Senin, 30 Januari 2012

Minggu Jelang Penyajan Galungan....











Minggu pagi, 29 Januari 2012.
Pukul 7 pagi, dengan bersepeda motor sudah kuantar simbok ke terminal Ubung. Yudha ikut pula bersama ku. Setelah kupastikan dia naik ke bis yang tepat menuju Singaraja, kami berlalu pulang.

Di jalan Buluh Indah, kulihat pedagang bambu penjor. Hmmm, masih terlalu jauh dari jarak rumahku. Mungkin saja nanti ada di seputran jalan Marlboro. Maka aku bergerak kembali bersama Yudha di atas motor. Namun ternyata, hingga ke jalan Gunung Soputan, berputar kembali ke Tegal Lantang, tak kutemukan dagang bambu penjor. Maka, kami harus berputar-putar kembali, sebelum akhirnya menemukan satu di jalan Marlboro Barat.

Well, butuh konsentrasi ekstra dalam menggotong bambu sepanjang 5 meter itu dengan tetap mengendarai motor. Yudha ikut membantu ku dengan menggotong bambu itu di bagian pundak kirinya, dari jalan Marlboro Barat hingga ke rumah kami terdapat 4 tikungan jalan.... Sungguh sebuah perjuangan berat..... Namun toh akhirnya kami tiba juga dengan selamat. Hahaha, jangan dikata bu Santi wanita lemah....

Setelah itu, kulanjutkan dengan mencuci baju keluarga. Beratkah? Hmmm, tidak. Aku sudah terbiasa melakukan hal ini. Suami juga sungguh membantu. Bagaimana dengan anak-anak? Ya... ajarkan mereka komitmen semenjak usia dini, dan... semoga mereka paham maknanya dan mampu aplikasikan ini sepanjang garis kehidupan mereka juga... Ada yang menyapu, ada yang mengepel, membuang sampah, menyeterika baju.......

Pukul 12 siang, waktu istirahat sejenak. Makan siang bersama seluruh anggota keluarga. Kulanjutkan dengan tidur sejenak. Adi kembali berangkat ke sekolahnya untuk mengikuti Festival sekolah hari ke dua. Ah ha, dan ternyata, Yudha dan bapaknya pergi ke pameran pembangunan di depan alun-alun Puputan Badung. Mereka membeli kolong-kolongan, sampian gantung, dan bulir padi, juga berbagai pernak-pernik lain untuk hiasan penjor. Aarrgghhh....

Aku bisa dan terbiasa bikin sampian penjor sendiri, buatan tanganku. Meski mungkin hasilnya tidak lah indah... namun ada kepuasan tersendiri yang tidak bisa terucap dan terlukiskan kata-kata... Namun, suami dan anakku membeli sampian gantung dari bahan lontar. Hmmm, bukankah -hidup adalah sebuah kompromi pula??? Sejauh mana kita bisa bertoleransi terhadai keadaan hidup ini. Maka, kugunakan hiasan yang sudah dibeli oleh suami, baik itu kolong-kolong dan bulir padi untuk menghiasi batang bambu penjor. Namun untuk sampian gantungnya, kugunakan sampian penjor yang kujahit sendiri dengan tanganku. Hehehe..... masalah teratasi, sebuah kerjasama yg indah....

Suami lanjut membersihkan halaman, dan bersama kami naikkan penjor galungan, menjulang menentang angkasa, di depan pagar tembok rumah. Semoga Galungan in menjadi Galungan yang indah bagi kami semua....... Swaha.

Sabtu Milik Kami....













Sabtu, 28 Januari 2012.

Pagi hari, aku bersama Ayu berangkat ke pasar yang hanya 50 meter dari perumahan kami. 2 pesel gede busung bali, 2 pesel busung makasar, 10 nyuh daksina, hmmm. Siap sudah seperangkat banten untuk kukerjakan. Setelah tuntas pagi ini berbelanja bersama Ayu, kuminta dia menyelesaikan 6 kelan ketupat. Sedang aku bersama si bungsu, Yudha, bersiap menyambangi rumah mertua. Well, berbagi kebahagiaan sejenak bersama keluarga.

Adi, putra sulungku, berangkat ke sekolahnya, SMAN 1 Denpasar. Mereka mengadakan kegiatan Festival selama 2 hari. Berbagai Bazar dan acara mengisi sekolah mereka. Niatku mengajak Putu Diah, sang ponakan, bersama anakku si bungsu, Yudha, untuk menghadiri kegiatan festival tersebut.

Maka, dengan membawa ikan kakap yang baru selesai kumasak, be urutan yang kubeli di pasar tadi, siap betutu jukut sela, aku berangkat bersama Yudha menuju rumah iparku di Jalan Antasura gang Sutra. Berbincang bersama ipar dan mertua sambil menanti ponakanku Putu Diah, yang kelas 3 SMA kini, pulang dari sekolah.

Pukul 1 siang, kami bertiga berjalan mengendarai motor menuju Smansa. duduk menikmati berbagai situasi yang ada. Remaja-remaja di SMA ini sibuk mempersiapkan segala sesuatunya bagi acara Festival yang akan dimulai pukul 3 sore. Serombongan siswa SMA tetangga juga tiba memberikan ucapan selamat atas kelangsungan acara ini. Sementara di pojokan terlihat remaja lain sedang sibuk memasang lampu-lampu penerangan berbentuk lampion. Ada yang asyik bekerja sama menggotong berbagai peralatan. Aahhh, terbayang masa-masa SMA ku dahulu. Masa belajar dan bekerja sama, menjalin berbagai kegiatan, mencoba memahami dan menerapkan berbagai pengetahuan dalam kehidupan ini.

Anakku dan Putu Diah asyik menikmati berbagai hidangan yang kami beli. Mulai dari gorengan sosis dan tempura, kripik pedas makicih, minuman. Hingga tidak terasa, satu jam setengah sudah kami lewatkan disana.

Langkah selanjutnya menuju toko buku. Well.... ada beberapa perlengkapan yang harus dibeli, mulai dari binder, paper clip, buku, dan beberapa lainnya. Hmmm, juga tidak ada salahnya mengajarkan anak senang menemukan buku-buku baru yang bisa menambah wawasan pengetahuan mereka. Ditengah jalan, kami menatap bangga pada sebuah baliho besar terpampang di depan SMAN 2, dekat pasar Sanglah, hasil karya anakku, berisi informasi mengenai kegiatan Festival di SMAN 1.

Ya, Wayan Adi Pratama, putra sulungku, terlahir tanggal 1 Juli 1996. tepat pada peringatan hari Bhayangkara Indonesia, yang kini bersekolah di SMANSA kelas 2, senang rancang gambar, atau desain grafis. Dia pernah mengikuti lomba olimpiade desain grafis, dan memenangkan juara I. Dan kini, salah satu hasil rancangannya terpampang besar, indah dan megah, di depan SMAN 2 Denpasar. Hmmm, sungguh ber besar hati, menatapnya.

Ah, anak-anakku.... para ponakan, dan.... setiap anak di dunia......
Hidup ini terkadang keras.... Tidak seindah yang kita harapkan dan impikan.Tidak semudah yang kita inginkan. Namun..... bila terjatuh dan tersungkur berkali, maka bangkitlah berkali dan berkali lagi......

Karena, hidup adalah pilihan, entah kita suka atau tidak...... Kita semua bertanggungjawab atas pilihan hidup untuk tidak hanya menjadi tua, namun juga menjadi dewasa dan bijak dari hari ke hari.... Juga bersyukur pada Hyang Widhi, atas segala anugerah yang masih boleh kita dapatkan hingga hari ini......

Aktivitas Jum'atku.







Jum'at, 27 Januari 2012. Simbok yang masih terbilang cucu dari suamiku, akan berangkat untuk pulang kampung hari Minggu, 29 Januari 2012. Dia akan berlibur 2 minggu di kampung halaman. 1 Februari adalah hari raya Galungan. 11 Februari adalah hari raya Kuningan. Dia baru akan tiba tgl 12 Februari. Sudah hampir 6 tahun dia tinggal bersama kami sekeluarga. Dari hanya tamat SD, kini dia sudah duduk di bangku kelas 3 SMA.

Pagi sekali, aku sudah berangkat ke pasar, membeli busung. Setelah anak - anak berangkat sekolah dan simbok selesai dengan urusan dapur, kuminta dia menuntaskan membuat ketupat dari busung tersebut. 6 kelan, sebagai perlangkapan untuk banten yang akan kubuat. sampian gantung dan canang sari. Kemudian aku bersiap berangkat dengan segala rencana pula untuk hari ini.

Pagi ini aku bersiap untuk berjumpa dengan Profesor Sirtha, mengajukan permohonan agar beliau bersedia menjadi Promotor bagi Disertasi yang kuajukan. Beliau termasuk salah satu dari 5 Profesor yang menguji Ujian Prakualifikasi ku kemarin. Ujian Prakualifikasi Disertasi adalah sebuah tahapan yang memastikan bahwa Disertasi yang kita ajukan belum pernah ada, dengan landasan kuat dalam proses pengajuan, disertai berbagai prasyarat lainnya.

Maka, kuarahkan laju motor menuju Gedung Pascasarjana Universitas Udayana, menanti di depan ruang Prof. Sirtha. Beliau selaku ketua program studi S3 Kajian Pariwisata sudah tiba dari Malang, namun masih berada di kantor Camat untuk sebuah keperluan. Hmmm, maka, kupilih bergerak naik ke lantai 3 dari Gedung Pascasarjana ini. Disana sedang berlangsung Ujian Sidang Terbuka, Promosi Doktor program pascasarjana, program studi S3 Kedokteran. dr. I Dewa Putu Purwa, dengan Disertasi mengenai Interleukin Reseptor Antagonis sebagai faktor resiko gangguan memori pada penyandang epilepsi parsial kompleks.


Mengikuti Ujian Sidang Terbuka ini sejenak, aku lalu beranjak turun kembali ke lantai 2, mengintip jikalau Prof. Sirtha sudah kembali tiba di ruangannya. Ternyata belum ada. Maka, kusaksikan Ekshibisi dari Para Pemenang Kontes Desain Grafis dari Korea..... 2012 Winner International Design Exhibition of The Korean Society of Design Culture. Masih di lantai dua, sayap kiri Gedung yang sama. Hmmm, sungguh menakjubkan menyaksikan betapa indah karya-karya yang dihasilkan, dari tingkat disiplin diri yang tinggi, sungguh kreatif nian mereka semua....



