Selasa, 23 April 2019

Bakti Sosial di Jembrana saat Hari Kartini, dan Paskah, 21 April 2019




Yoga-sthah kuru karmani sangam tyaktva dhananjaya (Bhagawadgita II : 48)
Yoga tidak selalu berarti melakukan tapa, brata, dan semadhi. Yoga dapat berarti melakukan kewajiban atau pekerjaan yang seimbang dalam beragam aktivitas kehidupan kita masing-masing. Terlepas dari keberhasilan atau kegagalan, kita tetap harus berusaha dan berjuang melakukan kewajiban dan pekerjaan tersebut.


Dan, inilah yang kami lakukan terkait dengan swadharma kami masing-masing. Setelah kunjungan pertama tanggal 2 April 2019, dengan membawa bantuan berupa sembako bagi empat orang bersaudara kakak beradik di Banjar Biluk Poh, Desa Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, kali ini kami datang untuk mempersiapkan kamar mandi sederhana bagi mereka. 








Kami datang dari beragam latar belakang pekerjaan, jabatan, usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin. Namun bukan itu yang utama. Yang terpenting adalah niat suci tulus dan ikhlas, bekerjasama, bahu membahu dalam mewujudkan visi dan misi Yayasan Jaringan Hindu Nusantara. Dengan beragam bahan atau peralatan yang bisa kami berikan, entah fisik atau materi, doa, menghibur dengan lagu juga permainan suling dari Cokorda Gede Widhi Adnyana. 


Ada kayu kamper yang bisa dipergunakan bagi rusuk atap kamar mandi yang menurut rencana kami bangun hari ini. Juga genteng dari Bapak Nyoman Matra, yang kami sebut dengan Ki Matra. Ada triplek dari Bunda Ayu dan Ajik Anom atau bapak AA Anom Binarka. Pintu untuk kamar mandi sumbangan dari Bapak Gede Artayasa. Makanan olahan Bunda Ayu, Bunda Nengah Jegeg, dan Bunda Ratu atau Bu Desak S. Rejeki, telur asin dari Bunda Agung Parwati. Ku persiapkan seperangkat seragam sekolah juga pakaian bersembahyang bagi si bungsu, Ni Ketut Setiawati. Juga perangkat bersembahyang bagi para kakak lelakinya, Putu Agus, Kadek Budi dan Komang Juliastika. Punia dana dari Bunda Arie Melanie, Bunda Putu Suharningsih dan YJHN. Transposrtasi dan tenaga ahli arsitek dan pertukangan dari Ajik Agung Made Surya, Pak Putu Budiana,  Pak Ketut Suja, Pak Komang Arya. Juga para Bunda Ayu, Bunda Krisna, Bunda Rangga, Bunda Kadek Kartika, mBak Ade Asry. 



Cinta adalah, ketika tidak perlu alasan kecuali menjalani kehidupan dengan penuh bersemangat. Dan inilah yang bisa kami lakukan. Wujud nyata beragam aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat, kearifan lokal dalam bentuk perilaku yang bermakna sosial dalam kebersamaan “menyamabraya”, hidup rukun dan damai penuh persaudaraan. Sikap menyamabraya ini merupakan pengamalan ajaran Hindu “Tat Twam Asi” yang berarti Engkau adalah Aku. Hidup rukun, bergotongroyong, bekerjasama, saling menghormati hak asasi seseorang sebagai wujud penegakan hak asasi manusia. 


Kami bersama mengangkat batako, mengaduk bahan cor tembok, menggelindingkan buis untuk bahan penampungan kamar mandi, memindahkan kayu triplek, menyusun rangka kayu, dan mempersiapkan minuman teh dan kopi panas, serta makanan untuk dinikmati bersama. Tidak bisa tuntas dalam waktu sehari, kami akhiri saat waktu menunjukkan pukul enam sore. Tinggal sedikit finishing lagi, sebelum kamar mandi sederhana berukuran 2 X 1,5 M2 ini bisa dipergunakan.


Inilah lambang cinta, sederhana namun bermakna. Menebar damai bagi semua umat manusia dengan cara dan gaya yang kami bisa. Kali ini, cinta bagi kakak adik empat bersaudara yatim piatu, di Banjar Biluk Poh, Desa Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, pada hari Minggu, 21 April 2019, bertepatan dengan Hari Kartini, Hari Suci Paskah, kami melakukan Bakti Sosial Bersama…..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar