Kamis, 17 September 2015

Kecak, dan Maestro Limbak serta Spies





Tari Kecak berawal dari tarian suci yang hanya dipergelarkan di Pura, dan perpaduan seni musik atau suara yang mengiringi tarian suci tersebut. Kecak berasal dari ritual Sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Tarian Sanghyang yang merupakan tarian sacral bagi ritual upacara di Pura, digelar setiap tahun sekali di Pura Goa Gajah, Bedulu Gianyar.
Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Sinta. Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.  Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.
Wayan Limbak merupakan seorang penari yang terlahir pada tahun1897 dan meninggal tanggal 31 Agustus 2003. Beliau bersama-sama Walter Spies, seorang pelukis Jerman, melakukan komodifikasi tarian Kecak, di Desa Bedulu, Gianyar, Bali, sekitar tahun 1930an. Dengan usulan dari Walter Spies, tarian Sanghyang tersebut dimodifikasi menjadi sebuah tarian Kecak seperti sekarang yang kita kenal, dengan mensisipkan cerita biasanya diambil dari epos Ramayana,  takkala Subali bertempur dengan adiknya Sugriwa atau Rahwana menculik Dewi Sita.
Tarian Kecak ini ditarikan 50 sampai 100 orang dengan hanya menggunakan kain hitam dan ikat pinggang loreng tanpa baju membentuk formasi lingkaran, dimana nada musik untuk mengiringi tarian pemeran tokoh2 cerita, hanya dengan suara seluruh penari bersahut sahutan dengan mengucapkan cak cak cak cak...
Tari Kecak juga sering disebut dengan "The Monkey Dance". Sekarang ini tari kecak sudah sangat populer baik di kalangan masyarakat Indonesia maupun di kalangan Turist asing. Boleh di katakan salah satu kebudayaan asal indonesia ini telah mendunia dan bertaraf internasional.
Tari Kecak biasanya disebut sebagai tari "Cak" atau tari api (Fire Dance) merupakan tari pertunjukan masal atau hiburan dan cendrung sebagai sendratari yaitu seni drama dan tari karena seluruhnya menggambarkan seni peran dari "Lakon Pewayangan" seperti Rama Sita dan tidak secara khusus digunakan dalam ritual agama hindu seperti pemujaan, odalan dan upacara lainnya.
Bentuk - bentuk "Sakral" dalam tari kecak ini biasanya ditunjukan dalam hal kerauhan atau masolah yaitu kekebalan secara gaib sehingga tidak terbakar oleh api.  Keunikan. Tidak seperti tari bali lainnya menggunakan gamelan sebagai musik pengiring tetapi dalam pementasan tari kecak ini hanya  memadukan seni dari suara - suara mulut atau teriakan - teriakan seperti "cak cak ke cak cak ke" sehingga tari ini disebut tari kecak.
Kecak sebagai bagian dari ritual Sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Sinta. Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.  Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Pemerintah Kabupaten Tabanan menyelenggarakan tari kecak kolosal dengan 5000 penari tanggal 29 September 2006 di Tanah Lot, Tabanan
REFERENSI
1.      Cultural Tourism' in Bali: Cultural Performances as Tourist Attraction", p.59. Author(s): Michel Picard. Source: Indonesia, Vol. 49, (Apr., 1990), pp. 37-74. Published by: Southeast Asia Program Publications at Cornell University.
2.      Treasures of the Asia Collections: The Ketjak Dance, Cornell University
4.      WalterSpies.com - This wayTemplat:Clarifyme Walter Spies could study the Kecak and invented a way to transcribe it to paper.
6.      www.tarikecak.com pagelaran tari Kecak di Ulu Watu
12.  Cultural Tourism' in Bali: Cultural Performances as Tourist Attraction", p.59. Author(s): Michel Picard. Source: Indonesia, Vol. 49, (Apr., 1990), pp. 37-74. Published by: Southeast Asia Program Publications at Cornell University.
15.  WalterSpies.com - This wayTemplat:Clarifyme Walter Spies could study the Kecak and invented a way to transcribe it to paper.

Sabtu, 05 September 2015

Camaraderie, Destination, Organization, Managing, Learning, and, Smiling.........






         People live in the world as a community, in a group, having families, friends, job, responsibilities, personality, feeling, needs, motives, dreams, and so on. A feeling of good friendship among the people in a group, will make a mutual trust and friendship among the people who spend a lot of time together.






































































The definition of camaraderie is the loyalty and warm, friendly feelings that friends have for each other (2010, Webster's New World College Dictionary)

Goodwill and lighthearted rapport between or among friends getting together to talk and doing something. (2013, The American Heritage Dictionary of the English Language, 5th edition).

Borrowing from French, camarade “comrade”, from Spanish camarada, from cámara (“bedroom”), from Latin camara, camera (“a chamber”).  Literally “one with whom one shares one's bedroom”. Camaraderie is a spirit of good friendship and loyalty among members of a group.

Definitions of camaraderie are having similarity quality of affording familiarity and sociability. Synonyms of camaraderie itself are chumminess, comradeliness, comradery, comradeship. Camaraderie, synonim with friendship, comradeship, fellowship, companionship, fraternity, conviviality, mutual support, team spirit, esprit de corps, informal bromance.












Camaraderie is not only a feeling. Camaraderie is a spirit that drive us to the mutual relationship to produce good performance together. As a type of relationship in the sociality, camaraderie means the relative tendency or disposition to be sociable or associate with one's fellows. Camaraderie means also close friendship in a group of friends or teammates.  A spirit of familiarity and closeness.

A high level of camaraderie among the athletes on and off the field not only makes it fun to play sports, but is likely to make our team win.  We might not like our job, but still enjoy the camaraderie of the people we work with. And these reason will change us to love our job, our friends, our team










1.       "I wanted to get out of my box and talk with some of the younger guys, build greater camaraderie with the team" (Los Angeles Times, Sept 2nd, 2015)
2.        “Everyone feels that camaraderie,” Kessler said. “Everyone feels together as a team” (Washington Times, Sept 1st, 2015)
3.       Such events offer a welcome contrast to life in crowded Asian megacities, observers say, and runners love the camaraderie that develops along the trail (New York Times, August, 31st , 2015)
4.        “I love this game,” he said. “We get closer, make fun of each other and there’s a lot of camaraderie” (Washington Times, August, 31st, 2015)



So, find the camaraderie,  find the same spirit and goal in our mind, and we can stand together till the end of life…..









Referensi:


Webster's New World College Dictionary,  2010. Wiley Publishing, Inc., Cleveland, Ohio.

The American Heritage Dictionary of the English Language, 5th edition,  2013. Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company.
http://www.vocabulary.com/dictionary/camaraderie
http://www.yourdictionary.com/camaraderie



Destination Management Organization Workshop at STP Nusa Dua Bali, 18 Agustus - 4 September 2015



DMOs Workshop,  From July, 8-10th, August 24th – September 4th , September 28th – October 10th  

What kind of animal, Destination Management Organizational is ??
Apa yang kita pelajari dan kita bagi dalam Destination Management Workshop, selama dua minggu ?? Apakah, hanya datang, duduk, diam manis dan mendengarkan. Berfoto ria, dan, selesailah sudah ?? Ah, sungguh, banyak sekali yang bisa kita dapatkan dan berbagi bersama.
Destination Management Workshop merupakan sebuah langkah panjang dan berkelanjutan dari upaya menyusun bersama, mulai dari Silabus, Rencana Pembelajaran, Materi, Metode, komponen yang terlibat satu sama lain, dan saling bersinergi.











Destination Management Organizations (DMOs) are teams of tourism professionals that lead and coordinate all tourism stakeholders. DMOs’ roles include leadership and coordination, planning and research, product development, marketing and promotion, partnership and team-building, and community relations and involvement. Effective destination management involves long-term tourism planning and continual monitoring and evaluation of the outcomes from tourism efforts.

DMOs merupakan ujung tombak pemahaman dan pelaksanaan beragam elemen dalam bidang pariwisata, baik bentuk, fungsi dan maknanya, yang mencakup peranan DMO dalam situasi di tengah masyarakat secara harmoni dan berkelanjutan.






















Sungguh, aku harus berterima kasih pada lembaga, pada Prodi Destinasi Pariwisata, pada rekan-rekan, yang telah memberikan kesempatan untuk memperoleh ilmu dan pengalaman yang sangat berguna ini.

Program ini merupakan upaya berkelanjutan dari pertemuan awal pada tanggal 8 – 10 Juli 2015 yang bertempat di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, bersama Profesor Alastair Morrison dan pihak manajemen, bahwa keberhasilan pendidikan juga ditentukan dari pelaksanaan Silabus dan Rencana Pembelajaran yang melibatkan beragam komponen penting dari pelaksanaan pendidikan tersebut.







Pertemuan awal tersebut menyepakati diadakannya Workshop mengenai Kurikulum dan Silabus dari Program Studi Destinasi Pariwisata pada UPT yang ada di bawah Kementerian Pariwisata

I.Cakupan komponen pada Workshop 24 Agustus sampai dengan 9 Oktober 2015
Profesor Alastair Morrison member panduan komponen yang dibahas pada workshop mencakup:
1.      Review preliminary learning objectives
2.      Review teaching-learning materials
3.      Discuss potential teaching strategies and methods appropriate for Human Resource Management for DMOs
4.      Micro-teaching by individual workshop participants
5.      Identify appropriate guest speakers
6.      Discuss potential student activities and student assignments
7.      Elaborate on student assessment procedures
8.      Practice selected in-class student activities
9.      Prepare syllabus and lesson plan (whole-group exercise)
10.  Identify follow-up steps and activities
11.  Review potential resource persons (subject-matter experts)









II.Pelaksanaan Workshop dibagi menjadi dua, yakni
1.      Tanggal 24 Agustus s/d 4 September 2015, dilaksanakan di STPNB

2.      Tanggal 28 September s/d 9 Oktober 2015, dilaksanakan di STP Bandung

III.Komponen dan peserta workshop dibagi menjadi beberapa bagian, meliputi :
A.Tanggal 24 Agustus s/d 4 September 2015, bertempat di STP Nusa Dua Bali
1.      DMOM 3 : Crisis Management for The DMOs,
24 – 25 Agustus 2015, di STPNB
Dosen STPNB: Hanugerah Kristiyono Liestiandre, IB Negarayana, I Nyoman Madiun, Luh Micke Anggraini.
Dosen STP Bandung : E. Pramita Marsongko, IAM Paramita, Sarasvati, Nurdin Hidayah

2.      DMOM 5 : Human Resources Management
1 – 2 September 2015, Di STPNB
Dosen STPNB : I Nyoman Madiun, Santi Diwyarthi, NLKS Sulistyawati.
Dosen STP Bandung : Sugeng Hermanto, M. Liga Suryadana, Yanthi Adriani
Dosen Akpar Makasar :

3.      DMOM 6 : Organization, Structure and Funding
Dosen STPNB: Eka Mahadewi, Anom Hery Suasapha, I Wayan Mertha, Luh Micke Anggraini.
Dosen STP Bandung : Alexander Reyaan, Tatang Suhendar
Dosen Akpar Makasar : Farid Suardi

4.      DMOM 7 : Partnership and Team Building
3 s/d 4 September 2015
Dosen STPNB: DA Lily Dianasari, Luh Yusni Wiarti, Eka Mahadewi, Ade Pranjaya.
Dosen STP Bandung : Heri Sigit Cahyadi, Valentino Sumardi
Dosen Akpar Makasar : Farid Suardi

5.      DMOM 9 : Community Resident Relationship and Involvement
31 September 2015
Dosen STPNB : I Wayan Mertha, Anom Hery Suasapha, Ni Made Tirtawati, Luh Micke Anggraini.
Dosen STP Bandung : Yanthi Adriani, Asep Rosadi, IAM Paramitha, Sarasvati.












            B.Tanggal 28 September s/d 9 Oktober 2015 dilaksanakan di STP Bandung
6.      DMOM 1 : Acounting and Finance for DMOs
28-29 September 2015, di STP Bandung
Dosen STP Bandung : Beta Budisetyorini, M. Ridwan
Dosen STPNB : IGNA Wiryanatha, Riska Yusmarisa, Christina.

7.      DMOM 2 : Advocacy for Tourism in DMOs
30September – 1 Oktober 2015, di STP Bandung

Dosen STP Bandung : Odang Permana, Suteja Wira, Dana Kusuma
Dosen STPNB: IBGA Widana, I Wayan Mertha, Hanugerah Kristiyono Liestiandre, Sukma Winarya.

8.      DMOM 4 : Governance and Performance Measurement
2        s/d 5 Oktober 2015, di STP Bandung

Dosen STP Bandung : Rahmat Syam, Haryadi Darmawan, Sumaryadi.
Dosen STPNB: Luh Micke Anggraini, IBGA Widana, Ni Made Tirtawati, Ade Pranjaya.

9.      DMOM 8 : Stakeholder Relationships
6        s/d 7 Oktober 2015, di STP Bandung
Dosen STP Bandung : Endah Trihayuningtyas, Asep Rosadi, Sugeng Hermanto
Dosen STPNB: IB Negarayana, Luh Yusni Wiarti, Ni Luh Sabantini, Sukma Winarya.
10.  DMOM 14 : Leadership Theories and Practices for DMOs
8        s/d 9 Oktober 2015
Dosen STP Bandung : Sugeng Hermanto, M. Liga Suryadana, Wisnu Rahtomo
Dosen STPNB: I Nyoman Madiun, DA Lily Dianasari, Hanugerah Kristiyono Liestiandre, DGN Byomantara.










       
IV.Masing-masing team Teaching diminta mempersiapkan pula
1.      Key Learning Objectives (performance based outcomes for students)
2.      Syllabus (SAP), contains all the information that students need to guide their learning on the subject.
3.      Lesson Plans (a week-by-week content coverage plan for the subjects)
4.      Teaching Learning Material
5.      Related Academic Journals, Books,
6.      Micro Learning Teaching
7.      Teaching Strategies and Student Activities for each Topics for DMOs, includes : Guest Lectures, Student Activities (in class), Student Assignments (out of class), Student Assessment, Resources Persons










Prof. Morrison menyampaikan, pengajar mungkin telah berpengalaman dalam menyampaikan beragam topik. Beliau mengingatkan kembali untuk tetap fokus dan gunakan metode yang bagus dan sesuai bagi beragam proses pembelajaran. “There are a variety of teaching strategies that instructors can use to improve student learning. The following are some ways to make classes more engaging”. Misalnya:
Active Learning, Clicker use in Class, Collaborative/Cooperative Learning, Critical Thinking, Discussion Strategies, Experiential Learning, Games/Experiments/Simulation, Humor in The Classroom, Inquiry-Guided Learning, Interdisciplinary Teaching, Learner-Centered Teaching, Learning Communities, Lecturer Strategies, Mobile Learning, Online / Hybrid Courses, Problem-based learning, Service Learning, Social Networking Tools, Teaching Diverse Student, Teaching with Cases, Team-Based Learning, Team Teaching, Writing Assignment.



















Pada saat Workshop ini berakhir tanggal 4 September 2015, di kampus Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, dengan kata penghantar yang disampaikan oleh Ketua STPNB, Drs. Dewa Gde Byomantara, M.Ed., seluruh pengajar sepakat, bahwa proses belajar tidak akan pernah berhenti. Perjalanan panjang baru ditetapkan, dan akan selalu bergulir bersama semangat dan kerja keras para pengajar yang mendapat kepercayaan dari UPT masing-masing untuk terlibat disini, bagi prestasi Destination Management secara maksimal.