Senin, 25 Mei 2020

Punia, Derma, Sedekah, yang membuat hidup kita indah penuh makna nan cerah



Sraddhayestam ca purtam ca nityam kuryada tandritah, craddhakrite hyaksaye te bhawantah swagatairdhanaih. Hendaknya tiada jemu berdana punia dengan memberikan harta, mempersembahkan sesajen dengan penuh keyakinan. Memperoleh harta dengan cara yang benar dan didermakan, meraih tempat tertinggi, yakni moksa. (Lontar Manawadharmasastra IV. 226)

Berdermalah dengan tulus ikhlas, sisihkan sebagian rejeki yang dimiliki, sumbangkan harta yang kita miliki sesuai dengan kemampuan, tingkatkan sradha dan bhakti pada Tuhan Yang Maha Kuasa, tumbuhkan kepedulian pada setiap umat manusia di dunia. Dengan jalan ini kita bisa menjaga perdamaian di dunia dan mempermudah jalan mencapai moksa, bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Hal ini dijabarkan dalam banyak kitab suci, beberapa di antaranya :

1.      Atharwa Weda III.15.6 menyampaikan :
Berdermalah untuk tujuan baik, jadikan kekayaanmu bermanfaat bagi diri sendiri dan banyak orang. Kekayaan yang didermakan untuk tujuan mulia tidak pernah hilang. Tuhan akan memberikan rejeki berlipat dan jauh lebih banyak bagi mereka yang mendermakan kekayaan demi kebaikan banyak orang.

2.      Manawa Dharmasastra IV.26 bertutur :
Hendaknya manusia tanpa jemu ber dana punia dengan penuh sradha bhakti yang diperoleh dengan cara dharma, maka ia akan memperoleh pahala tinggi

3.      Atharwa Weda VI.81.1 bersabda :
Bekerja keraslah, kendalikan diri dari sifat dan tabiat yang membuat lemah serta melarat. Hendaknya kekayaan diperoleh dengan kejujuran dan dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Setiap perbuatan dilakukan demi kebaikan dan kesejahteraan masyarakat.

4.      Atharwa Weda III.24.5 mengemukakan :
Kumpulkan kekayaan dengan bekerja keras bagai memiliki seratus tangan, sumbangkan kekayaan bagai dengan seribu tangan, dan dapatkan karmaphala yang berlipat ganda dari perbuatan dan keahlian yang dimiliki di dunia ini.

5.      Reg Weda III.24.5 berkata :
Hendaknya memperoleh kekayaan dari kejujuran, memberikan kekayaan dengan kemurahan hati, sebagai bentuk menghargai diri sendiri, dan agar dihargai masyarakat luas. Semoga kita tekun bekerja, meyakini kerja sebagai bentuk bhakti kepada Tuhan.

6.      Reg Weda i.15.8 bertutur :
Ida Sang Hyang Widhi Wasa memberikan anugrah kepada orang yang pemurah, senang ber derma berlandaskan tulus ikhlas. Mereka yang akan memperoleh keabadian, rahmat, rejeki berlimpah, dan panjang usia.

7.      Reg Weda V. 34.7 menyampaikan :
Tuhan tidak akan memberikan restu dan berkah pada orang yang memperoleh kekayaan dengan tidak jujur. Demikian pula yang tidak mendermakan sebagian miliknya kepada orang-orang miskin dan yang sangat membutuhkan bantuan. Tuhan akan mengambil kekayaan dari orang tamak, dan menganugrahkan rejeki berlimpah pada orang dermawan.

Sarasamucaya menjelaskan terdapat tiga jenis punia, yakni Punia desa atau pemberian lahan, tempat, untuk dimanfaatkan, Punia agama berupa penyampaian ajaran atau ilmu pengetahuan yang membuat kita semakin pintar dan bijak dalam kehidupan, dan Punia drewya yang berupa harta benda atau materi dalam kehidupan.

Atharwa Weda membagi punia menjadi tiga bentuk, yakni Desa Dana, Widya Dana dan Artha Dana. Punia berupa lahan atau tempat, punia berupa ilmu pengetahuan atau keahlian, dan punia berupa materi.

Sulinggih dari Griya Pande di Tonja, Ida Sira Empu Darma Sunu, menjelaskan punia dalam yadnya terbagi menjadi Karya Punia, Upakara Punia, dan Dana Punia. Punia berupa pekerjaan atau hasil karya, punia berupa rangkaian upakara dan upacara, terkait bebantenan, dan punia berupa uang atau materi.

Kitab suci Sang Hyang Kahamayanikan menjelaskan punia terbagi menjadi Dana atau materi kepada mereka yang membutuhkan, Atidana yakni sumbangan dengan tulus dan ikhlas bahkan dengan mengorbankan perasaan, Mahatidana yaitu punia yang dilakukan bahkan dengan mengorbankan jiwa dan raganya.

Swami Vivekananda menjelaskan tiga jenis dana punia, yakni Dharmadana : memberikan budhi pekerti yang luhur sebagai realisasi ajaran dharma, menjadi teladan, membimbing dengan bijak, Widyadana : memberikan ilmu pengetahuan, mengajarkan keahlian yang berguna bagi kelangsungan kehidupan, dan Arthadana : memberikan materi atau harta yang dibutuhkan orang lain berlandaskan ketulusikhlasan.

Bahkan, besaran harta yang kita miliki juga sebaiknya diatur dengan perbandingan sesuai. Menurut Sarasamucaya sloka 261 – 263, Ramayana sargah II bait 53 – 54, dijelaskan, harta sebaiknya diatur dengan besaran Dharma 30 %, Kama 30 %, dan Artha (harta, modal usaha) sebesar 40 %. Punia tidak berarti harus berupa materi, atau diberikan bila kita sudah kaya. Punia diberikan dengan tulus ikhlas, bisa berupa ide atau gagasan, tenaga, dan masukan bagi kebaikan umat manusia. 

Hidup akan senantiasa bergulir bagai roda kehidupan. Ada kalanya kita berada di bawah, sering pula berada di atas. Dan menjadi kewajiban kita untuk bersama-sama bekerja sama terkait dengan punia ini, saling memberi dan menerima, sehingga bisa melengkapi satu sama lainnya, dalam menjalin harmoni serta keselarasan hidup di dunia.

Santidiwyarthi dari berbagai sumber
Senin, 25 Mei 2020

YJHN dan Punia Sembako kali ini




Sarasamucaya sloka 172 bertutur: “Apan ring tribhuana, tan hana meweh kagawayanya, lena sangkeng dana, agong wi kang tresna ring artha, apan ulihing kasakitanikang artha katemu”.

Di antara berbagai hal di muka bumi, hal yang paling berat adalah melakukan sedekah, karena hal ini berarti melepaskan kemelekatan, keterikatan terhadap hak milik, sesuatu yang diharapkan akan selalu menjadi milik kita selamanya, apalagi sesuatu tersebut dianggap diperoleh melalui kerja keras, penuh perjuangan. Tuhan menyampaikan untuk selalu bersedekah, meski sesulit apapun situasi yang kita hadapi.



Dalam situasi pandemik akibat Covid19 (Corona Virus Disease 2019), situasi perekonomian secara global terpuruk. Dan tidak ada satupun pihak yang bisa memastikan kapan badai ini bisa berlalu sehingga masyarakat bisa kembali beraktivitas bagai kehidupan yang lalu. Kali ini kembali Yayasan Jaringan Hindu Nusantara bergerak membagikan ratusan paket sembako ke seluruh kabupaten dan kodya yang berada di Propinsi Bali. Bekerja sama dengan Varash, meski tidak bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, namun dengan itikat baik dan ketulusikhlasan, penyaluran sembako yang hanya sedikit dibandingkan kebutuhan masyarakat Bali, diharapkan bisa menjadi inspirasi dan memotivasi berbagai pihak untuk bersama melalui situasi ini. 


Tim relawan YJHN berupaya menyalurkan bagi delapan Kabupaten yang ada di Bali, mulai dari Bangli, melalui kepanjangan tangan Ajik Agung Surya, kabupaten Badung melalui kepanjangan tangan Ajik Anom Binarka dan Bapak Dwi Yusantara, juga Pak De Artayasa, kabupaten Tabanan melalui kepanjangan tangan Pak Made Sutama beserta Bunda Desak Sri Rejeki atau nama keren beliau, Bunda Ratu, bersama ibu Sekdes Pangkungkarung dan Jero Mekel Kelian Dinas, kabupaten Klungkung melalui kepanjangan tangan Pak Kantha dan Bunda Nengah Suliati, Kabupaten Gianyar melalui kepanjangan tangan Pak Sura, Bunda Mahartini, dan Pak Ketut Suja, kabupaten Karangasem melalui kepanjangan tangan Pak Nyoman Matra, Bunda Desak Ayu Mustika, dan Mbak Ade Asry, kabupaten Singaraja melalui kepanjangan tangan Dimas Rai Dhanissis beserta bapak dan ibu Made Yeni Haryawati Harmaya, kabupaten Jembrana melalui kepanjangan tangan ibu Desak Alit dan Ayu Era, juga termasuk bunda Putu Suharningsih, Pak Komang Arya, Pak Nengah Sunania atau sebutan keren beliau, pak Buddy Muller, Bunda Arie Melani, Bunda Jero Melati, Bunda Santidiwyarthi, bunda Ketut Parwati dan Pak Putu Budiana.


Punia kali ini menyasar masyarakat yang sama sekali belum tersentuh bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah, baik lansia, kaum difabel, orang sakit, mereka yang terpaksa menganggur karena dirumahkan dari tempat kerja, juga pemangku, tukang sun di pasar, hingga pemulung dan juru parkir. Sungguh, bukan hal mudah menyampaikan titipan kepercayaan dari masyarakat bagi masyarakat, agar tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan. Perlu kehati-hatian terkait dengan data, misalnya, Bunda Ratu yang menjalin komunikasi dan berdiskusi dengan aparat salah satu desa di kabupaten Tabanan, memilah data mereka yang membutuhkan bantuan namun belum memperolehnya. Pak Matra yang merogoh kantong pribadi untuk menambahkan bentuk punia sembako juga dana punia bagi pemangku yang sedang sakit. Bunda Ratu yang merogoh kantong pribadi dan mengetuk donatur lain untuk menambahkan paket sembako menjadi 17, karena dana tersedia hanya bagi 13 paket di Desanya, Pak Putu Budiana yang berinisiatif melengkapi paket dengan ½ lusin telur serta tempe di dalam paket sembako yang sudah ada.


Perekonomian kini mungkin sedang terpuruk, namun jangan membuat hati dan jiwa kita juga ikut terpuruk. Terkadang, hidup tidak seindah impian dan harapan yang kita inginkan. Namun terpuruk harus membuat kita mampu menjalin kebersamaan dan kepedulian, bergandeng tangan menjalani kehidupan. Punia ini diharapkan mampu menjadi simbol tali kasih, simbol semangat dan kepedulian melangkah bersama ke depan. Indahnya berbagi, indahnya ber punia. Meski kita bukan orang kaya, namun berusaha memiliki hati yang kaya dengan cinta kasih dan doa……

Sraddhayestam ca purtam ca nityam kuryada tandritah, craddhakrite hyaksaye te bhawantah swagatairdhanaih. Hendaknya tiada jemu berdana punia dengan memberikan harta, mempersembahkan sesajen dengan penuh keyakinan. Memperoleh harta dengan cara yang benar dan didermakan, meraih tempat tertinggi, yakni moksa. (Lontar Manawadharmasastra IV. 226)

Berdermalah dengan tulus ikhlas, sisihkan sebagian rejeki yang dimiliki, sumbangkan harta yang kita miliki sesuai dengan kemampuan, tingkatkan sradha dan bhakti pada Tuhan Yang Maha Kuasa, tumbuhkan kepedulian pada setiap umat manusia di dunia. Dengan jalan ini kita bisa menjaga perdamaian di dunia dan mempermudah jalan mencapai moksa, bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Santidiwyarthi, Senin, 25 Mei 2020