skip to main |
skip to sidebar
Tahuku......
Sire sane uning, mpu kuturan tahun berapa ke bali ? Kata Putu Liong menyapa di salah satu situs, Kamis, 24 Mei 2012, malam hari.
Maka kujawab :
Di dalam rontal Calonarang
disebutkan kedatangan Empu Kuturan ke Bali dari Jawa Timur diperkirakan
sekitar tahun 1039 ... Tapi yg lainnya bilang, Mpu Kuturan atau
Rajakretha tiba th 1001 M.
Prasasti Pura Desa Gobleg 1037 Q "…senapati Kuturan pu caken…"
Prasasti Cempaga A 1103 Ç menyebutkan: "senapati Kuturan makakasir dalang capek…"
Prasasti Pura Kehen B, "mpi(ng) hyang Padang sangscaryya netra."
Lontar / Babad Bendesa Mas
"Tusapa kalah ikang Mayadanawa, cinarita sira sang apuspatha Empu
Kuturan, hawelas ring tan hananing ratu, rumaksa tang Bali rajya,
saksana turun pwa saking Jawadwipa Mandala, sirajumeneng ratu ring Bali,
asrama ring padang Silayukti, irika dewataraka nira Empu"
Lontar Dwijendra tatwa ""Tan
warnanan ring hawan, dhatang ta sireng Gelgel, lumaris si ring Padang,
apan sang prabu sireng padang; wus prapteng Padang sendhu ta sira £ri
Waturenggong ling haji, "malah twa pwa kita penyarikan, hangliwari kita
semaya, kaya dede selahing wwang atuha, si kita penyarikan dunungan ta
sang wawu rawuh ring parhyangan pangastawan ira Empu Kuturan nguni."
Atas dasar data-data tersebut
di atas, maka disimpulkan, bahwa Empu Kuturan datang ke Bali dari Jawa
Timur diperkirakan sekitar tahun 1039 M yaitu pada masa pemerintahan
Airlangga di Jawa Timur, sebagaimana disebutkan dalam lontar Calonarang.
Berdasarkan Prasasti Calcuta (1042), bahwa Airlangga dinobatkan menjadi
raja di Jawa Timur pada tahun 1019 M. la memerintah dari tahun
1019-tahun 1042 dan wafat tahun 1049. Pada tahun 1041 Airlangga membagi
kerajaannya menjadi dua untuk kedua orang putranya. Pembagian itu
dilakukan oleh Empu Beradah yaitu adik dari Empu Kuturan, sebagaimana
disebutkan di dalam Nagarakrtagama.
Empu Beradah
datang ke Bali pada tahun 1041 sebagaimana disebutkan di dalam prasasti
Batumadeg. Untuk menemui Empu Kuturan di Silayukti, beliau datang ke
Bali sebagai utusan raja Airlangga. Empu Beradah minta kepada Empu
Kuturan agar salah sorang putra Airlangga dinobatkan menjadi raja di
Bali. Permohonan itu ditolak Empu Kuturan. Demikian dalam lontar
Calonarang disebutkan.
Bangsa yang besar adalah
bangsa yang menghargai sejarah perjuangan leluhur, dan mengaplikasikan
dalam berbagai sendi kehidupan, sesuai dengan jiwa jaman......
Zeitgeist.
Seorang empu adalah seorang
yang sudah mandito, sama dengan seorang brahmana atau panembahan
(walaupun mungkin umurnya masih muda). Dia tetap membutuhkan materi
duniawi, terutama untuk istri dan anak-anaknya, tetapi secara pribadi
tidak memiliki pamrih atas kekayaan. Justru pamrih atas kekayaan itu
akan menjadi penghambat pekerjaannya, karena dia harus selalu menekuni
berbagai laku prihatin dan tirakat untuk dapat terus berkarya. Bahkan
mungkin seumur hidupnya sebagai seorang empu, dia sama sekali tidak
pernah menikmati kekayaannya, karena harus selalu menjalani laku
prihatin dan tirakat untuk menjaga spiritualitasnya.
Senopati.........kesatria yang diberi tunggul ato memimpin peperangan.....ato tugas besar negara
Itu konsep Jawa (rujukan
bacaan : Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647.
(terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi. H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001.
Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan
Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius.
Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu.
Panembahan adalan jabatan
yang diberikan dengan keberhasilannya menjalankan tugasnya sebagai
senopati. perempuan melahirkan anaknya....makanya disebut perempuan yg
artinya di empu kan. Per- empu- an.
Konsep ini yang menjadi dasar lahirnya Cakrawayu Bali. Bala - Bela - Bali. Kita adalah Senopati, Punggawa, Pasukan..... yang menggawangi, membela, Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar