Senin, 29 Juni 2009

Perjalanan Hidup 2

Kemarin, pukul empat di sore hari, menuju Jl. Subak Bulaki, Banjar Puseh, Sukawati, kami bertiga menuju ke rumah Bapak Deepak D. Ghindwani dan Ibu Hira Jhamtani.
Rencana awal hanyalah diskusi informal mengenai renstra Yayasan Sanatana Dharma.
Terpesona.....
Adalah kata yg pantas kuucapkan untuk menggambarkan suasana rumah mereka...
Ruman indah yg minimalis, ramah lingkungan, lengkap dengan berbagai pepohonan perindang.
Rumah itu, dibangun mengikuti konsep asta kosala kosali, dengan banyak jendela kaca, membiarkan cahaya berlari manja dengan bebasnya menyusuri bagian dalam rumah, memberi kebebasan sang bayu mencari tiap relung ruang dalam rumah. Ah, bahkan pohon kamboja pun ditempatkan di bagian tengah rumah, tumbuh tinggi menjulang hingga ke bagian lantai dua.
Setelah diskusi hangat tentang berbagai topik, dari pendidikan hingga kehidupan masyarakat Indonesia, dari keamanan hingga RTRW - P Propinsi Bali, dari tanaman organik hingga kemajuan teknologi, akh... aku tetap merasa gagap, paling tidak berdaya ditengah derasnya arus informasi.

Kami lalu bergeser duduk di halaman, malam mulai merambat menghampiri. Sloka demi sloka dari Bhagavdgita kami kupas, tidak banyak. Namun cukup membuat ketakjuban ini semakin bertambah, ternyata, aku bukanlah apa apa, bukan siapa siapa, begitu kecilnya dimata Tuhan, bahkan dibanding para sahabatku ini, ibu Astiti yang seorang mangku istri, pak Made Wyasha, pak Nyoman Sumaartha yg begitu paham seluk beluk kehidupan di tengah masyarakat Bali beserta adat istiadatnya, termasuk tentang dunia perwayangan, pak Deepak yang pakar IT, dan Ibu Hira yang pejuang lingkungan.

Menikmati hidangan India, dengan makanan serba organik, dengan paparan teknologi ramah lingkungan yang diterapkan di rumah ini, mulai dari pengolahan sistem pengairan, proses pengolahan limbah rumah tangga, bahkan bisa menghasilkan gas untuk memasak makanan pada sebuah kompor... Ah, begitu banyak yang masih harus kupelajari di dunia ini.

Tuhanku....
aku tertunduk malu, bersimpuh di depan mereka, mengupas ajaran Mu, aku bukanlah siapa siapa. Namun, beraninya memberikan sudut pandangku tentang Mu.
Ah... berjanji...
janjiku.. takkan lelah mengejar jejak langkah Mu
memahami sedikit saja kebesaran nama Mu,
agar kubimbing keluargaku, seperti sebagaimana ingin kumuliakan diri Mu

1 komentar: