Forum Creative Economy
pertamakali diperkenalkan oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, dan
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf, dalam Preparatory Meeting
World Conference on Creative Economy II pada bulan Mei 2018. Forum Creative
Economy merupakan inisiatif pengelompokan informal yang terdiri dari unsure berbagai
elemen para penta helix ekonomi kreatif dunia. Yakni pemerintah, badan-badan
PBB dan organisasi internasional, sektor swasta, akademisi, serta pemangku
kepentingan terkait industri ekonomi kreatif.
Sudah tentu, mencapai
hasil tidaklah mudah atau instan. Dibutuhkan keterlibatan aktif dari berbagai
pihak, berbagai Negara, berbagai sektor, diskusi berkelanjutan yang mampu
bersinergi dengan sepenuh semangat dalam meningkatkan kerja sama ekonomi
kreatif di tingkat global. Diskusi dan partisipasi peserta menghasilkan
rancangan outcome dokumen WCCE 2018 yang diharapkan dapat diadopsi pada
pertemuan tingkat menteri pada hari berikutnya.
Hari Selasa, 6 November
2018, merupakan hari pertama World Conference on Creative Economy (WCCE2018).
Serangkaian kegiatan telah disediakan oleh penyelenggara dengan tajuk “Friends
of Creative Economy” dimana para tokoh penting dan perintis dari ekonomi
kreatif dunia berkumpul berdiskusi terkait topic penting di dalam salah satu sector
ekonomi ini, seperti bapak Ricky J. Pesik dan ibu Endah W. Sulistianti dari
Badan Ekonomi Kreatif, bapak Febrian A. Ruddyard dari MoFA, Nicholas Buchoud
dari UN Habitat dan Renaissance Urbane.
Hari ini, Rabu, 7
November 2018, Bapak Triawan Munaf selaku Kepala Badan Ekonomi Kreatif, beserta
Wakil Kepala Bekraf, Ricky J. Pesik, juga Ibu Endah W. Sulistianti, selaku
Deputi Hubungan Antar Institusi dan Wilayah, dan ibu Retno Marsudi selaku
Menteri Luar Negeri, yang menyampaikan kata sambutan serta pengantar dalam
WCCE2018. Berikutnya mereka bersama sama mengelilingi area pameran yang
memajang berbagai produk ekonomi kreatif dari berbagai peserta pameran di
CreatiVillage. Setelah makan siang, kehadiran Ridwan Kamil ikut menyemarakkan
suasana di Plenary hall dalam menyampaikan aktivitas serta rencana kerja
terkait ekonomi kreatif, khususnya di Propinsi Jawa Barat. Dan hal yang
membanggakan adalah karena Propinsi Jawa Barat merupakan satu-satunya Propinsi
yang telah mengeluarkan Perda terkait Ekonomi Kreatif.
Para partisipan dan
pengunjung World Conference on Creative Economy bisa menyaksikan berbagai stand
pameran yang dikuti oleh berbagai peserta dari berbagai propinsi di seluruh
Indonesia dan juga dari berbagai Negara yang terlibat pada konferensi tingkat
dunia ini. Mulai dari stand para pelaku ekonomi kreatif Indonesia pada booth
Archipelageek, yang menghadirkan produk-produk Mycotech, Seruniaudio, Qlue,
Anymo, Avani, Hara Block Chain, Vestifarm, Kata.ai, AKSI, Squiline di
CreatiVillage. Disini juga terdapat Identities Bekraf, BKPM, Cut Barbershop,
Hungary, HDII, The Startup Channel, HKETO, TikTok, Indonesian Tourism Ministry,
Bukalapak, London Book Fair, UNDP, Indonesian Film Gallery, Tenun Belu, Batik
Dekranas, Tenun Sikka, KOCCA, Javara, Lysit Tech Denpasar, Tokopedia and IPMI.
Creative Session dengan
beragam sesi menarik mengenai dunia digital, entrepreneur di bidang digital,
hingga Makasar Choir atau paduan suara kota Makasar. Terdapat pula booth
partner mencakup Grab, Potato Head Family, Opini.id, Shopee, Kompas, Mobile
Legend.
Hal ini memperlihatkan
bahwa kegiatan ekonomi kreatif diharapkan mampu menjadi sector utama penggerak
pembangunan di berbagai belahan Negara, menjadikan masyarakatnya dinamis, mampu
menjalin kerja sama dan bekerja keras dalam membangun negeri. Dari pembicaraan
bersama berbagai delegasi Negara, kegelisahan sama pula mereka alami, bahwa
masyarakat suatu Negara tidak hanya bisa berdiam diri, asyik dengan diri
masing-masing, bersifat mengkritik tanpa memberikan solusi, namun bergerak
bersama, membangun jejaring lintas batas pulau, daerah, bahkan dunia, dengan
memanfaatkan teknologi dan ide kreatif, dan saling peduli, agar tidak ada yang
tertinggal di belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar