Sabtu, 19 Mei 2018

Pameran Retrospeksi Galang Kangin di Bentara Budaya, 13 Mei sampai 21 Mei 2018





Karena budaya membentuk pribadi yang lembut dan peka terhadap berbagai situasi, menghargai estetika seni, kehalusan rasa, mengembangkan  pola yang beragam dalam berkarya, dan memperluas tematik yang kita punya sehingga menjadi semakin kreatif”. Santidiwyarthi, 19 Mei 2018.





“Kami semua beranjak dari kegelisahan mendalam, atas rasa luka, karena ulah manusia yang terus menerus merobek-robek seisi muka bumi. Ini lah dampaknya, jika ucapan tidak sesuai lagi dengan tindakan, jika yang ada hanya wacana-wacana belaka, tanpa perencanaan matang, dan tanpa tindakan pengawasan yang berlangsung terus menerus”. Ujar Dewa Gede Soma Wijaya, dalam diskusi singkat jelang pembukaan Pameran kali ini.



Sebelumnya Komunitas Seni dan Budaya Galang Kangin mengadakan Pameran yang bertempat di Museum Neka, selama satu bulan, dari tanggal 24 Februari hingga 24 Maret 2018, juga dalam rangka memperingati keberadaan mereka selama 22 tahun. Saat itu Pameran bertahuk “On Becoming” melibatkan 42 karya seni rupa dari 15 seniman, sekaligus peluncuran buku dengan judul sama “On Becoming”, sebagai penanda 22 tahun berdirinya Komunitas Seni ini. Kali ini Pameran oleh Komunitas Seni Galang Kangin mengambil topik Retrospeksi, diadakan di Bentara Budaya,  dari hari Minggu, tanggal 13 hingga Senin, 21 Mei 2018. Melibatkan 36 karya seni dan rupa dari 16 seniman.
Seniman yang terlibat kali ini, di antaranya, Made Supena, Dewa Gede Soma Wijaya, I Nyoman Diwarupa, Sudarwanto, I Made Galung Wiratmaja, I Made Gunawan, Wayan Setem, Nyoman Ari Winata, Wayan Naya Swantha, Made Sudana, I Putu Edi Asmara, AA Eka Putra Dela, Ni Komang Atmi Kristyadewi, I Ketut Agus Murdika, I Made Ardika.



Pameran ini dibuka oleh Prof. Dr. I Made Bandem, MA., pada hari Sabtu, 12 Mei 2018, pukul 18.30, dihadiri oleh penikmat seni dan budaya. Turut memberikan kata sambutan, Warih Wiratsana selaku pengelola Bentara Budaya, Bapak Made Supena selaku Pimpina Komunitas Seni Galang Kangin, dan Bapak Hardiman, Kurator Seni dan Dosen Seni Rupa dari Undhiksa. 

Prof. Dr. I Made Bandem, MA menyampaikan bahwa seni bukan hanya sekedar sebuah karya saja, namun juga merefleksikan jati diri penciptanya, memberikan retrospeksi berbagai pihak terkait menyangkut beragam proses hingga sebuah karya tercipta, memperlihatkan rasa, estetika, bentuk dan corak ragam, dan tema dari berbagai karya itu sendiri. 



Pimpinan Komunitas Seni Galang Kangin, Made Supena, menjelaskan bahwa pameran ini mengambil tajuk Retrospeksi, karena sungguh, 20 tahun lebih, bukan hal mudah mempertahankan keberadaan sebuah kelompok. Berbagai terpaan dan tempaan telah membuat komunitas ini menjadi sosok yang dewasa, dan perlahan diakui keberadaannya, sehingga sukses mengadakan rangkaian pameran, baik di Bali hingga di luar Bali, bahkan, hingga ke luar negeri. 



Pengelola Bentara Budaya, Warih Wisatsana, menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik dalam menghasilkan sebuah karya seni, maupun dalam mengapresiasi karya seni tersebut. Dan, sepanjang perjalanan keberadaannya, Komunitas Seni Galang Kangin telah mampu memperlihatkan kualitas kemampuan dari para seniman yang bergabung di dalamnya. Proses ini menjadikan retrospeksi tiada henti dari semangat mereka selama ini.



Pemilik Museum Neka, Pande Wayan Suteja Neka, yang turut hadir pada Pembukaan Pameran Retrospeksi menjelaskan, sebuah karya, tidak hanya mencerminkan jiwa sang pembuat karya tersebut, namun juga menggambarkan jiwa sang penikmat seninya, menjadi ajang berkomunikasi pembuat dan penikmat, menggambarkan titik temu nilai-nilai estetika dan pola juga tema dari berbagai karya yang ada, dari pembuat dan para pengamat serta penikmatnya. Jika sesuai dan tercapai titik temu, akan tercapai kepuasan dan kebahagiaan.

Begitu memasuki area halaman Bentara Budaya yang dipergunakan memamerkan hasil karya Dewa Gede Soma, terlihat rangkaian karya seni instalasi. “Ini merupakan studi saya terkait rusaknya bumi karena ulah manusia, yakni daerah tambang pasir di Sebudi, Karangasem”, ujar Dewa Gede Soma.



Masuk ke bagian dalam gedung pameran, terlihat 36 hasil karya seni dan rupa dari 16 seniman yang berasal dari rentang waktu karya sepanjang tahun 1996 hingga 2018. Sebagian besar menunjukkan kegelisahan terhadap situasi kehidupan masyarakat, tentang keinginan terlibat, berperan serta secara aktif, dengan cara mengekspresikan melalui beragam bentuk seni dan rupa yang dipamerkan kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar