Hari ini ada seminar mengenai Pemuliaan
Lontal Bali. Diselenggarakan berkaitan dengan Pesta Kesenian Bali, di
Gedung Ksirarnawa, 22 Juni 2013. Aku ingin mengikuti kegiatan ini. Maka,
setelah tuntas mencuci dan menjemur pakaian sebanyak 2 ember itu, aku
berangkat ke Art Centre, dimana seminar diadakan.
Di sana kutemui Guru Dr. Wayan Sukarma, Guru
Pembicara:
Ketut Suwastika, Kadisbud Prop. Bali, Wayan Geriya, budayawan Bali, Ron
Jenkins, doktor bule yg penulis buku Rwa Bineda di Bali, dan Nyoman
Suarka, guru besar Sastra UNUD. Moderator, Prof. Dr. I Nyoman Darma Putera, M.Litt. Budayawan sekaligus praktisi pariwisata
Adalah
bapak Donny Harimurti, seorang insinyur yang budayawan Bali, namun
tidak pernah mau menonjolkan diri, bersama istri, Ibu Tatiek Hartanadi,
juga anak-anak mereka yang menamatkan pendidikan sarjana, Bemby Bantara
Narendra, dan Dendy Narendra. Mereka berjuang banyak, dalam beragam hal,
salah satunya, dengan mencoba melakukan digitalisasi dan pelestarian
rontal yang ada, berkembang di seantero negeri. Bersama dengan Mr. Ron
Jenkins, telah melakukan upaya penyimpanan 3000 lontar beraksara Bali ke
dalam bentuk digital.
Berada
di Gedung Ksirarnawa hingga pukul 12.00 siang, acara berakhir, dan aku
mohon diri untuk segera berangkat menuju Poltabes. Berkas Surat
Keterangan Cakap Kelakuan anakku sudah selesai. Surat ini yang
rencananya akan dipergunakan untuk melengkapi berkas persyaratan
pendaftaran ikut seleksi masuk perguruan tinggi.
Acara
tuntas?? Belum. Aku bergerak menuju Inna Sindhu Hotel yang terletak di
Sanur. Disana berlangsung seminar nasional mengenai Hasil-hasil
Penelitian Balai Penelitian Nilai-nilai Budaya dari seluruh indonesia
selama 3 hari. 22 - 25 Juni 2013. Juga diselenggarakan pameran buu dari
masing-masing kantor cabang BPNB di seluruh nusantara. Aku sangat
berharap mendapatkan buku-buku gratis untuk membuka cakrawala dunia.
Maka, aku bergerak kesana.
Hingga
pukul 15.45 berada disana, aku pamit dari teman-teman yang masih asyik
menikmati membaca buku di ruang pameran, Bli Vajra Sattva, Jero Alit
Bangah, Bapak Restaurant manager, Bapak Sukadana, Ibu Tjok dari BPNB
Bali, Ngurah Jayanti yang teman se angkatan saat menempuh program master
dahulu di Kajian Budaya UNUD.
Yudha
menelpon, "Mak, jadi gak ke pantai Kuta untuk liat penyu?". Well. Acara
pelepasan tukik atau anak penyu, sekaligus acara bersih pantai di
pantai Kuta akan berlangsung pukul 4 hingga pukul 6 sore, namun aku
masih harus melakukan fotokopi dan melaminating SKCK anakku yang baru
kudapat di kantor Poltabes tadi. Khawatir akan rusak atau lecet
bentuknya.
Tiba
di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Badan letih, namun
janji ku pada anakku. Kudapati Adi sedang berada bersama teman2nya,
mereka bersama merancang desain baju kaus untuk opspek nanti. Yudha
telah siap menantiku bersama dengan teman2nya. Ada Dewa Kadek Angga, ada
Komang Mahesa, ada Epin. Lengkap dengan topi di kepala. Dheuuhhh,
bagaimana mungkin kubonceng mereka semua dalam satu motor. Bisa ditahan
aku oleh bapak polisi, belum lagi diomeli oleh para tetangga......
Maka,
kucoba merayu simbok untuk ikut serta mengendarai motor yang satu lagi.
Dia menolak, karena masih banyak pekerjaan rumah tangga yang belum
selesai. Dheeuuuhh. terpaksa main paksa. Toh aku juga tidak pernah
mengejar target urusan rumah tangga harus tuntas. Akhirnya simbok juga
mau. Dia menggandeng Yudha dan Epin, sedang aku menggandeng Dewa Kadek
Angga dan Komang Mahesa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar