Ibu
ku tiba di Bali semenjak Rabu malam, 9 Mei 2012. Setelah menempuh
perjalanan panjang nan melelahkan. Namun bahkan, hingga beliau berangkat
kembali, 17 Mei 2012, dengan pesawat JT 21 pukul 13.00 yang membawanya
terbang tinggi, kami tidak bisa selalu bersama melewati tiap detik
dengan sepenuh ceritera yang mengalir bak air deras tiada henti.
Hmmm...
Tipikal perempuan pekerja keras nan tangguh, sayang keluarga, namun
terkadang terlalu keras bagi kami bila sudah berkaitan dengan prinsip
beliau. Sedikit banyaknya, kuwarisi cerminan diri dari Ibu ku dalam
merangkai jejak kaki mengarungi luas samudra kehidupan.
Dari
jejak perjalanan Pontianak - Denpasar - Batuaji. Esok hari sudah muncul
di Sepang seharian untuk mengikuti prosesi Ngaben. Bersikeras tetap
ikut di bagian depan bade, sambil
memegangi kain putih yang terbentang, berjalan cepat. Terkadang harus
berlarian.
Ah.... ibuku sayang, ibuku terkasih.... Ibu yang telah
melahirkan dan merawatku. Beliau sudah sepuh kini. Dengan kondisi fisik
yang tidak sempurna, kedua kaki cacat, pernah patah akibat beragam
kecelakaan, pinggul bengkok, namun bersikeras ikut berjalan kaki
menempuh jarak ber kilo meter, demi menghantar jenasah bapak mertua ke
tempat pengabenan, untuk kembali bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa
Kembali
ke Batuaji, dan... keesokan hari ke Bongancina, mengunjungi para
kerabat yang menetap di sana, sebelum kemudian ke Denpasar di sore hari,
malam hari kembali ke Batuaji, Kerambitan.
Dua
hari lagi, sudah kembali bergerak ke Denpasar, kembali ke Bongancina
karena Dewa Biyang Ketut Kantun meninggal dunia. Dan larut malam baru
kembali ke Denpasar. Keesokan hari sudah PP Denpasar - Kerambitan.
Meski
terkadang naik mobil, namun tetap lebih memilih bergandengan dan
berboncengan denganku naik motor bersama, karena aku hanya mampu
menyediakan motor bagi ibuku tercinta.....
Dari Ibu ku lah aku belajar tentang arti kehidupan,
tentang semangat untuk pantang menyerah kalah
sebelum buktikan ketangguhan kita dalam berjuang.
Dari Ibu ku lah aku dapatkan spirit empati dan kasih sayang pada sesama....
Dari Ibu ku lah aku belajar untuk selalu rendah diri,
menyatu dan berbaur dengan orang lain,
karena gelar dan materi tak kan berarti tanpa terlibat bersama sahabat dan kerabat.
Dari Ibu ku lah aku dapatkan, manusia akan selalu temui masalah dan tantangan hidup,
namun kita akan bisa belajar untuk menjadi bijak dan dewasa dari ini semua,
meski berkali terjatuh dan terpuruk.... namun bangkit kembali selalu.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar