Minggu, 24 November 2019

UGM dan Munas XIII Kagama, di Grand Inna Bali Beach, Bali, 14-17 November 2019



UGM dan Munas Kagama XIII (3)
Ini merupakan bagian dari Trilogi tulisan tentang UGM, 1. UGM dan Sejarah Berdirinya, 2. UGM dan Kagama, dan 3. UGM dan Munas Kagama XIII.

Munas XIII Kagama pada tanggal 14-17 November 2019 berlangsung di Bali, di Grand Inna Bali Beach. Ketua Umum Panitia Munas XIII Kagama sekaligus Sekjen PP Kagama adalah AAGN Ari Dwipayana, Ketua Panitia Harian Munas XIII Kagama, IGNA Dyatmika. Seminar dihadiri oleh 1.000 peserta dari berbagai kalangan, baik peserta Munas, kalangan cendekiawan, tokoh masyarakat, budayawan, ekonom, dan wakil dari berbagai SPD pemerintahan di Bali. Munas XIII Kagama dihadiri oleh 621 peserta Munas pemegang mandat dari berbagai Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang Kagama di seluruh Nusantara. Pelaksanaan Munas XIII Kagama juga didukung penuh Ketua Pengda Kagama Bali, AAG Oka Wishnumurti.

Terkait dengan Munas XIII Kagama, dilaksanakan serangkaian Seminar bertajuk SDM dalam rangka menjaring ide, konsep pembangunan dan pengembangan aspek SDM yang kreatif, yakni di Medan, Semarang, Manado, dan Balikpapan, terakhir di Bali, tanggal 14 November 2019.


Seminar I di Museum Ronggowarsito Semarang, Jawa Tengah, Kamis, 22 Agustus 2019. Seminar ini bertemakan “Pendidikan Bangsa dalam Menyiapkan SDM Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0”, menghadirkan pembicara Wikan Sakarinto (Dekan Sekolah Vokasi UGM), Retno Listyarti (praktisi pendidikan dan juga anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia/KPAI), Gita Gutawa (artis dan entrepreneur seni), Mahfud MD (Mantan Ketua MK dan kini menteri).

Keberadaan Kagama pada era milenial Industri 4.0 merupakan suatu situasi periode dengan kecenderungan otomatisasi dan pertukaran data yang mencakup cyber – physics, Internet of Things (IoT), cloud computing, dan cognitive computing.

Seminar II di Hotel Grand Senyiur Balikpapan, Kalimantan Timur pada tanggal 7 September 2019. Seminar ini bertemakan “Ketenagakerjaan dan Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0”, dengan pembicara utama Menteri Ketenagakerjaan RI: Mohammad Hanif Dhakiri, beserta pembicara: Bambang Satrio Lelono, Wahyu Susilo, Aji Erlangga, Sukamdi.


Seminar III di Manado, Sulawesi Utara, Kamis 19 September 2019, bertema: Kesehatan Indonesia Menghadapi Industri 4.0” dengan pembicara utama:  Menteri Kesehatan: Nita Djuwita Farid Anfasa Moeloek, pembicara: Achmad Noeroel Cholis, Krisnajaya, Budiono Santosa, dan Prih Sarmiano.


Seminar IV di Ballroom Adimulia Hotel, Medan, 3-5 Oktober 2019, bertajuk “Inovasi dan Disrupsi Industri 4.0, Smart City menuju Industri 4.0, dan Enterpreneurship dan Ekosistem menuju Industri 4.0. Terkait dengan pelaksanaan Seminar dan juga jelang Munas XIII ini, Kagama Sumut tidak hanya menyelenggarakan kegiatan Seminar, namun juga penyelenggaraan Pameran dan Expo, Lomba Inovasi dan Penelitian.








Seminar V di Bali yang terlaksana pada tanggal 14 November 2019, bertajuk “Kesiapan Sumber Daya Manusia Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0”, menghadirkan pembicara Panut Mulyono (Rektor UGM), Faisal Basri (Dosen FE UI), Prof. Raka Sudewi (Rektor UNUD), Hendri Saparini (Ekonom Core Indonesia), dan Adamas Belva Syah Devara (CEO Ruang Guru).







