Hari kelima, hari terakhir The World Hindu Summit 2013, Senin 17 Juni 2013.
Hari ini delegasi The World Hindu Summit 2013 akan mengikuti agenda kegiatan berupa Yatra,
perjalanan suci, ke beberapa tempat yang telah direncanakan oleh
panitia. Rencana semula adalah robongan akan berangkat menuju ke Pura
Gowa Lawah untuk mengadakan persembahyangan bersama, kemudian
mengunjungi Museum Kerta Gosa, dan menikmati makan siang disana, sebelum
akhirnya ditutup dengan persembahyangan bersama dan juga pesta
perpisahan di Pura Taman Ayun.
Yatra direncanakan berawal dari Inna Bali Beach Hotel pukul 8.00.Sesuai dengan yang telah diumumkan oleh master of ceremony berkali
kemarin, di ruang Ksirarnawa. Namun kemudian mundur menjadi pukul 10.00.
Dan tidak semua peserta bisa ikut serta, karena ada beberapa yang telah
kembali ke negaranya, atau melangsungkan kegiatan lain, seperti Ibu
Dr. Mabel Scaroni Fisher & bapak Dr. David Fisher, si pakar bioekologi yang akan berbicara di
depan forum Ekologi & Lingkungan, di Denpasar.
Kusempatkan mengambil foto para delegasi The World Hindu Summit 2013, yang berencana ikut dalam Yatra kali ini. Ibu IGA Puspasari, yang merupakan adik kandung dari bapak Prof. Dr. IGA Suryadarma, seniorku waktu menempuh pendidikan di UGM dahulu, sekaligus kakak kandung dari penari legendaris, IGA Panji Tisna.
Ibu
Dr. Mabel Scaroni Fisher & bapak Dr. David Fisher, si pakar bioekologi yang akan berbicara di
depan forum Ekologi & Lingkungan, di Denpasar, sehingga tidak bisa bergabung dengan rencana Yatra.
Kusempatkan pula berfoto bersama pensiunan Mayor Jenderal di India, bapak Kulwant Singh. Sungguh tampan sekali dia mengenakan sorban putih tersebut. Penampilannya kalem dan sangat berhati-hati dalam berbicara.
Rencana rombongan delegasi untuk bergerak menuju ke Pura Gowa Lawah,
berubah menjadi menuju ke Ashram Brahma Khumaris yang terletak di jalan Gatot Subroto, sekaligus untuk
melihat Pameran Lingga Yoni yang ada di sana. Rombongan yang terdiri
dari lima bis, lima mobil pribadi di kawal oleh mobil polisi. Dan kami
diterima oleh Sister Janaki bersama anggota ashram lainnya.
Sungguh, sebuah nuansa penuh ketenangan yang kami lihat. Kami disambut sepenuh keramahan, disapa, dan ditandai dengan olesan dari ramuan rempah di kening, sebelum memasuki area ashram. Dengan melepas alas kaki, kami memasuki ruang pameran yang terdiri dari deretan lingga dan yoni.
Pada masing-masing penempatan lingga dan yoni, disertai dengan
keterangan berasal dari pura manakah lingga dan yoni tersebut. Meski
pada pintu masuk ke dalam ruang pameran tertera permohonan bagi para
pengunjung untuk tidak membawa kamera dan mengambil foto, namun pada
saat kunjungan delegasi World Hindu Summit 2013, kami diperkenankan
membawa kamera dan melakukan pengambilan foto.
Pukul 11.00 tiba di Ashram jalan Gatsu
tersebut, kami berada hingga pukul 12.00, dan kembali bergerak menuju
Klungkung, Pura Gowa Lawah.Namun laju kendaraan rombongan World Hindu
Summit 2013 terhenti di jalan raya, 2 km lagi dari pura Gowa Lawah.
Kemacetan
parah karena adanya prosesi meajar-ajar, bertepatan dengan pelaksanaan
upacara keagamaan. Lalu, bagaimana kemudian ? Sebagian besar rombongan
turun melanjutkan perjalanan 2 km dengan berjalan kaki menuju pura.
Dan...
ada anak yang digendong oleh oleh orangtuanya untuk menempuh
perjalanan, ada yang berjalan sesuai dengan kemampuan, perlahan dan
sambil menikmati pemandangan.
Dua
kilometer berjalan kaki, sungguh sebuah pengalaman tidak terlupakan.
Para Swami ji, para maharaj, para tokoh spiritual, para pemuda Hindu,
para lansia, para pinandita, bahkan menikmati kebersamaan di antara
kami, diantara deru dan debu jalan beterbangan, beragam kendaraan yang
memenuhi jalan raya, jalanan rerumputan yang becek karena habis turun
hujan di pagi hari. Sungguh, sebuah wujud nyata dari Tri Hita Karana, Desa - Kala - Patra..... memperlihatkan kemampuan dan kemauan para tokoh spiritualis terkemuka ini, berbaur dengan masyarakat, dimana mereka berada, kesungguhan dalam beradaptasi tanpa tuntutan ekslusif bagi diri mereka.
45
menit berjalan kaki bersama, kami tiba di bale jaba Pura Gowa Lawah.
Kami disambut jajaran dan jejeran pemda Kabupaten Klungkung, pengurus
Parisada Hindu Dharma Indonesia cab. Klungkung.
Setelah
menikmati kopi dan teh serta beragam kue yang tersaji, kami melanjutkan
dengan persembahyangan bersama di dalam Pura Gowa Lawah.
Aroma
wangi dupa yang menyeruak ke udara, canangsari dan kwangen dalam bokor
kecil tertata di hadapan kami, dan mantram penghantar doa yang terujar,
sungguh membuat sanubari tersentuh untuk selalu memuja dan memuji Tuhan,
Ida Sang Hyang Widhi Wasa...... Tanpa terasa, air mata bergulir
perlahan.
Para
Swami ji, para maharaj, para tokoh spiritual, para pemuda Hindu, para
lansia, para pinandita, tua dan muda, perempuan dan lelaki, bersimpuh
bersama di hadapan Beliau, menghaturkan panca sembah, dan kemudian
memperoleh berkah dalam perlambang tirta suci dan bija dari para
pemangku Pura Gowa Lawah......
Selesai persembahyangan, kami menyempatkan diri dengan berfoto bersama. Kemudian sejenak menikmati pemandangan areal pura.
Pukul 13.30 kami melanjutkan dengan makan siang bersama, menikmati hidangan yang tersedia di bale pertemuan di jaba pura.
Pukul 14.30 kembali rombongan bergerak.
Kali ini kami bergerak menuju Penglipuran, sebuah desa unik yang
mempertahankan situasi dan kondisi di kampung mereka, dengan menggunakan
angkul-angkul / pintu masuk gerbang ke dalam rumah, dan jalan setapak
yg indah di lingkungan desa.
Tiba
pukul 15.30 di desa Penglipuran, kami berjalan bersama mengikuti
panduan dari para pemandu kami. Ku ambil arah menuju ke kanan, ke Pura
Desa Penglipuran, dengan jalan setapak di pedesaan tersebut.
Para delegasi The World Hindu Summit 2013 peserta Yatra asyik menikmati perbincangan dengan para penduduk desa
Penglipuran, mengenai beragam situasi dan kondisi yang berkaitan dengan
desa mereka. Juga dibantu oleh pemandu, bapak Ida Bagus Adnyana.
Sempat
pula kutemui bapak I Wayan Mertha, SE., M.Si., rekan satu kantor yang
ikut aktif dalam pengembangan desa wisata Penglipuran ini. Dia sedang
melakukan kunjungan dinas bersama beberapa pejabat instansi terkait.
Kami bersama-sama sedang menempuh pendidikan program Doktoral, di
Universitas Udayana.
Hingga pukul 16.00 berada di Desa Penglipuran, kami berpamitan pada para penduduk desa.
Berikutnya kembali delegasi The World Hindu Summit 2013 peserta Yatra bergerak menuju ke Taman Ayun Temple, untuk mengikuti persembahyangan dan pesta perpisahan.
Sepanjang perjalanan menuju ke Pura Taman Ayun, kami kembali diguyur hujan deras. Hingga akhirnya tiba di pelataran parkir.
Hujan lebat yang menyambut kami sungguh indah menyirami sekujur tubuh, seolah Tuhan merestui rangkaian World Hindu Summit 2013 yang telah berjalan.
Sebuah contoh sederhana, betapa delegasi dari berbagai negara peserta The World Hindu Summit 2013 menerapkan Desa, Kala, Patra, dan Tri Hita Karana, adalah, mereka mengikuti prosesi keagamaan yang ada, agama Hindu, dengan turut bersila atau bersimpuh, mencakupkan tangan, melantunkan mantram, dan melakukan Panca Sembah, lalu mendapatkan percikan tirta suci dari para pemangku Pura bersangkutan, dan kemudian memperoleh bija yang terbuat dari beras.....
Hmmm, smoga damai selalu ada, dan hanya shantih yang tersisa, di bumi dan di hati tiap insani...... Sampai jumpa pada World Hindu Summit 2014 yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar