Senin, 08 Mei 2017

Semua karena Cinta.....


Anak-anak yang dididik dalam keluarga yang penuh kesantunan, etika tata krama, 
sikap kesederhanaan, akan tumbuh menjadi anak-anak yang tangguh, 
disenangi, dan disegani banyak orang....
 
Mereka tahu aturan makan table manner di restoran mewah, 
Tapi tidak canggung makan di warung kaki lima, bahkan emper jalanan....
 
Mereka sanggup beli barang-barang mewah, 
Tapi tahu mana yang keinginan dan mana yang kebutuhan.....
 
Mereka biasa pergi naik pesawat antar kota, 
Tapi santai saja saat harus naik angkot kemana-mana.....
 
Mereka berbicara formal saat bertemu orang berpendidikan, 
Tapi mampu berbicara santai saat bertemu orang jalanan....
 
Mereka berbicara visioner saat bertemu rekan kerja, 
Tapi mampu bercanda lepas bertemu teman sekolah atau sepermainan.....
 
Mereka tidak norak saat bertemu orang kaya, 
Tapi juga tidak merendahkan orang yang lebih miskin darinya....
 
Mereka mampu membeli barang-barang bergengsi, 
Tapi sadar kalau yang membuat dirinya bergengsi adalah kualitas, 
kapasitas diri, bukan dari barang yang dikenakan....
 
Mereka punya, Tapi tidak teriak kemana-mana.... 
Kerendahan hati yang membuat orang lain menghargai dan menghormati dirinya.....

Kamis, 04 Mei 2017

Purworejo dan Bromo, kali ini.....




Seiring bertambah nya usia,
kau akan temukan bahwa kau mempunyai dua tangan,
satu tangan untuk menolong dirimu sendiri,
dan satu untuk menolong orang lain.

Untuk mendapatkan bibir yang menawan,
ucapkanlah kata-kata kebaikan

Untuk mendapatkan badan yang langsing,
berbagilah makananmu dengan mereka yang kelaparan.

Untuk mendapatkan kepercayaan diri,
berjalanlah dengan ilmu pengetahuan,
kau tak akan pernah berjalan sendirian.
(Audrey Heburn)

Rencana perjalanan kali ini adalah menuju Desa Purworejo yang terletak di Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Kecamatan Donomulyo terdiri dari desa Donomulyo, Banjarejo, Kedungsalam, Purworejo, Sumberoto, Tempursari, Tlogosari, Tulungsari, Purwodadi. Kabupaten Malang terkenal dengan slogannya, Mandiri, Agamis, Demokratis, Produktif, Maju, Aman, Tertib dan Berdaya Saing. Sebagian besar penduduk desa merupakan petani musiman (petani padi, tebu, jagung, kelapa, ketela pohon, kedelai). Sebagian diataranya menjadi pegawai Negeri, dan pedagang. Ada pula yang menjadi TKI ke Luar Negeri.

Di desa Purworejo, Kecamatan Donomulyo, terdapat Gua Maria Sendang Purwaningsih. Gua Maria Sendang Purwaningsih merupakan salah satu tempat tujuan para peziarah khususnya umat Katolik di daerah Malang dan sekitarnya. Untuk mencapai tempat peziarahan ini dari Kota Malang bisa menuju arah Kepanjen, lalu lurus ke arah selatan melewati Bendungan Sengguruh ke kanan arah Pagak, lalu menuju Sumbermanjing Kulon, di perempatan Sumbermanjing belok kanan terus menuju ke Donomulyo. Sebelum sampai ke Gereja Katolik Paroki Ratu Damai Purworejo, berbelok ke kanan di mana Gua Maria Sendang Purwaningsih berada.

Berbeda dengan Gua Maria yang sudah dikenal luas seperti Puhsarang di Kediri dan Sendangsono di Kulonprogo, Gua Maria Sendang Purwaningsih terletak di antara rimbunnya pepohonan lebat dan bebatuan yang berada sejauh sekitar satu kilometer dari jalan, sehingga terkesan tersembunyi dan sering digunakan untuk semadi atau menenangkan diri. Namun pada tempat ini terdapat palerepan atau aula untuk bermalam.

Namun kali ini aku akan mengunjungi umat Hindu yang berada di Purworejo, Si Mbah Ndoyo. Semoga niat baik, tulus dan suci, mendapatkan jalan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga umat bisa dengan serius bersembahyang, menguatkan jati diri, mengembangkan kesucian pikiran, perkataan dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, juga menjaga harmoni dengan berbagai pihak di sekelilingnya, sehingga mereka bisa menjalin kerjasama yang baik, kebijakan yang semakin berkembang, dan tuntunan positif bagi anak cucu mereka kelak pula….

Pura Poten di Bromo
Sebagai pemeluk agama Hindu Suku Tengger tidak seperti pemeluk agama Hindu pada umumnya, memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan, namun bila melakukan peribadatan bertempat di punden, danyang dan poten. 

Poten merupakan sebidang lahan di lautan pasir sebagai tempat berlangsungnya upacara Kasada. Sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Tengger yang beragama Hindu, poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata dalam suatu susunan komposisi di pekarangan yang dibagi menjadi tiga Mandala, yaitu : Mandala Utama, Mandala Madya, dan Mandala Nista.

Yadnya Kasada. Pada malam ke-14 Bulan Kasada Masyarakat Tengger penganut Agama Hindu (Budha Mahayana menurut Parisada Hindu Jawa Timur) berbondong-bondong menuju puncak Gunung Bromo, dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai hasil pertanian, ternak dan sebagainya, lalu dilemparkan ke kawah Gunung Bromo sebagai sesaji kepada Dewa Bromo yang dipercayainya bersemayam di Gunung Bromo. Upacara korban ini memohon agar masyarakat Tengger mendapatkan berkah dan diberi keselamatan oleh Yang Maha Kuasa.

Setelah bertahun tidak pernah ku kunjungi, kali ini sungguh kebesaran Tuhan, aku diberi kesempatan menghadap, bersimpuh di ujung jemari Beliau. Dahulu, pernah ku kunjungi Pura Poten, bersama rombongan dari Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, termasuk pula Ibu Endang Sri Widjiati. Apa persiapan ku?? Ah, hanya tubuh ini, bersiap untuk sebuah perjalanan panjang lagi, semoga akan selalu ada kesempatan kesempatan lain lagi datang menghampiri, ke berbagai Rumah Suci Tuhan…… meski kubawa selalu Rumah Suci Tuhan, di sini, dalam hatiku, di dalam tubuhku…..

Sumber :
Wikipedia
http://www.babadbali.com/pura/plan/poten-bromo.htm