Senin, 25 Maret 2019

PKL ADH smt 6 STP Nusa Dua Bali ke Bandung, 14 16 Maret 2019




Praktek Kerja Lapangan Program Studi Administrasi Perhotelan semester 6 Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali ke Bandung, Kamis – Sabtu, 14 – 16 Maret 2019. 

Terdapat empat kelas dari mahasiswa Program Studi Administrasi Perhotelan, yakni Kelas A, dari total 24 orang. Yang bisa bergabung sebanyak 24 orang. 12 mahasiswa dan 12 mahasiswi. Kelas B, dari total orang. Yang bisa bergabung sebanyak 20 orang. 11 mahasiswa dan 9 mahasiswi. Kelas C, dari total orang. Yang bisa bergabung sebanyak 30 orang. 14 mahasiswa dan 16 mahasiswi. Kelas D, dari total orang. Yang bisa bergabung sebanyak 31 orang. 20 mahasiswa dan 11 mahasiswi. Dan kelas internasional sebanyak 18 orang. 

Berdasar Nota Dinas yang dikeluarkan Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, terdapat sepuluh orang dosen dan pegawai yang ditugaskan mendampingi seluruh mahasiswa dan mahasiswi peserta Praktek Kerja Lapangan kali ini. Terdiri dari Drs. Dewa Ketut Sujatha, M.Si., Dra. Ni Luh Ketut Sri Sulistyawati, Dra. Ni Desak Made Santi Diwyarthi, M.Si., Ni Nyoman Sukerti, SE., M.Si., Sri Sadjuni, Dr. Irene Hanna H. Sihombing, SE., MM., I Wayan Jata, S.Sos., M.Phil., Ni Made Suastini, SE., MM., Nyoman Gede Mas Wiartha, S.IPI., SE., M.Par., Dewa Putu Hendri Pramana, SE., Ni Putu Diah Prabawati, S.ST., Par., M.Par., I Nyoman Sukarma, SE. 


 Pada hari Kamis, 14 Maret 2019, rombongan PKL ADH STPNDB 2019 bergerak bersama pesawat Air Asia, dari Denpasar menuju Bandung, dengan kode penerbangan QZ 7913, pukul 07.15. 



Pukul 08. Tiba di Bandung, kami disambut oleh tim guide dari Pakar Tour and Travel bersama empat bis yang akan kami pergunakan selama tiga hari. Pada bis C, kami ditemani oleh Mbak Dewi, supir bernama pak Darsum, dan kondektur bernama pak Asep, terdapat 33 peserta, dan terbagi menjadi 14 orang mahasiswa beserta 16 orang mahasiswi, beserta pendamping Ibu Sri Sadjuni, SE., M.Par., Dra. Ni Desak Made Santi Diwyarthi, M.Si., dan ibu Putu Surya Artini. Di bis D terdapat 31 mahasiswa dan mahasiswi. Di bis B terdapat 32 mahasiswa dan mahasiswi. Di A terdapat 30 mahasiswa dan mahasiswi.


Tiba di Bandung, Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung, pukul 8 pagi hari, bersama empat bis, kami langsung menuju Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, atau lebih dikenal dengan Enhaai. Rombongan kami diterima oleh Hima (Himpunan Mahasiswa), Bapak Pudin Saepudin, SST.Par., MM.Par., Kaprodi Administrasi Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. Juga ibu ER. Ummi Kulsum, S.Sos., MM.Par., Ketua Program Studi Manajemen Divisi Kamar STP Bandung.


Selesai dengan kunjungan di Enhaai, kami melanjutkan perjalanan menuju Maribaya. 


Di Maribaya, Lembang, kami mengunjungi Maribaya Glamping Tent dan Maribaya Natural Hotspring Resort & Water Fall  (Taman Wisata Alam Maribaya). Kami juga mendapatkan pemaparan dari dua narasumber, terkait Pemaparan Pengelolaan Akomodasi Maribaya Glamping Tent, dan Pemaparan tentang Pemasaran Maribaya Glamping Tent.



Dua Narasmber, yakni bapak Tato Mulyanto, atau yang lebih dikenal dengan nama panggilan beliau, Pak Tato, Sales and Marketing Manager Maribaya Natural Hot Spring Resort, Lembang Bandung. Narasumber lain adalah ibu Setia Yuliawati, selaku General Manager Maribaya Natural Hot Spring Resort, yang diwakili oleh staf beliau.


Maribaya Glamping Tent merupakan tempat kemping keluarga yang ditawarkan sebagai alternatif destinasi baru. Manajemen Maribaya memberikan akses gratis bagi wisatawan yang menginap di Maribaya Glamping Tent untuk masuk ke area Maribaya Natural Hot Spring.



Kemudian kami mengunjungi Farmhouse, yang terletak di daerah Lembang, Bandung Barat. Farm House terkenal dengan daerah wisata favorit di Bandung ala Eropa, Spot Rumah Hobbit, berfoto bersama berbagai jenis binatang, menyewa baju ala gadis Belanda, dan dengan harga tiket masuk relatif murah, Rp. 25.000. Tempat wisata ini mulai beroperasi semenjak tahun 2015.



Rombongan kami menginap di Hotel 88 yang terletak di Jalan Raya Soekarno Hatta, di daerah Kopo Bandung. Hotel ini menurut Tripadvisor masuk di dalam rating 3.5 dari standar hotel hingga 5 yang ada, dan berada pada peringkat ke 67 dari 357 hotel yang ada di kota Bandung. Menurut Agoda, hotel 88 menempati rating 7.7 dari rating 10 tertinggi.



Hotel ini memiliki 119 kamar dan nilai lebih karena terletak dekat dengan bandara. Hotel ini baru berdiri pada tahun 2016, dengan Hotel Manager bapak Made Suwecha, dan berada di bawah Management Waringin Hospitality Hotel Group. Perusahaan ini berupaya mengembangkan Hotel Bisnis dengan konsep minimalis di dalam dunia perhotelan dan pariwisata semenjak tahun 2010. Di hotel ini lah rombongan mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Administrasi Perhotelan semester 6 kelas A, B, C, dan D dari Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali menginap selama tiga hari dan dua malam, selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Bandung, mulai dari hari Kamis hingga Sabtu, 14 – 16 Maret 2019. 








Hotel 88 yang terletak di Jalan Raya Kopo Cirangrang No. 459 Bandung ini memiliki kelebihan karena dekat dengan tempat wisata Ciwidey, pusat wisata kuliner kota Bandung, wisata belanja Cibaduyut. Aku sempat bercakap-cakap bersama pak Abdul, Marketing Manager Hotel 88.


Keesokan hari, Jum’at, 15 Maret 2019, rute perjalanan berubah, kami bergerak menuju daerah Timur. Kawasan Kawah Putih (Kawah Bodas)


Kawah Putih merupakan sebuah tempat wisata di Jawa Barat yang terletak di kawasan Ciwidey – Pasir Jambu, Bandung Selatan. Kawah Putih merupakan sebuah danau yang terbentuk dari letusan Gunung Patuha, dan memiliki ketinggian permukaan 2.430 mdpl. Gunung patuha konon berasal dari kata Pak Tua. Aroma keras yang berasal dari sulfur dengan warna putih kebiruan begitu menampilkan suasana eksotis pegunungan nan menyenangkan. Dari area parker di bagian bawah gunung, kita bisa naik ke atas menuju Kawah Putih dengan menggunakan Ontang – Anting, kendaraan berupa bemo. Ontang – Anting berarti bolak balik. Biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar lima belas ribu per kepala.

















Berikutnya, tujuan kami adalah tempat wisata alam Ranca Upas Camping Ground, yang terletak di bawah daerah Kawah Putih. Disini terdapat area kemah, dan taman bermain bagi anak anak. Kita bisa menyusuri daerah perbukitan, dan berfoto bersama rusa yang sengaja diternakkan di daerah tersebut.
Kami kembali ke Bali pada hari Sabtu, 16 Maret 2019. Namun tidak bisa berangkat bersama dengan satu pesawat. Rombongan terbagi menjadi dua. Dari Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung, 103 mahasiswa berangkat menuju Denpasar bersama pesawat Lion Air pukul 12.05, 19 mahasiswa dan para dosen beserta pegawai berangkat ke Bali pada pukul 15.05,  bersama pesawat Citilink, dengan kode penerbangan QG 811.



Pagi hari, Sabtu 16 Maret 2019. Pukul enam pagi, hujan gerimis di atas kota Bandung. Namun niat sudah bulat, harus dapat mengunjungi salah satu pura yang ada di kota Bandung. Setelah menelusuri Mbah Google, kupilih satu pura yang terletak di daerah Cimahi, Pura Agung Wira Loka Natha. Pura ini merupakan pura tertua yang berada di Bandung, di Jl. Raya Sriwijaya, Blok D, Kodiklat AD. 


Hujan turun kian deras membasahi kota Bandung, kuminta pak Asep berhenti di salah satu minimarket untuk membeli jas hujan. Kubelikan juga satu jas hujan untuk pengendara sekaligus guide ku. Setelah sekitar 40 menit berkendara bersama Pak Asep dari hotel 88, aku tiba di Pura Agung Wira Loka Natha. Kuminta pak Asep menunggu sementara aku bersembahyang. 





Sempat kutemui beberapa umat Hindu yang kebetulan sedang berada di Pura juga. Pak Komang Sukarta, Pak Kadek Ariawan, dan yang lainnya lagi. 30 menit kemudian, aku kembali bersama pak Asep, supir gojek, menuju hotel 88 dimana para mahasiswa kulihat sudah bersiap untuk berangkat. Aku bahkan masih sempat sarapan sejenak, dan kami segera beranjak, menuju bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung, untuk kembali ke Bali.





Setelah delay satu jam, Pesawat Citilink mendarat dalam cuaca hujan angin pukul 18.15. Kami kembali ke rumah masing-masing dan beristirahat setelah tiga hari mengadakan perjalanan ke Bandung.



Semoga, Perjalanan dan seluruh rangkaian aktivitas selama Praktek Kerja Lapangan di Bandung membuat tim kami semakin kompak dan solid dari hari kehari, baik mahasiswa, pegawai, dosen, dan masyarakat luas yang terkait dengan Program Studi Administrasi Perhotelan, khususnya semester enam.

Selasa, 12 Maret 2019

Seminar Hasil APM ADH STP Nusa Dua Bali 2019





Adil Ka’ Talino
Bacuramin Ka’ saruga
Basengat Ka’ Jubata

Bersikap adil pada semua orang, jujur dan tidak diskriminatif
Berperilaku dan berbuat seperti harapan di surga
Percaya kepada Tuhan, sumber segala rejeki dan penguasa semesta

Adalah pepatah yang berasal dari bahasa Dayak di Bengkayang, Kalimantan Barat.
Mengingatkan pada diri sendiri, bahwa terkadang kita sibuk merujuk pada orang lain, dan terlupa melihat pada diri sendiri, lupa untuk berlaku sama pada siapa saja, sebagai sesama mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Mahasiswa Program Studi Administrasi Perhotelan pada semester akhir pendidikan mereka di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, mengadakan Program Aplikasi Manajemen. Pada semester ini, mereka mempraktekkan seluruh hasil belajar yang telah mereka peroleh. Mereka diminta mengumpulkan data, melakukan analisis, menyusun rencana program kerja, mengevaluasi seluruh rangkaian kegiatan, dan kemudian mempresentasikannya dalam suatu bentuk rangkaian seminar hasil APM.
 

Topik Aplikasi Manajemen kali ini masih Pondok Wisata, dengan alasan bahwa mereka selaku mahasiswa di tahun terakhir pendidikan, wajib mengimplementasikan seluruh pengetahuan dan juga ketrampilan yang telah diperoleh selama ini, baik pada bidang Food Production, Food and Beverages Service, Housekeeping, dan juga Front Office, Human Reources Management serta Sales and Marketing. 

Topik Aplikasi Manajemen kali ini masih Pondok Wisata, dengan alasan bahwa mereka selaku mahasiswa di tahun terakhir pendidikan, wajib mengimplementasikan seluruh pengetahuan dan juga ketrampilan yang telah diperoleh selama ini, baik pada bidang Food Production, Food and Beverages Service, Housekeeping, dan juga Front Office, Human Reources Management serta Sales and Marketing. 

Program Studi Administrasi Perhotelan semester 8 kelas A dengan General Manager APM : Ni Kadek Pradnyani Paramita, sekretaris Putu Fitri Parmitha Devi. Mereka memilih lokasi di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Pelaksanaan APM mereka memiliki topik Dalam Pelatihan Pemberdayaan SDM dengan Menyeimbangkan Kekayaan Budaya dan Perkembangan Teknologi pada Homestay di Kecamatan Dawan Klungkung. Pelatihan berlangsung selama dua hari, mulai dari Februari 2019. Seminar hasil diselenggarakan pada hari Rabu, 27 Februari 2019. Bertindak selaku moderator adalah Dr. Irene Hanna HS., Seminar berlangsung pada lokasi di Graha Purwaka Pangi, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, dibuka oleh Pembantu Ketua III STP Nusa Dua Bali, I Nyoman Sudiksa, SE., M.Par.. 



Program Studi Administrasi Perhotelan semester 8 kelas B dengan General Manager APM : Kadek Astri Utarini Darmawan, Sekretaris Kadek Indria Pradnyani Esti. Mereka memilih lokasi di Desa Sibetan, Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem. Pelaksanaan APM dengan memilih topik Pelatihan SDM melalui Pembuatan dan Penerapan Standar Operasional Homestay. Pelatihan dilaksanakan selama dua hari, pada tanggal 17-18  Februari 2019. Seminar hasil diselenggarakan pada hari Selasa, 26 Februari 2019, dengan Narasumber Ir. Pande Wayan Gunadi Eka Putera, Komite Sertifikasi dan Pelatihan Ubud HomeStay Association, juga ibu ni Made Puriati, Direktur Yayasan Wisnu dan Jaringan Ekowisata Desa. Turut memberikan kata sambutan, Drs. I wayan Astika, M.Si. Bertindak selaku moderator adalah Ir. I Nyoman Sukana Sabudi, MP., Seminar berlangsung di Dapoer Lebih, Kabupaten Gianyar, pada hari Selasa, 26 Februari 2019, dibuka oleh Pembantu Ketua III STP Nusa Dua Bali, I Nyoman Sudiksa, SE., M.Par. 



Program Studi Administrasi Perhotelan semester 8 kelas C dengan General Manager APM  Made Denny Kharisma, serta sekretaris Komang Herdini Windya Lakshita. Mereka memilih lokasi di Desa Belimbingsari di Kecamatan Kabupaten Jembrana. Pelaksanaan APM mereka memiliki topik Pelatihan Pengelolaan Homestay di Desa Wisata Belimbingsari,  kecamatan Melaya, kabupaten Jembrana. Pelatihan berlangsung selama dua hari, tanggal 15 – 16 Maret 2019. Seminar hasil menurut rencana akan diselenggarakan pada hari Kamis, tanggal 21 Maret 2019,  bertempat di Gedung MICE STP Nusa Dua Bali.

Program Studi Administrasi Perhotelan semester 8 kelas D dengan General Manager APM : I Gede Yogi Pentagama dan sekretaris Dina Natalia Suryanto. Mereka memilih lokasi di Desa Sudaji, kecamatan Sawan, kabupaten Singaraja. Pelatihan dilaksanakan selama dua hari, yakni pada hari Jum’at dan Sabtu, 1 – 2 Maret 2019, bertempat di Singaraja. Seminar hasil diselenggarakan pada tanggal 11 Maret 2019, di Singaraja, dibuka oleh Pembantu Ketua I STP Nusa Dua Bali, Dr. Ni Made Eka Mahadewi, M.Par., CHE. Bertindak sebagai moderator, Drs. Dewa Ketut Sujatha, M.Si., Narasumber adalah Ketua Kelompok Sadar Wisata Gandameru Desa Sudaji, dr. Gede Panca, GM Puri Lumbung Cottage, Drs. Nyoman Bagiarta, dan Ir. Nyoman Sutrisna, MM, Kadisparda Buleleng. 


Jumat, 08 Maret 2019

Melasti, Tawur Kesanga, Nyepi, dan Damai di Hati



Matangnyan prihen tikang bhutahita haywa tan mâsih ring sarwa prani (Oleh karenanya, usahakan kesejahteraan semua makhluk, saling mengasihi satu sama lainnya). Apan ikang prana ngaranya, ya ika nimitang kapagehan ikang catur warga, mâng dharma, artha kama moksha (Karena kesejahteraan setiap mahluk menyebabkan tetap terjaminnya dharma, artha, kama dan moksha)

Apa yang membuat umat manusia melakukan berbagai upacara disertai beragam upakara, menyucikan diri berkali-kali ? Apa yang mendasari begitu kuatnya keyakinan spiritual dan religi meski terkadang tanpa bukti dan di luar daya nalar manusia ? Mungkinkah hanya doa, cinta, dan kepercayaan yang tertanam di hati ? Menghargai upacara yang telah berlangsung semenjak leluhur, menghormati agama sendiri, menjalin semangat kebersamaan di antara mereka semua.



Nyepi berasal dari kata sepi (hening, sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit (Wikipedia).

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.


Melasti adalah salah satu rangkaian dari upacara Tawur Kesanga, dalam perayaan Nyepi bagi umat Hindu. Perjalanan panjang yang ditempuh umat Hindu dalam proses melasti, mekiyis, melis, tiga atau dua hari sebelum hari raya Nyepi, merupakan simbol penyucian lahir dan batin, buana alit (manusia) dan buana agung (alam semesta) dimana beragam sarana persembahyangan, benda pusaka / pretima diarak menuju sungai, danau atau laut yang dianggap sebagai sumber tirtha amertha untuk disucikan.

Lontar Sundarigama menguraikan Melasti dengan : Manusa kabeh angaturaken prakerti ring prawatek dewata. Amet sarining amerta kamandalu ring telenging sagara. Artinya: Manusia melaksanakan serangkaian aktivitas upacara mengambil sari-sari air kehidupan (Amerta Ka-mandalu) di tengah-tengah samudra. Jadi tujuan Melasti adalah untuk menghilangkan segala kekotoran diri dan alam serta mengambil sari-sari kehidupan di tengah Samudra. Samudra adalah lambang lautan kehidupan yang penuh gelombang suka-duka. Dalam gelombang samudra kehi-dupan itulah, kita mencari sari-sari kehidupan dunia.

Beragam benda pusaka, sarana upacara dan upakara, pretima, diarak menuju sungai, danau dan laut untuk disucikan. Jika dahulu beragam benda sakral tersebut diarak dengan meletakkannya di atas kepala, dengan ditandu oleh beberapa orang, pada era modern ini beragam benda sakral tersebut diletakkan pada jolly, juli, atau jempana, yang diberi roda di bagian bawahnya, sehingga memudahkan untuk membawa menuju ke tempat yang dituju. Kemudian arakan berjalan perlahan, dari Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dalem, menuju sungai, danau, atau laut, untuk menjalani prosesi penyucian, dan kemudian kembali ke Pura Desa, berstana di sana hingga sehari setelah hari raya Nyepi.


Tua & muda, berbaur bersama, memaknai dan melakoni rangkaian upacara melasti..... karena kita adalah sama di mata Nya, meski dengan sejuta warna dalam corak dan ragam. Melasti adalah : nganyudang malaning gumi ngamet Tirta Amerta,  atau menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan. Laut sebagai simbol sumber Tirtha Amertha (Dewa Ruci, Pemuteran Mandaragiri). Ritual dilaksanakan selambat - lambatnya pada tilem sore, pemelastian harus sudah selesai secara keseluruhan, dan pratima yang disucikan sudah harus berada di bale agung. 

Manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana. Perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas.....

Tawur Kesanga adalah salah satu dari sekian banyak aktivitas dalam memaknai kehidupan & memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan. Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata "tawur" berarti mengembalikan atau membayar.

Sekitar 300 an juli / jempana / kereta beroda sebagai sarana membawa beragam benda sakral, bergerak dari masing-masing Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem yang ada di Desa Pekraman Kerobokan, menuju ke pantai Petitenget.

Tujuan dari upacara ini adalah untuk penyucian diri. Dalam upacara Melasti menurut Lontar Sunarigama dan Sang Hyang Aji Swamandala ada empat hal yang dipesankan dalam upacara Melasti tersebut.
  1. Pertama untuk mengingatkan umat agar meningkatkan terus baktinya kepada Tuhan (ngiring parwatek dewata).
  2. Kedua peningkatan bakti itu untuk membangun kepedulian agar dengan aktif melakukan pengentasan penderitaan hidup bersama dalam masyarakat (anganyutaken laraning jagat).
  3. Ketiga untuk membangun sikap hidup yang peduli dengan penderitaan hidup bersama itu harus melakukan upaya untuk menguatkan diri dengan membersihkan kekotoran rohani diri sendiri (anganyut aken papa klesa).
  4. Keempat dengan bersama-sama menjaga kelestarian alam ini (anganyut aken letuhan bhuwana).
Dengan ribuan umat Hindu selaku pemedek / penyungsung, yang mengiringi beragam benda sakral dari pura masing-masing, terkadang ada yang mengalami trance / kesurupan.


Trance... Hmm, perlu berhati menyikapi hal ini. Beberapa pakar hypnosis menyatakan bahwa trance adalah suatu situasi dan kondisi seseorang yang menyerupai tidur. Hal ini bisa dibuktikan dari gelombang otak yang terekam. Sementara yang lain mengatakan, mereka sepenuhnya sadar, dan bisa tetap mengendalikan diri mereka.  Adakalanya trance dikaitkan dengan dunia gaib, mistik, ilmu hitam. Adapula yg beranggapan trance merupakan suatu bentuk komunikasi verbal dan non verbal dari alam lain, entah itu leluhur, para dewa, butha kala. Sebagai satu dari sekian pertanda / cihna / ciri / fenomena kehadiran dewata / leluhur.


Beragam pandangan ini, apapun itu, siapapun, dimanapun, dan, dengan cara bagaimanapun, semoga hadir dengan situasi positif yang bisa membawa ke arah semakin baik, dari hari ke hari. Hidup sudah susah dan rumit, maka akan jauh lebih indah dan mudah bila semua berjalan lancar demi kebaikan buana alit & buana agung....


Tujuan utama brata penyepian adalah untuk menguasai diri, menuju kesucian hidup agar dapat melaksanakan dharma sebaik-baiknya menuju keseimbangan dharma, artha, kama dan moksha.
Hari Raya Nyepi memiliki makna filosofis yang relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama upacara Tawur Kesanga tentunya merupakan tuntutan hidup masa kini dan yang akan datang. Bhuta Yajña (Tawur Kesanga) mempunyai arti dan makna untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan.

Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata "tawur" berarti mengembalikan atau membayar. Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana. Perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan memberi perlu selalu dilakukan agar karma wasana dalam jiwa menjadi seimbang. Ini berarti Tawur Kesanga bermakna memotivasi ke-seimbangan jiwa. Nilai inilah tampaknya yang perlu ditanamkan dalam merayakan pergantian Tahun Saka.


Menyimak sejarah lahirnya, dari merayakan Tahun Saka kita memperoleh suatu nilai kesadaran dan toleransi yang selalu dibutuhkan umat manusia di dunia ini, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Umat Hindu dalam zaman modern seka-rang ini adalah seperti berenang di lautan perbedaan. Persamaan dan perbedaan merupakan kodrat. Persamaan dan perbedaan pada zaman modern ini tampak semakin eksis dan bukan merupakan sesuatu yang negatif. Persamaan dan perbedaan akan selalu positif apabila manusia dapat memberikan proporsi dengan akal dan budi yang sehat. Brata penyepian adalah untuk umat yang telah meng-khususkan diri dalam bidang kerohanian. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai Nyepi dapat dijangkau oleh seluruh umat Hindu dalam segala tingkatannya. Karena agama diturunkan ke dunia bukan untuk satu lapisan masyarakat tertentu.

Sama seperti pitutur dan petuah yang telah diwariskan kedua orangtuaku, disampaikan oleh kedua mertuaku, akan kuteruskan pula kepada anak-anakku, seluruh anak lain di muka bumi…..

Bimbinglah anak sedari dini, karena mereka tiang pancang dunia..... Hidup takkan selalu mudah dan indah, tidak seperti impian dan harapan. Namun dengan bimbingan dari kita semua, dunia akan harmoni dalam genggaman tangan mereka...... Genius local wisdom di era globalisasi.

“Anakku tersayang.... kami mungkin tidak selalu bisa mendampingimu setiap waktu, tidak selalu hadir di kala dikau membutuhkan bantuan kami, tak dapat memberimu yang terbaik yang tersedia di dunia ini. Namun tumbuhlah bersama doa kami, menjadi pribadi tangguh dalam mengarungi samudra kehidupan kalian.... Terjatuh & tersungkur berkali, maka bangkitlah berkali dan berkali lagi”.

Aham rudre bhir vasubhih caramy
Aham adityair uta visvadevaih
Aham mitravarunobha bibharmy
Aham indragni aham asvinobha
(Regweda X. 125.1)

Aku gerakkan kekuatan alam menjadi tenaga dan kemakmuran.
Aku bercahaya menjadi sumber kekuatan yang cemerlang.
Aku menyangga sumber kekuatan alam dalam wujud air dan cahaya
Aku adalah pusat energi, cahaya sebagai kehidupan yang datang dari matahari,
udara, api, dan segala kekuatan alam yang berguna.