Munas XIII ini telah menghasilkan konsolidasi organisasi dan konsolidasi gagasan dengan lancar. Konsolidasi organisasi dengan telah berhasil dipilihnya Ketua Umum Kagama periode 2019 – 2024, Ganjar Pranowo. Konsolidasi gagasan dengan telah berhasil merumuskan GBHK (Garis-garis Besar Haluan Kagama), juga menghasilkan 13 rekomendasi strategis menuju Indonesia Maju, yakni: Isu terkait bonus demografi, Pembangunan mental dan Karakter, Konsolidasi sistem demokrasi, Pemberantasan korupsi, serta Peran Perempuan dan Anak Muda. GBHK dan 13 rekomendasi ini merupakan bentuk peta jalan bagi organisasi maupun pemerintah kelak dalam bersinergi membangun bangsa dan Negara RI tercinta.

Isu terkait bonus demografi ini terjadi karena pada periode tahun 2025 – 2030, sebanyak 70 % penduduk Indonesia menempati posisi usia kerja puncak (20 – 50 tahun). Bonus demografi ini merupakan berkah dan modal pembangunan yang sangat penting. Namun bila tidak dikelola secara serius dan penuh ke hati-hatian, maka hal ini akan menjadi bencana. Ini bisa terjadi bila Indonesia gagal memperkuat SDM dan gagal menyediakan lapangan pekerjaan. 

Tantangan persaingan ekonomi yang kian keras hanya bisa dihadapi dengan kekuatan SDM. Hal ini membuat kita perlu memperkuat kualitas SDM sebagai suatu syarat kualitas sector ketenagakerjaan dari hulu hingga ke hilir, SDM yang menguasai emerging skill seperti artificial intelligent atau kecerdasan buatan, cloud computing atau komputasi awan, big data analytics atau analisis data berskala besar, dan internet of things atau semua serba digital dan internet, yang membuat dunia terus berubah, bergerak, bahkan kemapanan juga bisa runtuh, ketidakmungkinan bisa terjadi.

Hasil Munas XIII Kagama berupa 13 Rekomendasi berikut:
Rekomendasi pertama: Dalam menghadapi bonus demografi, Kagama mendesak pemerintah menyiapkan peta jalan (Roadmap) pembangunan SDM Indonesia yang bersifat lintas sektor, mulai dari bidang kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, sampai entrepreneurship. Roadmap bukan merupakan dokumen pajangan, namun memberikan panduan bagi semua kementerian dan lembaga terkait strategi dan rute pembangunan SDM yang akan ditempuh dengan tahapan yang jelas dan target yang terukur.

Rekomendasi kedua, Kagama melihat kunci untuk mencapai Indonesia Maju adalah keberhasilan pembangunan mental dan karakter bangsa. Berangkat dari hal tersebut, Kagama merekomendasikan berbagai langkah nyata dan sistematis untuk memperkuat karakter bangsa melalui pendidikan Pancasila, pendidikan berbasis nilai-nilai luhur ke Indonesiaan, serta pendidikan budi pekerti yang dilakukan dengan mengadopsi metode atau cara kekinian, sehingga nilai-nilai tersebut bisa tertanam, khususnya pada generasi muda.

Rekomendasi ketiga, Kagama menekankan pentingnya melanjutkan konsolidasi sistem demokrasi berjalan bersamaan dengan reformasi tata kelola pemerintahan yang kuat dan sehat. Terkait dengan hal ini, Kasgama merekomendasikan kepada Presiden untuk memastikan berjalannya agenda reformasi hokum dan reformasi tata kelola pemerintahan dengan capaian yang lebih terukur.

Rekomendasi keempat korupsi adalah musuh bersama yang menyebabkan pemiskinan, dengan segala dampak kemerosotan di berbagai bidang. Karena itu, Kagama terus mendorong upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dari KKN. Hal ini bisa dilakukan dengan memperbaiki system dan tata kelola pemerintahan yang berintegritas, akuntabel dan berkeadilan.

Rekomendasi kelima, Kagama mengingatkan bahwa Indonesia adalah Negara majemuk, beragam sisi suku, agama, bahasa, dan budaya. Oleh karenanya, sendi-sendi kebangsaan yang berdasar pada Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika harus dipertahankan dan diperkuat. Untuk mewujudkan ikatan kebangsaan yang kokoh, Kagama mengajak semua elemen bangsa dan seluruh anggota Kagama berperan aktif dalam merekatkan kerukunan, persaudaraan dan persatuan Indonesia.

Rekomendasi keenam, Kagama berpandangan bahwa dalam bernegara, selain konstitusi, dibutuhkan konstitusionalisme serta sikap yang konsisten untuk menjalankan konstitusi dengan konsisten.

Rekomendasi ketujuh, Kagama berpendapat desentralisasi dan otonomi daerah bukan hanya soal pembagian kewenangan, tetapi tanggungjawab untuk bisa mewujudkan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya, Kagama mendukung pemerintah untuk melanjutkan komitmen dalam membangun dari pinggiran, memperkuat pembangunan daerah dan desa. Karena hanya dengan melakukan penguatan daerah dan desa, penduduk desa dan daerah mampu menjadi penopang persatuan nasional karena menciptakan kemakmuran yang merata dan berkeadilan.

Rekomendasi kedelapan, kagama mengingatkan bahwa pembangunan ekonomi harus bersendikan pada kepentingan dan kekuatan nasional. Oleh karenanya, Kagama merekomendasikan agar pemerintah bukan hanya fokus untuk memperkuat daya tahan dan daya saing ekonomi Indonesia di tengah persaingan global. Namun juga memperhatikan esensi pembangunan ekonomi sebagai upaya menjawab kebutuhan rakyat dan meningkatkan kemampuan rakyat, sehingga mampu bersaing dalam bidang ekonomi. Haluan ekonomi kerakyatan harus menjadi jalan dalam menggerakkan eonomi nasional, dengan cara perbaikan secara terus menerus ekosistem usaha, memberdayakan sector UMKM, mendorong kewirausahaan, meningkatkan daya beli para pekerja serta melakukan lompatan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani dan nelayan. 

Rekomendasi kesembilan, Kagama berpendapat bahwa kunci dalam meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat adalah strategi reformasi birokrasi yang tepat. Kagama menyarankan agar reformasi birokrasi bisa dipercepat, yang dilakukan secara sistematis, komprehensif, dan berkelanjutan. Kagama meyakini, reformasi birokrasi seharusnya mencakup struktur kelembagaan maupun kultur birokrasi. Reformasi birokrasi tidak hanya terkait pemangkasan struktur kelembagaan, namun seharusnya menyentuh kultur birokrasi yang di reformasi menjadi lebih responsive, membuka ruang berpartisipasi, dan berorientasi pada pelayanan masyarakat, sehingga kehadiran Negara beserta seluruh jajaran staf nya sangat dirasakan bermanfaat oleh rakyat.

Rekomendasi kesepuluh, Kagama mendorong Pemerintah senantiasa melakukan evaluasi efektivitas program penanggulangan kemiskinan dan program perlindungan sosial. Sehingga semua program tersebut betul-betul bisa menjangkau penerima manfaat, baik di pedesaan maupun perkotaan, dengan pendekatan yang tepat dan target-target terukur. Ukuran yang paling nyata dari keberhasilan program penanggulangan kemiskinan yaitu bisa menurunkan angka kemiskinan. Upaya serta tindakan nyata pemerintah tidak boleh hanya berhenti pada penurunan angka kemiskinan. Berbagai perencanaan program penanggulangan kemiskinan harus berjalan seiring dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, serta mendorong produktivitas rakyat, terutama di sektor industri kecil-menengah, pertanian, perkebunan dan perikanan.

Rekomendasi kesebelas, Kagama melihat dunia menghadapi ancaman bersama, yakni perubahan iklim yang sangat ekstrem. Karena itu, Kagama mengusulkan agar pemerintah lebih aktif lagi dalam melakukan kampanye dan diplomasi internasional dalam rangka penyelamatan lingkungan dan melindungi keanekaragaman hayati. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah juga harus mengambil langkah serius dalam manajemen dan mitigasi risiko bencana lingkungan, mengendalikan laju deforesterasi dan degradasi ekosistem, serta mengajak semua komponen bangsa untuk mencintai lingkungan dan melestarikan alam.

Rekomendasi kedua belas, Kagama berpandangan bahwa perempuan adalah tiang negeri yang aktif terlibat dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, Kagama merekomendasikan kepada Pemerintah untuk terus memperkuat komitmen perlindungan dan pemberdayaan perempuan serta mendorong perempuan terlibat aktif dalam berbagai sektor. Hal ini memberi dampak positif kekuatan perempuan aktif terlibat dan berperan dalam berkarya kreatif menggerakkan prestasi bangsa.

Rekomendasi ketiga belas, Kagama berpandangan bahwa Indonesia memiliki potensi generasi muda dengan talenta-talenta hebat yang bisa menjadi kekuatan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Karenanya, Kagama berpendapat diperlukan manajemen pengembangan bakat dan talenta di dalam negeri maupun diaspora yang tersebar di luar negeri, sehingga anak muda Indonesia mendapatkan ruang untuk tumbuh dan berkembang demi mendukung kemajuan bangsa.

Keseluruhan dari 13 Rekomendasi Munas XIII Kagama ini disampaikan kepada Presiden Joko Widodo yang saat ini juga tengah fokus melakukan reformasi struktural secara besar-besaran. Rekomendasi Munas juga menjadi panduan Kagama untuk terus melangkah, bergerak, berkembang. Kagama tidak hanya berdiam diri, berpangku tangan, melainkan bersinergi, berkolaborasi dengan semua elemen bangsa, bersama bekerjasama dan berusaha keras, teriring doa di setiap usaha, menuju Indonesia maju.

Kagama dan nama besar UGM sebagai kampus yang “Nguwongke”, memanusiakan manusia, dan kuat berakar pada budaya serta keberagaman nusantara, mengakar ke bawah, membumi namun menjunjung tinggi yang di atas, Yang Maha Kuasa. Berdiri pada tanggal 19 Desember 1949, berdasar PP No. 23 Tahun 1949 per tanggal 16 Desember 1949, mengenai Peraturan Penggabungan Perguruan Tinggi menjasi Universitas. Dahulu hanya memiliki enam fakultas, kini memiliki 18 Fakultas dan dua sekolah, yaitu Sekolah Vokasi dan Sekolah Pasca Sarjana, beserta lebih dari 100 Program Studi, termasuk S2, S3, dan Program Spesialis. Disamping itu, UGM juga memiliki 28 Pusat Studi yang memiliki tugas utama melakukan kegiatan penelitian untuk mendukung kegiatan pendidikan dan pengabdian masyarakat. Rektor pertama adalah Prof.Dr. M. Sardjito. Rektor UGM kini, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., berdasar data per tahun 2012, 37.611 alumni sarjana, 7.854 magister, 871 doktor. Data per tahun 2018 memperlihatkan jumlah 47.081 mahasiswa dan 4.468 staf akademik. UGM memiliki motto “Mengakar Kuat, Menjulang Tinggi”.

Sejarah panjang perjalanan Universitas Gadjah Mada semenjak tahun 1949 disaat awal, hingga kini sudah memasuki usia ke 70 tahun, pada tahun 2019, dengan ke enam belas Rektor meliputi sebagai berikut:
Rektor pertama UGM, Prof. Dr. M. Sardjito (1949-1961) berasal dari Fakultas Kedokteran
Rektor ke 2 UGM, Prof. Dr. Ir. Herman Johannes (1961-1966) berasal dari Fakultas Teknik
Rektor ke 3 UGM, drg. M. Nazir Alwi (1966-1967) berasal dari Fakultas kedokteran Gigi
Rektor ke 4 UGM, Drs. Soepojo padmodipoetro, MA. (1967-1968) berasal dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Rektor ke 5 UGM, Prof. Dr. Soeroso H. Prawirohardjo, MA. (1968-1973) berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Rektor ke 6 UGM, Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo, MA. (1973-1981)
Rektor ke 7 UGM, Prof. Dr. Teuku Jacob, MS., DS. (1981-1986) berasal dari Fakultas Kedokteran
Rektor ke 8 UGM, Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, SH., ML. (1986-1990) berasal dari Fakultas Hukum
Rektor ke 9 UGM, Prof. Dr. Ir. Mohammad Adnan (1990-1994) berasal dari Fakultas Teknologi Pertanian
Rektor ke 10 UGM, Prof. Dr. Soekanto H. Reksohadiprodjo, M.Com (1994-1998) berasal dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Rektor ke 11 UGM, Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA (1998-2002) berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Rektor ke 12 UGM, Prof. Dr. Sofian Efendi, MPIA (2002-2007 berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Rektor ke 13 UGM, Prof. Ir. Soedjarwadi, M.Eng., Ph.D (2007-2012) berasal dari Fakultas Teknik
Rektor ke 14 UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc. (2012-2014) berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Rektor ke 15 UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. (2014-2017) berasal dari Fakultas Teknik
Rektor ke 16 UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. (2017-2022) berasal dari Fakultas Teknik UGM.

Santi Diwyarthi, Alumni Fak. Psikologi UGM Tahun 1993
Politeknik Pariwisata Bali (dahulu Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua)
 
Referensi dari hasil riset studi literatur dan berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar