Sabtu, 18 April 2009

Om Swastyastu........

Sambil terduduk menunggu.....asyik membuka lembaran disertasi
buah karya Prof. Titib.
Bisa digunakan untuk merujuk, mendalami, membahas, mengupas......

Tentang Persepsi Umat Hindu di Bali, terhadap Svarga, Naraka dan Moksa, dalam Svargarohanaparva. Bagi saya, sangat bermanfaat untuk membantu mengembangkan persepsi positif tentang berbagai aktivitas spiritual yang berbeda, unik, antara satu pihak dengan lainnya.

Begitu banyaknya variasi aktivitas umat Hindu, baik dalam berbagai bentuk aktivitas ritual, hadir dalam berbagai simbol, benda dan upakara, yang berupa Pancayadnya, tidak dapat dipisahkan dengan keyakinan / Sraddha, yang merupakan ajaran keimanan dalam agama Hindu.
Ajaran Sraddha, utamanya karmaphala, merupakan landasan perilaku umat Hindu, (Sti: yang gak hanya di Bali). Hal ini yang akan berkembang sesuai dengan persepsi dan penerapan umat itu sendiri dalam aktivitas kehidupannya sehari - hari, yang berkaitan dengan Svarga, Naraka, Moksa.
Apa sih tujuan penerapan tersebut? agar umat Hindu dapat meningkatkan Sraddha / Keimanan, dan Bhakti / Takwa pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam meningkatkan pengamalan ajaran agama itu sendiri (Sti: entah jadi agama kerja, atau agama ritual menurut persepsi sebagian teman), dan, setelah memahami bentuk, fungsi dan maknanya, umat Hindu, baik sebagai subjek maupun objek, akan dapat melestarikan agama dan budaya Bali yang dijiwai agama Hindu.

Disini...bisa digunakan rujukan atawa pendekatan teologis, filosofis, psikologis, etika, estetika, sosiologis (Sti: bahkan mungkin..... teknis, ekonomis, matematikais, logis, parapsikologis, dan......puluhan, bahkan ratusan pendekatan lain, ya? Indahnya variasi dunia).

Beberapa rujukan karya sastra Bali, tentang Svarga Naraka, Moksa, dalam Svargarohanaparva, seperti dalam Veda, Upanisad, dan Susastra Sanskerta, seperti Itihasa, yang terdiri dari Kitab Ramayana, Mahabarata. Dalam Purana : Agni Purana, Garuda Purana, Brahma Purana.
Data primer tentang Svarga Naraka Moksa dalam Susastra Jawa Kuno.
Prosa rujukan, Agastyaparva, Arjunavivaha, Siwaratrikalpa, Koravasrama, Vrhaspatitattva, Slokantas .

Persepsi umat Hindu di Bali sendiri, berdasar riset beliau, berdasar telaah 6 buah karya sastra Bali tentang Svarga Naraka Moksa, terpapar pada : Berbagai Teks, Bhima, Svarga, Putru Pasaji, Atmaprasansa, Aji Palayon, I Japatuan, dan Bagus Diarsa.

1. Dalam bentuk tutur (prosa, dalam bahasa Jawa Kuno),
yaitu Putru Pasaji dan Atmaprasansa.

2. Kakawin (puisi, dengan tata penulisan tertentu, dengan bahasa Jawa Kuno)
yaitu Kakawin Aji Palayon

3. Kidun (puisi, dengan tata penulisan tertentu, dengan bahasa Jawa Tengahan / Bali)
yaitu Kidun Bagus Diarsa

4. Gaguritan / gancaran (puisi, dengan tata penulisan tertentu, dengan bahasa Bali),
yaitu gaguritan Bhima Svarga, I Japatuan, Bagus Diarsa)



Ooops, maafkan saya Guru......
Jika tidak sempurna menangkap makna di balik uraian ajaran Guru.
Bahkan....dengan begitu lancang dan jumawa, berani memaparkannya disini.

Bagi saya.....
Surga dan Neraka, ada di sini, di hati. Bersemayam dalam diam.
Tergantung kita mewujudkannya dalam berbagai bentuk,
memaknai dan menerapkan dalam berbagai fungsi dan sistem,
baik pikiran, perkataan dan perbuatan kita.
Tapi saya tetap meminta, memohon, memaksa, mengemis, merengek,
minta kelas percepatan...
Kelas berstandar ber Sertifikasi Nasional,
sehingga gak perlu capek capek lagi numadi, menitis berkali,
agar saya bisa Moksa, bersatu dengan Sang Hyang Widhi.
Dibakar.....karena keyakinan, dengan dibakar, abu dilarung ke laut, dan atmannya dilinggihkan di Sanggah Kemulan, Bethare Hyang Guru, Rong Tiga, maka Moksa akan dapat diperoleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar