Senin, 08 Juni 2020

Bhagawadgita, Puisi Cinta



Aham atma gudakesa
Sarva bhutasaya sthitah
Aham adis cha madhyam cha
Bhutanam anta eva cha
(Bhagawadgita X sloka 20)

Aku adalah Jiwa yang berdiam di dalam hati setiap insani, wahai Gudakesa. Aku adalah permulaan, pertengahan dan terakhir dari semua mahluk di dunia ini. 

Aku adalah Sang Sujati, aku ada di dalam dirimu. Aku menjadi awal mula dari segala yang ada. Aku senantiasa ada bersamamu dan juga semesta. Aku juga yang mengakhiri semua kehidupan ini.

“Bhagavad” berarti Tuhan, “Bhagavan” dalam bahasa Sanskerta. “Gita” berarti nyanyian. Bhagavad Gita berarti Nyanyian Tuhan, Kidung Suci yang dilantunkan untuk memuja keagungan Tuhan, mengingatkan diri kita sendiri, senantiasa berpikir baik, berbuat baik, bertutur baik.

Sloka di dalam Bhagawadgita merupakan puisi yang berisi filsafat kehidupan yang ditulis oleh Rsi Begawan Wyasa yang merupakan bagian dari Bismaparwa, dalam epos Mahabharata. Teks asli Bhagawad Gita adalah dalam Bahasa Sanskerta, dan sudah ditulis ulang, dituturkan dan dibahas berulang kali dalam berbagai bahasa, oleh berbagai pakar, juga dalam tinjauan berbagai sisi. Namun ajaran nya tidak pernah ketinggalan jaman, senantiasa beradaptasi dan berasimilasi dengan berbagai bidang kehidupan. Bhagawad Gita juga menginspirasi banyak orang, seperti orang yang pertama kali menterjemahkan Bhagawad Gita ke dalam bahasa Inggris, yakni Charles Wilkins (1785), Henry David Thoreau (1817-1860) Ralph Waldo Emerson (1803-1882). Sir Charles Wilkins merupakan seorang filsuf Inggris yang lahir tahun 1749, dan meninggal tahun 1836. Ralph Waldo Emerson merupakan seorang filsuf dan penyair, seorang pemimpin transendentalisme dari pertengahan abad ke 19 di Boston, Amerika Serikat. Henry David Thoreau adalah seorang penulis dan filsuf Amerika Serikat yang juga anggota aliran transendentalis, gerakan pembaharuan. Di Eropa terdapat Richard Garbe dari Jerman, yang melakukan studi terhadap yoga dan Bhagavad Gita, lahir di Bredow pada tahun 1857, dan meninggal tahun 1927 di Tubingen, Jerman. Juga Rudolf Otto, filsuf dan teologis Jerman yang sangat berpengaruh pada awal abad ke 20, lahir di Peine tahun 1869, meninggal di Marburg, Jerman, tahun 1937. Beliau menyampaikan bahwa Bhagawad Gita merupakan fragmen epic yang gemilang, yang memperlihatkan kesungguhan Krisna untuk tidak menyatakan dogma transenden apapun tentang pembebasan, namun memberi Arjuna kebebasan dalam berkehendak, berkeinginan, terkait melakukan pelayanan khusus bagi Tuhan Yang Maha Kuasa yang memutuskan takdirnya atas peperangan. Rudolf Otto menjelaskan bahwa Bhagawad Gita memperlihatkan ajaran yang menyerahkan pada masing-masing orang untuk memutuskan jalan yang akan dipilih. 

Di Indonesia, ada Gede Puja, yang menyampaikan bahwa Bhagawad Gita, yang mendorong Arjuna bertindak tanpa ragu, tidak mengikatkan diri pada kewajiban, hak dan akibat dari perbuatan, namun bertindak dan pasrah pada Tuhan sebagai Yang Maha Mengatur, sehingga dengan demikian rasa berdosa dapat di atasi (Pudja, 1999). Prabupada yang menyampaikan bahwa Bhagavad Gita merupakan pembelajaran menyangkut isvara / Tuhan Yang Maha Kuasa, dan para Jiva atau mahluk hidup yang dikendalikan Prakrti (alam material), Kala (waktu dan ruang kehidupan seluruh alam semesta), Karma (hubungan sebab akibat perbuatan). Anand Krisna (2004) menyampaikan bahwa karya besar seperti Bhagavad Gita bukan hanya merupakan literatur biasa, namun suatu karya klasik yang senantiasa dapat dibaca serta dibahas berulang kali, sebagai suatu pedoman hidup, panduan seumur hidup. Darmayasa (2017) menjelaskan bahwa dengan membaca serta membahas Bhagavad Gita berupang kali, akan mampu memberikan pengetahuan mulia dan juga memiliki daya penyucian diri yang luar biasa. 


Darmayasa. 2017. Mengenali Bhagavad Gita sebagai Pancamo Veda.

IBG Yudha Triguna. 2018. Konsep Ketuhanan dan Kemanusiaan dalam Hindu.

I Made Titib. 2003. Teologi dan Simbol-simbol dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita.

Gede Pudja. 1999. Bhagawad Gita. Surabaya: Paramita.

Novita N. Aini. 2014. Bhakti dalam Hinduisme dan Mahabbah dalam Sufiisme. 
Jakarta: Skripsi UIN.

I Nyoman Ananda. 2006. Agama Veda dan Filsafat. Surabaya: Paramita.

Doni Dwi hartanto, Endang Nurhayati. 2017. Falsafah Hidup Bhakti Marga Yoga 
dalam Naskah Serat Bhagawad Gita.

Nyoman S. Pendit. 1987. Bhagavad Gita. Jakarta: Depag.

Nyoman S. Pendit. Aspek-aspek Agama Hindu: Seputar Weda dan Kebajikan. 
Jakarta: Pustaka Manikgeni.

Tri Kurniawan Pamungkas. 2016. Berkenalan dengan Bhagavad Gita.

M. Hafidz Hidayat P. 2019. Konsep Ketuhanan dalam Bhagavad Gita. Jakarta: UIN

Anand Krisna. 2017. Kebijakan Bhagavad Gita bagi Generasi Y. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.