Selanjutnya kuputuskan kembali bergerak, aku bergerak kembali ke Jl. Nias, berharap berjumpa dengan Prof. Kutha Ratna di Ged. Prof. Bagus, tempat program pascasarjana, program studi S2 & S3 Kajian Budaya berada. Ternyata beliau juga tidak ada. Ah haha.... aku mampir ke sebuah toko yang menjual seragam sekolah di depan pasar Sanglah, kutukar sebuah celana hitam yang kebesaran bagi ukuran anakku.

Kini ku arahkan laju motor menuju Nusa Dua.... Seorang mahasiswa menanti untuk melangsungkan bimbingan skripsi denganku. Belajar sepanjang kehidupan.... manusia tidak akan pernah berhenti belajar dari berbagai hal dalam hidup ini.

Tuntas urusan di Nusa Dua, aku kembali bergerak menuju Denpasar. Kembali ke Gedung Pascasarjana, menanti Prof. Sirtha, dan mencoba menghubungi Beliau. Hmmm, nasib seorang mahasiswa, belajar berdamai dengan hati. Apalagi tatkala mengetahui, Beliau tidak kembali lagi ke kampus. Kubuka bekal dan makan siang di depan kampus. Bersyukur akan tas Dora Emon ku yang sungguh besar. Isinya bisa masuk bermacam benda. Dari makanan, laptop, buku, kotak peralatan menulisku, kotak HP dan kameraku untuk membidik beragam peristiwa di sekitarku, kotak peralatan kecantikan ku yang hanya bedak dan lipstik murahan, kotak rice cooker, kotak freezer / lemari es, hingga mesin cuci, hahaha..........

Well....
Kini kembali bergerak pulang ke rumah. Melanjutkan persiapan mejejaitan jelang hari raya......

Kamis, 26 Januari 2012

Public Enemy...... (Berbagai Konflik ini bikin letih)



Maslow pernah bertutur kata, bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan mendasar, yakni dorongan hawa nafsu dan tuntutan biologis yang meliputi pangan, sandang dan papan. Penuhi kebutuhan ini, maka orang akan bisa melanjutkan kehidupan secara wajar dan normal, dengan berbagai aktivitas lain, seperti mengembangkan kreativitas dalam dirinya, beradaptasi, bekerja sama....

Namun, hidup dengan segala kehidupan penuh dengan segala kompleksitas.... Tidak lagi se sederhana dan se gampang apa yang kita persepsikan. Tiap kepala memiliki konsep sendiri-sendiri, kemauan dan kemampuan sendiri.

Andai kita semua sama, satu hati, satu rasa, satu kemauan, dengan kemampuan yang sama pula, penjara bakal kosong melompong. Gak perlu lagi pengadilan, badan pengawas, tentara, polisi....

Setiap hari, konflik selalu bermunculan. Pertentangan, perbedaan, huru hara, dan kerusuhan yang mungkin berubah menjadi anarki. Tidak lagi hanya melibatkan perut lapar semata.... Di dalamnya terdapat berbagai pergulatan dan keterkaitan yang bagai menggurita, sungguh tak bisa terurai dengan kalimat sederhana.

Terkadang, banyak kepanjangan tangan yang samar-samar, juga ikut memperkeruh suasana, mengambil untung dari situasi dan kondisi yang berkembang. Entah diakui atau tidak, entah dipahami atau tidak. Antara hegemoni dan disintegrasi, antara wacana semata atau tindakan kritis mengejar pembuktian informasi, antara dekonstruksi atau perilaku posmodernisme, antara poststruktural atau dehumanisasi, antara harga diri atau penghormatan bagi sang pimpinan....

Menarik sekali apa yang dikatakan oleh Budi Sepang:
"Pembiaran oleh negara atas adanya pelanggaran konstutusi bisa mengarah pada runtuhnya tatanan nilai sosial dalam masyarakat, dan itu adalah cikal bakal negara yang gagal... Saya cinta damai, tapi lebih cinta penegakan hukum yang adil. Kedamaian yang diperoleh dengan mengabaikan prinsip keadilan hukum adalah damai dalam penindasan. Semoga negara kini mengambil peran yang seharusnya, atau pesawat yang bernama Indonesia ini akan mengalami "crashlanded".......

Siapa pun itu, bahkan bila anak kandung sendiri, terbukti melakukan kesalahan, harus mendapat perlakuan yang sepatutnya. Demi Maslow? atau demi Publik? Ini lebih karena sebuah proses pembelajaran dalam kehidupan, agar orang bisa belajar untuk hidup smakin bijak dan dewasa, membuang jauh sifat arogan dan kekuatan fisik semata.

Tuhan.....
Cukup sudah konflik ini....
Negeri ini butuh konsentrasi untuk hadapi permasalahan yang jauh lebih berarti.... Jangan buat kami-kami ini menjadi PUBLIC ENEMY, apalagi, enemy bagi diri kami sendiri. Semoga kita semua bisa menahan diri, dan tidak membuat dendam berkepanjangan bagai snowball effect tiada berujung dan berhenti, hingga bangsa ini hilang harga diri.....

Bekerja, itu penanda kita ada...


Karena hakekat hidup adalah bekerja....
Maka berbahagialah orang yang masih diberi kesempatan untuk bekerja...
Hargai hidupmu dengan selalu mengisi waktu, bekerja....

Kamis Wage Sungsang, 26 Januari 2012, Sugian kini.
Pukul lima sore, seluruh anggota keluarga bergerak....
Suami dan kedua anakku, juga simbok sigap bekerja
Kami mengambil ember, cangkul, sekop,
dan mulai membersihkan batu koral yang tergeletak disamping pagar.
Hari ini Sugihan Jawa, Hari pembersihan buana agung dan seisinya.
Bersiap menyambut Galungan lan Kuningan,
Namun sebelum bersembahyang malam hari,
tidak ada salahnya membersihkan batu koral
yang lumayan menghadang jalan.
Dipindahkan ke bagian belakang rumah.

Hidup tidak akan selalu mudah dan indah seperti yang kita harapkan
Namun hidup selalu penuh dengan kesempatan kita untuk mengisinya
dengan berbagai nuansa yang ada....

Bekerja lah selalu....
Bekerja.
Terjatuh dah terpuruk berkali....
Maka,
bangkitlah berkali dan berkali lagi....

Tempoyak udang maknyus......


Tempoyak Udang Maknyus....

Kubuat pagi ini, demi keluarga tercinta....

dari sepuluh butir batu durian yang kuambil bagian lembutnya,
kucampur seperempat udang,
berbagai bahan racikan untuk bumbunya,
10 butir cabai utuh, tambah segelas air.

Hmmm,
aroma asam manis tempoyak udang menggugah selera.
dengan sepiring penuh nasi yang baru selesai ditanak.

Ah ha.....
Dan aku bersiap berangkat kerja dengan tenaga dari tempoyak udang....

Sugihan Jawa dan Sugihan Bali


Hari ini, Kamis 26 Januari 2012, adalah hari Sugihan Jawa. Aku memahaminya sebagai hari pembersihan alam semesta. Besok, adalah hari Sugihan Bali, serangkaian upacara menyucikan diri. Banyak orang memilih hanya satu saja, dirapel, ada yg hari ini ada yang besok.
Mungkin dulunya, ini bentuk penghematan karena ritual itu selalu dikaitkan dengan banten, dan orang tahu bikin banten sulit, mahal dan jadi beban. Mpu Jaya Prema Ananda, yang memiliki nama asli Putu Setia, menjelaskan.... Kalau banten dibuat sederhana, kenapa harus dirapel? Bahkan kalau "bersih2" itu bisa tanpa banten, kenapa harus digabung?
Hmm, sebuah ajaran yang menyejukkan hati.... Betapa, kita bisa melaksanakan berbagai rangkaian upacara beserta upakara yang disesuaikan dengan sepenuh toleransi yang disepakati bersama pula, sebagai sebuah pemahaman dan aplikasi dari Genius Local Wisdom, kearifan Lokal yang sungguh adiluhung, pelestarian ajaran turun temurun semenjak nenek moyang.

Mungkin, ada pula yang berpandangan begini : "ah saya kan orang Bali, ya cukup sugian Bali saja saya mebanten" seperti yang disampaikan oleh Gusti Ketut Budiartha mengenai jawaban ponakannya saat ditanya.

Ardhi Jaya menjelaskan pemahamannya, Sugihan Jawa nyunginin / membersihkan alam semesta/bhuana Agung. Sugihan Bali, nyuginin/membersihkan diri/bhuana alit. Yang merupakan rentetan upakara menyambut/dtgnya Hari Raya Galungan dan Kuningan. Alasan dibalik hal mengapa Sugihan itu ada memakai kata JAWA dan BALI itu yg tidak diketahui banyak pihak. Menurut cerita yang beredar di tengah masyarakat, keturunan Majapahit memilih melakukan upacara sugihan Jawa, sedangkan asli keturunan Bali melakukan upacara sugihan Bali.

Menurut Mpu Jaya Prema Ananda, keduanya, baik Sugihan Jawa maupun Sugihan Bali, harus dilakoni. Hari ini untuk alam/bhuwana agung. Sajen sederhana ya canangsari gak apa, mau besar merebu, mecaru dll. Esok sugian mewali (ini yg kemudian jadi bali) untuk diri/bhuwana alit. Banten sakasidan (semampunya) dari canangsari sampai sodaan dll. Yang penting inti dan tujuannya jelas. Setelah semua bersih siaplah menerima (dan menantang) sang tiga buta dungulan dst ajak berperang. Setelah menang rayakan Galungan. Adharma kalah oleh dharma.

Menurut Gusti Ketut Budiartha, rencananya pernah ditolak saat bersama rombongan akan melakukan Tirtayatra ke satu desa di Kediri Jatim, mengantar anak2 Pashraman Sidoarjo. Rencana melaksanakan Tirthayatra hari minggu 3 hari sebelum Galungan ditolak karena umat Hindu di sana Puasa selama 3 hari sampai Penampahan Galungan.

Saat Sang Kala Tiga rauh / tiba, umat Hindu di Kediri Jatim melaksanakan tapa puasa. Logikanya benar, kan kedatangan Kala jadi harus Tapa Brata atau tirakat agar bisa mengalahkan Sang Kala Tiga. Setelah itu barulah pesta saat Galungan, merayakan Dharma melawan Adharma. Tapi kenyataan yang umum terjadi adalah seringnya umat berpesta sebelum hari Galungan, jadi Adharma yang memang, padahal seharusnya Adharma yang kita kalahkan......

Sedangkan Ananda Anugraha menjelaskan pendapatnya, bahwa mungkin JAWA artinya JABA alias luar, di luar diri kita, alias makrokosmos. Dulu, setiap orang dari luar Bali, disebut dari JAWA, padahal bisa saja dari Lombok. BALI mungkin berarti DALAM atau internal, alias dalam diri, atau mikrokosmos. Menurut nya, juga banyak pengertian filosofi pelaksanaan hari raya ataupun upacara yang musti diluruskan. Seperti yang baru saja lewat, siwaratri, yang arti sujatinya bukan hanya sebuah hari dimana dosa dan kesalahan dilebur atau dimusnahkan, namun lebih kepada peningkatan kesadaran diri untuk memahami segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, dan tidak lagi terjadi kesalahan dan dosa yang sama. Sebuah hari dimana komitmen kita untuk selalu meningkatkan spiritualitas dengan tetap selalu "jagra", alias eling. Lubdaka jagra hingga kematian menjemputnya, walaupun itu hanya semalam. Tapi kita tidak pernah tahu kapan kita akan mati. Semasih kita bernafas, kita harus tetap sadar, jagra, eling, agar tidak dikuasai atau dimakan oleh nafsu kita (binatang buas).

Sabtu, 21 Januari 2012

Serba Durian

Tahukah anda... disaat panen durian berlimpah, ide cemerlang bisa jadi pembuka peluang....

Kolak pisang durian anget ditengah rinai hujan, ato oseng-oseng pedas udang campur durian .... Makanan favorit semenjak kecil ku.

1327166599782570813

Masa kecilku, kulewatkan di Kalimantan Barat. Ibu adalah seorang perempuan tangguh yang senang memasak bagi seluruh anggota keluarga. Dari Beliau, ku dapatkan banyak ajaran mengenai kasih sayang dan kelembutan seorang perempuan. Kami terbiasa masak bersama, dan sering kupraktekkan berbagai ide kreatif mengenai makanan. Membuat kolak pisang durian yang sungguh lezat tiada tara, membuat manisan buah yang kujual dengan duduk di depan rumah, membuat sambel pencaluk sebagai teman makan nasi, membuat es lilin dan kujual berkeliling di perumahan kami, asrama tentara dahulu, membuat kue dari biji nangka yang direbus lalu ditumbuk, membuat kue dadar. Hasilnya? beberapa panci hangus, kue yang bantat, dan, entah berapa banyak pengalaman yang kudapatkan namun sungguh kunikmati saat-saat yang hadir mewarnai hidupku....


Entah berapa jenis masakan yang telah kuhasilkan, dengan berbagai cita rasa nya, dari yang keasinan, manis yang aneh, teralu pedas, hingga tidak bisa dimakan orang lain, namun tidak hentikan niat untuk selalu mencoba dan ingin tahu terhadap beragam hasilnya.


Beberapa durian yang dibawa suami tatkala pulang kampung ke Sepang seminggu lalu masih tersisa. Keluarga dan tetangga sudah mendapat bagian pula. Namun masih ada tersisa seporsi penuh durian yang telah dikeluarkan dari kulitnya. Maka, kupotong se sisir pisang, lalu kumasukkan di dalam panci yang berisi 5 gelas air, kutambahkan segelas gula pasir, sepotong kecil kayu manis, juga se piring isi durian. Hmmm, sungguh nikmat terasa, saat duduk bersama menikmati malam minggu bersama keluarga. Biji durian bisa dinikmati, karena sudah empuk setelah direbus.


Bagaimana dengan durian yang masih tersisa di kulkas?? Well, besok pagi akan kubeli udang, dan mengolahnya menjadi udang asam manis bercampur durian. Hmmm, membayangkan makan siang bersama, wlo sedikit, namun kebersamaan megibung ato makan bersama, menikmati waktu selagi masih sempat.... sebelum masing2 aktif dengan kegiatan masing2.

Diplomasi Bungut Paon

Diplomasi Bungut Paon. Istilah ini pertama kali kukenal tahun 2008 tatkala pak Jero Wacik, selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata mewisuda lulusan STPNDB di BICC.

Sejenak pikiran ku melayang, menerawang dan memastikan makna yang terkandung di dalam kata tersebut. Sungguh dalam maknanya.

1327137993518063004

Bila kita menghadapi masalah dan problema, terkadang, akar dan inti permasalahan adalah karena pemenuhan kebutuhan yang tidak tercapai. Istilahnya menurut Abraham Maslow, level kebutuhan tingkat dasar dalam diri tiap manusia tidak terpenuhi, yakni kebutuhan akan sandang, pangan, papan.

Hla, bagaimana mau berpikir secara maksimal bila kita sedang lapar? bagaimana bekerja keras dan memperlihatkan hasil maksimal, bila kebutuhan fisik mengalami gangguan? Dan, ini terus berlanjut ke permasalahan lain, berkembang, berakar pinak, hingga kemana-mana....

1327137901805754412

Hmmm, ada benarnya pula.

Jika sepasang suami istri sudah tidak saling berbicara, sepasang kekasih terlibat adu mulut dan saling emosi, bertetangga namun saling curiga dan sepenuh dendam, bersahabat namun menghadapi kebuntuan dalam bekerjasama, bersaudara tapi saling terpecah belah, hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain.... Ada baiknya istirahat sejenak, duduk bersama, menikmati hidangan makanan. Bahkan, jika perlu, masak bareng, melakukan aktivitas bersama-sama.

13271377981663857462

Seperti yang pernah ibuku sering sampaikan kepada kami dahulu..... Apapun yang terjadi, seberapa sibuk pun kami dengan sejuta aktivitas yang menuntut kesempurnaan. Sempatkan sesekali, duduk bersama, sekecil apapun hidangan, semurah dan tidak beragam jenis pun.... bila perut kenyang, hati akan senang, emosi ikut tenang, ego akan surut perlahan....

Seperti yang kami lakukan, me prani sehabis ngodalin, Ida Bethare mesineb, dan kami seluruh anggota keluarga besar duduk bersama di Bale Piyasan. Menikmati hidangan secara bersama-sama.

1327137625537480557

Diplomasi Bungut Paon. Mungkin saja hadir dalam beraneka bentuk, fungsi dan makna bagi kita semua. Dengan melakukan aktivitas bersama-sama, menikmati hidangan yang tersedia, mengolah hidangan tersebut bersama, megibung atau makan bersama, prani atau haturan makanan setelah selesai odalan. Tanpa memandang, tua - muda, kaya - miskin, terdidik - tak pernah tahu bangku sekolah, sehat - sakit, inilah sebuah bentuk kearifan budaya peninggalan nenek moyang yang sungguh adiluhung. Genius Local Wisdom. Upaya mengeliminasi konflik yang terentang di antara umat manusia, yang membuat jarak kita saling berjauhan. Diplomasi Bungut Paon, wajib dilestarikan.......


Siwaratri

Redite Pasah Kliwon Sungsang, Minggu, 21 Januari 2012. Hari Raya Siwaratri. Sering disertai dengan pelaksanaan tapa brata Siwaratri pula.

132713574030089024

Tapa brata siwaratri menghantar kita pada kedamaian dan keteguhan hati tatkala menghadapi berbagai persoalan yang membutakan mata hati kita sendiri. Berusaha menemukan kembali jati dirinya yang suci murni sebagai bagian yang menyatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Namun kenyataan yang sering terjadi adalah manusia sukar menemukan kesadaran terbebas dari belenggu dunia maya ini yang membuat dia lalai terhadap hakikat tujuan hidupnya. Dunia maya selalu menawarkan kenikmatan hidup yang seakan - akan terasa langgeng, tetapi sering kali justru menambah beban masalah di dalam kehidupannya sehingga kehidupan yang damai makin sulit diwujudkan. Tapa Brata Sivaratri sebagai petunjuk bagi umatnya untuk mencapai kesempurnaan hidup, membebaskan diri dari jerat maya, serta menemukan kebahagiaan dan kedamaian.


1327134643184792480


Siwaratri, adalah hari dimana kita memuja dan memuji kebesaran Beliau, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang hadir dalam berbagai bentuk kitab suci seperti Weda, termuat pula dalam Itihasa Mahabharata dan Purana, maupun Nibanda. Di Indonesia, seorang pujangga bernama Empu Tanakung telah menggubah sebuah ceritra Lubdhaka yang ditulis dalam pustaka Sivaratrikalpa pada akhir jaman Majapahit, tentu dengan tujuan untuk meyakinkan umatnya agar dengan penuh keyakinan dapat melaksanakan brata Sivaratri yang ditetapkan dalam Veda (http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/artikel_bali/detail/690.htm )

13271348031752432022

Manusia selalu berupaya mencari kebahagiaan, ingin terlepas dan bebas dari penderitaan. Lubdhaka, Nishada, Susvara adalah merupakan sosok "sang pencari" yang meniti kehidupannya dengan penuh bhakti kepada Yang Maha Kuasa. Dengan bhakti itulah ia menemukan hakikat dirinya.

13271349042143777875


Kita sebagai umat manusia adalah gambaran dari Lubdhaka, Nishada dan Susvara, yang sering kali terjatuh dan tersungkur oleh penderitaan hidup, tatkala rintangan datang bertubi-tubi, dan kegelapan seolah tiada henti menghampiri. Sering kita menyangkal kehadiran Tuhan, mengabaikan hati nurani, lebih memilih ego dan mengutamakan emosi semata. Hanya dengan tetap bersandar dan berpijak pada pedoman hidup kita, yakni kitab suci, yang hadir dalam banyak bentuk, maka kita dapat melalui berbagai terpaan hidup.

1327134961173478085

Veda mengajarkan bahwa setiap insan dapat hidup karena ada inti hakikat yang menghidupinya.

"Eko devas sarva bhutesu gundhas
sarva vyapi sarva bhutantaratma
karmadhyaksas sarva bhutadhivasas
sakti ceta kevalo nirgunasca" (Svetasvatara Upanisad .VI .11)
(Satu sinar suci Tuhan yang tersembunyi dalam setiap insan, menjadi jiwa bathin semua ciptaan itu, Raja yang menyinari semua perbuatan dan menjadi saksi agung yang bersemayam di dalam hati.)

13271350211562973943


Hal ini memperlihatkan pada kita, bahwa betapa berbagai bentuk dan rupa kitab suci yang hadir disekeliling kita, entah melalui kitab suci yang kita baca, kita telusuri maknanya hingga mencapai pemahaman bersatu, melebur dengan Hyang Widhi, hadir melalui banyak ajaran pengalaman kehidupan bersama orang lain, dari orang-orang yang ada di sekeliling kita, entah itu para sahabat, keluarga atau kerabat, kolega kerja..... kita akan dapat menjalani berbagai sisi gelap kehidupan ini. Agar bisa menjadi semakin bijak dan dewasa dari hari ke hari....

132713511963088262


Karena, tua itu pasti, namun dewasa adalah sebuah pilihan. Setiap orang bisa menjadi tua, namun, hanya orang-orang pilihan yang bisa menentukan langkah pilihan untuk menjadi dewasa dan bijak, tidak terkungkung dalam kegelapan emosi dan sifat egois semata....

13271352531554612785

Senin, 16 Januari 2012

Anak2ku, permata hatiku

Tiba dari kantor dengan mentari memancar keras, udara panas, kulirik jam di tembok rumah, pukul 2.30, dan aku belum makan siang. Kami sekeluarga akan segera berangkat ke Klungkung demi bersembahyang sekeluarga. Odalan di sanggah dadia. Anggara Kasih Julungwangi. Selasa, 18 Januari 2012.


Aku disambut anak2 di depan pintu rumah.

"Ma.... ini hasil kerja adi bikin gambar desain baju jaket sekolah...."

Ah ha...

dan, lelah ku seharian musnah melihat senyum ceria di wajah keluarga tercinta.

1326782410804370164

Setiap orang selalu memiliki pribadi yang menakjubkan dan berbeda-beda. Demikian pula halnya dengan kedua anakku ini. Si Sulung bersekolah di SMAN I Denpasar, yang lebih terkenal dengan SMANSA, dan semboyan Karmani Eva Dhikaraste Mapalescu Kadacana. Ia duduk di kelas 2. Hobinya menggambar. Hmmm, kupikir, lumayan bagus lah karya nya sebagai seorang desainer grafis. Dia memenangkan Olimpiade di UNUD akhir tahun lalu dalam bidang gambar poster.

1326782494308662198

Si bungsu, memiliki segudang hobi lain pula. Mulai dari bermain, berolahraga menggoda in kakak dan bapaknya. Tidak ada yang akan pernah musnah dan tergantikan, dalam kisah perjalanan kami sekeluarga..... Kisah kasih yang akan selalu abadi, entah dimana pun jejak kaki kami masing-masing akan mengarah. Astungkara Hyang Widhi Wasa.

1326782543481697418

Mereka selalu memiliki keingintahuan yang sungguh besar..... Selalu ada hal yang menakjubkan setiap harinya, datang dari berbagai ceritera yang mereka hasilkan.

13267828431168340045

Tuhan, Hyang Widhi Wasa..... Smoga anak-anakku selalu diberkahi semangat Mu..... di jalan Dharma.

A Worker, a Wife, a Mother...... Yes I am.

Anak-anakku.....
Merekalah tirai jendela dunia ku.....

13267331621466228963

Dari mereka, aku belajar banyak, tentang indahnya warna warni dunia.

Dari mereka aku tercipta tangguh dan berjuang sepenuh cinta.....

Dari mereka, aku belajar bijak di setiap kelok derita dan coba yang ada.

1326733233974881556

Selama 4 hari, semenjak 11 s/d 14 Januari 2012, ditugaskan mengikuti Asesor Kompetensi Bidang Pariwisata, bersama 30 rekan dosen STPNDB, di Puri Saron Resort, Banjar Petak, Bitra, Gianyar. Saat kuputuskan untuk tidak menginap dikamar yang telah disediakan bagi kami, dan pulang ke Denpasar tatkala pelatihan selesai malam hari, sudah kubayangkan, bakal sangat melelahkan hari-hari ku. Namun semua sudah tentu dengan sepenuh pertimbangan.

13267337431455816805

Kamis, 13 Januari 2012. Hari ketiga aku mengikuti Asesor Kompetensi Bidang Pariwisata. Pukul 9 pelatihan mulai berlangsung. Semenjak pukul 6 aku sudah tuntas dengan tugas rutin seorang ibu rumah tangga, mempersiapkan sarapan bagi keluarga, anak-anak yang bakal berangkat sekolah.

13267334161494993961

Pukul 6.30, Yudha yang baru duduk di bangku SD klas 4, mengeluhkan sepatunya yang basah karena kehujanan kemarin. Dan, itu adalah sepatu satu-satunya yang dimiliki yang pas dengan ukuran kakinya. Dia cepat sekali tumbuh membesar. Hmm, berpikir, berpikir, berpikir.... kuputuskan membeli sepatu bersama nya di supermarket dekat rumah. Namun itu berarti harus menunggu pukul 7.15 supermarket tersebut buka. Ahhh.

1326733514469268368

Well. Ini mungkin sebuah ujian yang juga dialami oleh berjuta orangtua lain di belahan dunia mana pun. Maka, berkeluh kesah dan berdiam diri tanpa melakukan apa pun, takkan membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Si bapak terlalu cepat mengambil tindakan dengan terkadang mengomeli anak-anak... Toh sebagai orangtua, tentu kuinginkan yang terbaik bagi anak2 ku. Mengalah dan menunda keberangkatan ku adalah tindakan yang kupikir tepat, daripada semua ngambul dan mogok berangkat sekolah. Bersyukur, bisa kami dapatkan ukuran sepatu yang pas pada toko yang tepat dan saat tepat pula. Sehingga bisa kuantar bos kecil ini ke sekolahnya, dan aku sendiri mengendarai motor tercinta ke Gianyar.

1326733811640550386

Tahukah... apa yang kubawa bersama ku ke Gianyar?? Ehm. Printer IP 20. Kami harus mencetak banyak lembaran tugas. Dan, dari 5 printer yang dibawa teman-teman sesama dosen STPNDB, tidak lah cukup memadai untuk tugas-tugas kami. Kuputuskan membawa printer ku yang sudah di modifikasi, hingga cukup tangguh dan bisa mencetak ribuan lembar berwarna. Kubungkus dengan lembaran plastik tebal agar terhindar dari debu dan hujan yang mungkin saja sewaktu-waktu jatuh.....

1326734287626564812

1 jam dan 30 menit waktu yang kubutuhkan untuk menuntaskan perjalanan Denpasar - Gianyar bersama honda astrea, cukup membuat aku harus ekstra waspada menjaga printer tercinta yang sangat membantu tugas dan kreativitas putraku, Adi Pratama yang desainer grafis, tugas2 ku dan juga suami, yang seorang kandidat Doktor pada Program Pascasarjana S3, Program Studi Kajian Budaya, Universitas Udayana.

13267342312073090055

Anggara Kasih Julungwangi, Selasa, 18 Januari 2012. Odalan sanggah dadia kami di banjar Nyalian, Desa Kapit, Kec. Banjarangkan, Kab. Klungkung. Mertua ku berasal dari desa tersebut. Dan anggota keluarga akan menyempatkan pulang untuk bersembahyang, mencakupkan tangan, memuja kebesaran Tuhan. Semenjak Selasa, 11 Januari 2012, para ipar dan bibi yang menetap di Buleleng telah datang ke Klungkung. Kami bersama-sama menyelesaikan apa yang kami bisa, demi kelancaran upacara Piodalan sanggah keluarga besar ini.

13267339021062446520

Aku membawa jejahitan, beraneka bentuk, yang dibutuhkan, seperti sampian gantung, porosan, plaos, sampian kembang, tangkih. Siapa yang membantuku menyelesaikan ini semua, bila aku juga dalam kesibukan?? Well, ada simbok. Dia adalah wanita cantik berusia 22 tahun, yang masih terhitung cucu suamiku. Dan juga, ada kedua anakku. Bahkan, kedua putra ku, bisa mejejaitan mengikuti jejakku, meski dengan gaya kanak-kanak dan remaja mereka sendiri.....

1326733964938247203

Ehm.... bukan kah ini memperlihatkan betapa Genius Local Wisdom, Kearifan Budaya Lokal yang sungguh Adiluhung....... mengajarkan anak semenjak usia dini, mengenali dan mencintai budaya mereka sendiri. Kuajarkan anak-anakku, dengan cara sederhana yang kutahu, memahami budaya mereka, mengenali diri mereka sendiri, menerapkan dalam berbagai aspek kehidupan mereka, apa yang sesungguhnya merupakan warisan nenek moyang mereka..... Dengan begini, mereka akan bisa menghargai diri sendiri, juga menghargai orang lain yang berbeda dengan mereka, sehingga konflik bisa terhindari.

Karena..... ada yang tak dapat terganti dengan apa pun, yaitu persahabatan....

Ada yang tak dapat terhapus oleh siapa pun, yaitu persaudaraan......

132673402946514601

Wanita hebat kah aku?? Ah bukan !! Jauh di luar sana, jauh lebih banyak wanita tangguh lain yang sungguh hebat dan perkasa, yang berjuang demi perkembangan diri dan keluarganya, juga demi apa yang menjadi prinsipnya.

13267340941342668219

Aku hanya wanita biasa.... seorang pekerja yang mencintai pekerjaannya.

Aku hanya wanita biasa.... seorang istri dan ibu, yang mencintai keluarganya...

Aku hanya wanita biasa... seorang wanita, yang juga mencintai dirinya sendiri.......

Mengapa harus bersedih dan mencaci maki bila kita hadapi kesedihan dan aral melintang di hadapan kita. Semua harus dijalani, suka dan duka, lara nestapa dan bahagia. Aku memilih, berjuang dan tersenyum dalam jalani ini semua. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melindungi dan menemani setiap jejak langkah yang kubuat, tak perduli meski harus terjatuh berkali, aku akan bangkit berkali juga.....

1326734161578749338

Kamis, 12 Januari 2012

Tari Rejang Persembahan

13263850891853326200

Gemulai perempuan melambai jentik jemari tangan.....

Aku tergetar dalam diam ditimpur rinai hujan jatuh perlahan.


Hampiri bale banjar, kuhentikan laju motor berjalan.

Malam basah, lelah semenjak Puri Saron, tak lagi kuhiraukan....


Ah,

Wahai dikau tuan-tuan....

Tidakkah rindu bisikan dan panggilan Tuhan?


Disini, dalam diam, kupandang sepenuh takjub, sepanjang tatapan.

Siapa berani bilang, Tuhan berpaling dari hati tiap insan...

1326385146955076662

(Melaju di larut malam dari Puri Saron Gianyar Medahan,

berhenti sejenak di Batuan,

ditengah rinai hujan,

gemulai jemari perempuan,

rentak gamelan,

Tari Rejang Persembahan,

membuatku kagum akan kebesaran Tuhan)


12 Januari 2012


13263851961203116946


13263852551240040093


1326385317762345018