Aku terlahir di Kalimantan, kemudian melanjutkan kehidupan di Jawa,
lalu kini di Bali. Keluarga ku tersebar se antero negeri. Dan kini, ada
keluarga yang berkunjung ke Bali, maka.... inilah ceritaku, mana cerita
mu??
Nama
sepupu ku ini adalah Putu Ayu. Orangtuanya dinas di Kalimantan Barat,
tepatnya Pontianak. Dia baru menuntaskan pendidikan sarjana di Fakultas
Sastra Inggris Universitas Udayana. Adiknya, Made Alit, baru 5 hari
berada di Bali, menempuh seleksi masuk di STIKOM, dan akan kembali 2
hari lagi ke Pontianak untuk menuntaskan berbagai urusan SMA nya,
sebelum melanjutkan pendidikan di sini.
Sabtu ini, 28 April 2012,
kami berencana akan berangkat bersama ke Pura Batukaru yang terletak di
daerah Penebel, Tabanan. Berhubung mereka menginap di desa Batuaji,
Tabanan, maka kuputuskan akan berangkat pagi-pagi dan bergabung dengan
mereka di Tabanan.
Pukul 7 pagi, anak2 telah berangkat sekolah.
Suami membongkar berbagai buku di perpustakaan untuk bahan studi bagi
disertasinya. Aku meloncur bersama Astrea tercinta. Pukul 8 pagi, aku
sudah tiba di sekitar Pesiapan. Mobile phone ku berdering. Woww, Made
Alit menelpon dan menyatakan mereka baru saja tiba di tempat kost Ayu di
Perum Monang-Maning, Denpasar.
Ahaii. Aku ke Tabanan, dan mereka
justru ke Denpasar. Misunderstanding yang terjadi di antara kami......
Maka, kuminta mereka kembali ke arah Tabanan, kami berjanji akan
berjumpa di depan RSU Tabanan.
Kulirik waktu, masih 45 menit lagi
mereka baru akan tiba di sana. Aku meluncur ke Batuaji Kelod, menjumpai
Dewa Biyang Nyoman Nesi. Tanteku ini adalah adik kandung bapakku.
Beliau tinggal bersama para keluarga besar lainnya di Jeroan Batuaji
Kelod.Pulang ke Jeroan Kerambitan, di Batuaji Kelod.... selalu indah
pulang ke sebuah tempat yang disebut kampung halaman. Home sweet home.
"Hargailah dan hormati selalu leluhurmu". Demikian pesan yg selalu
ditanamkan oleh orangtuaku.
30 menit menyapa seluruh anggota keluarga di satu natah /
pekarangan, dan aku kembali melanjutkan perjalanan dengan motor, untuk
bergabung dengan Putu Ayu dan Made Alit di depan RSU Tabanan.
Di
Perempatan jalan Batuaji dan jalan raya Bypass Gilimanuk - Denpasar,
kulihat serombongan masyarakat sedang melaksanakan upacara Pitra Yadnya /
Ngaben. Mereka mengarak bade dan mengiringinya menuju ke setra / sema /
kuburan untuk dibakar. Hmmm, sungguh sebuah tradisi adat istiadat yang
berkaitan dengan kegiatan keagamaan di Bali yg mengalir seiring jiwa
jaman (Zeitgeist).
Berjumpa
di depan RSU Tabanan dengan Putu Ayu dan Made Alit setelah aku menunggu
15 menit, akhirnya kami bersama-sama menuju ke Pura Luhur Batukaru.
Kami melewati desa Jegu, tempat wisata Yeh Panes, dan akhirnya tiba di
ajeng Pura. Bersiap mengawali persembahyangan kami.
Bergabung
bersama kami adalah serombongan para pengawas pendidikan SMA dari
Bangli yang baru menunaikan tugas menuntaskan pelaksanaan ujian akhir
nasional SMA se Bangli. Mereka juga ingin mengucap syukur atas
pelaksanaan pekerjaan yg dibebankan pada mereka. Ada juga serombongan
wisatawan yang mengambil foto di luar area jaba tengah Pura Luhur
Batukaru.
Kami
melangkah menuju Pura Beji, melakukan rangkaian upacara pembersihan
diri. Melukat, mempersiapkan diri untuk berkontemplasi menghadap Beliau,
Sang Maha Pencipta.
Berikutnya kami melangkah menuju ke Jeroan Pura. Para pemangku mengalunkan genta yang terdengar suaranya nan merdu.
Tangan tercakup, dengan mata terpejam dan tarikan nafas perlahan, seiring untaian mantra yang kami ucapkan.
Tuhan....
Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kami datang dari berbagai pelosok dan
penjuru bumi, dengan beragam cara dan gaya yang kami bisa, untuk memuja
dan memuji Mu. Swaha di jalan Dharma.....
Berikutnya,
kami tuntas bersembahyang di Pura Luhur Batukaru. Kembali bergegas dan
melanjutkan perjalanan menuju ke Pura Dang Kahyangan Petitenget yang
terletak di desa Kerobokan, Kecamatan Kuta.
Masih
cukup banyak waktu, kulirik, baru pukul 12.00, saat kami beristirahat
untuk makan siang sejenak di warung nasi Men Baru, yang terletak di
sebelah jalan menuju ke tempat wisata Yeh Panes. Kulihat Madame &
Monsieur Julian yang juga mengendarai motor sedang beristirahat di
sebelah meja makan kami. Mereka memilih menu makan yg sama, nasi campur.
Aku
jadi teringat salah satu hasil penelitian para muridku. The real
backpacker..... merekalah para wisatawan yang sungguh menyentuh
masyarakat langsung, baik berbagai dampak dari segi positif, maupun
negatif nya. Hmmm, sungguh ku berharap, semoga win win solusi lah yg
selalu kami hasilkan, baik bagi sang wisatawan, maupun bagi masyarakat
yang bersangkutan.
Pukul 3 sore memasuki daerah Kuta, dan kami tiba di depan Pura Dang Kahyangan Petitenget.
Perlahan kami melangkah memasuki Penataran Pura, menghaturkan canang dengan tiga tangkai dupa di bagian jaba tengah, lalu bersimpuh bersembahyang.
Tuntas di sini, lalu masuk ke bagian Jero Pura, menyapa Pemangku yang bertugas di sana. Kembali kami bersembahyang di sini.
Hmmm..... Damai yang kurasa, membuat letih jadi tak terasakan. Enggan kami melangkah untuk berpamitan.
30 menit kami meluangkan waktu di Pura ini, sebelum kemudian bubar. Aku kembali ke rumah, sedang Ayu dan adiknya kembali ke Perum Monang-Maning, tempat kost mereka.
Setelah istirahat sejenak bersama keluarga, aku dan keluargaku beranjak menuju Antasura. Kini waktunya berkumpul bersama mertua tercinta yang sudah sangat sepuh, juga para ipar dan ponakan lainnya.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar