam,
asyena sa’ enase waya janam,
asi yacchadam eno vidvamscakara
yacchavidvams tasya va ya janam asi.
Tuhan,
ampunilah dosa hamba terhadapMu,
ampunilah
dosa hamba terhadap sesama manusia,
terhadap
orang tua hamba, terhadap teman hamba,
Tuhan,
ampunilah dosa hamba terhadap segala macam dosa.
Terhadap
dosa yang hamba lakukan dengan sadar atau tidak sadar.
Tuhan,
semoga berkenan mengampuni semuanya itu.
Jum’at, tanggal 23
November 2018, pagi hari rombongan kami bersama bergerak menuju Lumajang. Menggunakan
kendaraan Hiace yang dikemudikan oleh Ki Matra, sahabat sekaligus supir andalan
untuk menggapai medan sukar dalam perjalanan yang kami tuju terkait Tirtayatra
kali ini. Tidak ada yang istimewa, hanya niat tulus melakukan persembahyangan
bersama, serta, jika bersyukur, dapat mengunjungi beberapa destinasi yang
merupakan anugerah Tuhan yang terkenal indah.
Berhenti sejenak untuk
bersembahyang di Pura Rambut Siwi. Rombongan kami beristirahat di Pantai Soka,
sambil membuka bekal. Ibu Mangku Riyani beserta suami, menyediakan hidangan sarapan
bagi kami, Ketupat, lengkap dengan kacang sahur, sayur ikan, telur asin. Sambil
duduk di undakan tangga minimarket disini, kami menikmati makan siang bersama.
Perjalanan rombongan
kami berjalan lancar. Setelah menyeberang dari Pelabuhan Gilimanuk, kami tiba
di Ketapang pukul 12.30. Pukul 14.00 kami kembali beristirahat di salah satu
SPBU di Banyuwangi, menikmati makan siang.
Pukul 18.30, rombongan tiba
di Pura Mandara Giri Semeru Agung. Setelah beristirahat mandi sejenak, kami
bersiap bersembahyang. Sempat kutemui Krisna, alumni Program Studi Bisnis
Hospitaliti STP Nusa Dua Bali yang baru diwisuda 12 November 2018. Dia berdua
bersama ayahnya, yang General Operation Finns Club. “Kami bergantian
mengendarai mobil dari Denpasar. Akan mekemit sekarang di Pura, sebelum besok
kembali ke Bali. Karena tanggal 26 November Krisna sudah mulai bekerja di Four
Season”. Ujar ayahnya.
Mereka adalah tipikal
keluarga milenial. Pekerja yang spiritual, petualang yang senang bepergian,
namun tanpa melupakan spiritual dan juga melakukan aktivitas bersama anggota
keluarga. Hmmm. Kita semua adalah orang-orang milenial. Hidup di era modern,
dengan kecanggihan teknologi dan informasi, bisa menentukan arah kehidupan,
tetap bekerja, namun berupaya meluangkan waktu berkumpul bersama anggota
keluarga atau sahabat, untuk melakukan perjalanan bersama.
Waktu menunjukkan pukul
20.30 saat kami selesai beristirahat makan. Perjalanan kembali kami lanjutkan. Rombongan
terbagi dua, ada tambahan mobil avanza yang dikendarai oleh Arik Tohari, alumni
Program Studi Manajemen Tata Boga STP Nusa Dua Bali, bersama bapak Eddy
Hozaeny. Kami bergerak menuju Desa Argosari. Namun, terjadi insiden. Mangku
Buda tertinggal di Pura setelah 15 menit mobil kami berjalan naik. Beliau
sempat panik karena berpikir rombongan balik menuju Bali dan meninggalkannya
seorang diri. Setelah beliau kembali bergabung bersama rombongan kami, kembali
terjadi insiden. Mobil Hiace bermesin diesel tidak mau bergerak naik di
tanjakan curam, km 10 menuju Desa Argosari. Rombongan sempat tertahan 30 menit
untuk mengatasi hal ini. Syukurlah, akhirnya kami berhasil melanjutkan
perjalanan kembali.
Tiba di Desa Argosari, kami
langsung menuju Penginapan Wahyu. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam.
Langsung istirahat tidur ?? ah, tidak. Kami masih lanjut berdiskusi bersama
hingga jelang pukul dua pagi. Bapak Eddy berpamitan kembali ke Lumajang karena
pagi hari harus membuka kegiatan. Dan, rombongan kami punya waktu dua jam
sebelum pukul empat pagi, waktunya untuk bergerak menuju Puncak B29 menikmati
sunrise, matahari terbit dari Puncak B29, yang dikelilingi oleh Gunung Semeru,
Gunung Bromo, Puncak B30, Gunung Lemongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar