Senin, 30 April 2012. Dua hari lagi menjelang ujian proposal
Disertasi. Panik?? Hmm, tidak perlu lah. Hadapi berbagai situasi dan
kondisi dalam hidup ini tanpa perlu menjadi histeris. Biasa saja bila
temui suka dan duka, bahagia juga nestapa, terpuruk atau disanjung se
antero dunia. Itu moto hidupku. Lagi pula, bukankah, sudah se bulan
kuletakkan proposal di ruang akademik Pascasarjana dan menanti sekian
lama sebelum akhirnya mendapat jadwal antrean pasti.
Terjaga di
pagi hari, awal minggu, selalu terjadi sedikit kehebohan. Yudha menangis
menyadari buku Cetak Agama nya basah kuyup karena terkena tumpahan air
botol minuman sepanjang malam, sedang dia belum menuntaskan 20 nomer
peer.
Hmmm, kulirik jarum jam di tembok rumah kami, waktu
menunjukkan pukul 6 pagi. Sebagai orangtua, dituntut untuk mendampingi
anggota keluarga sebisa mungkin dalam hadapi situasi dalam status galau
begini, hhehehe. Maka, kutelpon Bu Ida Ayu Puspaadi, teman kantor sesama
dosen, sekaligus tetangga berdekatan yang anaknya sekelas bareng Yudha.
Pinjam buku cetak untuk digunakan bikin pekerjaan rumah yang diberikan
oleh sang guru.
Pukul 7 pagi, urusan persiapan sekolah beres,
kedua anakku berangkat sekolah. Aku harus tiba pagi hari di kantor
pelayanan samsat. Urusan perpanjangan STNK. Maka, segera meluncur ke
sana. Dengan gagah perkasa parkir motor di bagian penggosokan rangka
mesin. Alamaakkk...... baru kusadari, motor yang kukendarai adalah honda
astrea 800, sedang motor yang STNK nya akan ku samsat adalah honda
astrea grand. Hiks....
Pulang lagi sejauh 10 km untuk bertukar
motor? Ah, masih ada esok hari untuk samsat. Maka, kupilih mengikuti
ujian sidang terbuka promosi doktor di gedung Pascasarjana Universitas
Udayana.
Hmmm, menyaksikan Dr. Drs. I Ketut Suardika, S.Pd.,
M.Si, bersama istri tercinta, dan ke tiga putra dan putri. alangkah
indahnya. Beliau menuntaskan Disertasi dengan topik Keterpinggiran
Pendidikan Dasar dalam Masyarakat Nelayan Suku Bajo di Desa Saponda Kec.
Soropia Kab. Konawe Prop. Sulawesi Tenggara.
Sungguh
sebuah analisis mengenai bagaimana mengupas keterpinggiran anak bangsa
dan mencerdaskan mereka sebagai bagian dari masa depan bangsa dan negeri
ini. Karena mencerdaskan selalu berawal dari pembenahan pendidikan
semenjak usia dini.
Scholae Non Vitae Sed Discimus. Kita belajar
demi hidup itu sendiri. Karena prestasi tidak diukur dari tumpukan gelar
dan ijasah, maupun deretan piala dan harta, tapi dari usaha dan
perjuangan dalam meraih setiap cita dan harapan.
Dari ujian
sidang terbuka promosi doktor, aku bergerak menuju kampus Sanglah,
Gedung Prof. Bagus, memastikan jadwal ujianku dan distribusi proposal
disertasiku. Kusempatkan pula mengikuti Bedah buku Prof. I Nyoman Kutha
Ratna, berjudul Antropologi Sastra: Peranan Unsur-unsur Kebudayaan dalam
Proses Kreatif, sekaligus peringatan Hari Chairil Anwar dan pembacaan
puisi2 Beliau.
Tuntas disini, aku mendapat energi kembali untuk konsentrasi sepenuh hati pada disertasiku. Astungkara....
Multitasking seseorang, di jaman kini dituntut untuk serba bisa,
bukannya menjadi cerdik cendekia hebat maupun heroik, namun bisa dan mau
berusaha dalam berbagai bidang, situasi dan kondisi kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar