Sabtu, 26 Agustus 2017

Pengabdian Masyarakat Prodi Administrasi Perhotelan STP Nusa Dua Bali di Labuan Bajo, 22 Agustus 2017




Program Studi D IV Administrasi Perhotelan (ADH) Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema, Pelatihan tentang Pengelolaan Pondok Wisata dalam Rangka Meningkatkan Kapasitas Masyarakat di Destinasi Wisata Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada hari Selasa, 22 Agustus 2017. Adapun penyelenggaraan kegiatan ini dilakukan di Kelurahan Kampung Ujung, Kecamatan Komodo. Kabupaten Manggarai Barat. Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang dihadiri para tokoh masyarakat di Kelurahan Kampung Ujung yang terdiri dari: Kadisparbud Kabupaten Manggarai Barat, Lurah Kampung Ujung, Pemuka agama, Ketua Homestay Labuan Bajo beserta anggota Pokdarwis, Ibu-ibu PKK, dan masyarakat Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.


Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini merupakan salah satu wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dilaksanakan para dosen di lingkungan STP Nusa Dua Bali. Beberapa hal yang melatar belakangi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut:
·    Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Pemerintah menetapkan target kunjungan wisatawan ke Indonesia sejumlah 20 juta wisatawan. Beragam upaya yang dilakukan Kementrian Pariwisata yaitu dengan membangun 10 Bali baru yaitu menetapkan 10 destinasi pariwisata prioritas yaitu Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Candi Borobudur, Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Danau Toba (Sumatera Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Tanjung Lesung (Banten), Morotai (Maluku Utara) dan Tanjung Kelayang (Belitung).
  • Kementerian Pariwisata juga merumuskan tiga program prioritas pariwisata Indonesia untuk tahun 2017 untuk mencapai target kunjungan wisatawan. Tiga program prioritas Kemenpar tersebut adalah pariwisata digital (digital tourism), konektivitas udara dan pondok wisata (homestay). Menteri Pariwisata menargetkan akan membangung 20.000 unit homestay di tahun 2017, 30.000 unit homestay di tahun 2018 dan 50.000 unit homestay di tahun 2019. Menurut Menpar Arif Yahya, 1.000 unit homestay akan dibangun pada triwulan pertama di tahun 2017 dengan alokasi 100 homestay di masing-masing 10 destinasi Bali baru yang menjadi prioritas pemerintah.
  • Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat merupakan salah satu dari 10 destinasi baru dan merupakan pusat pariwisata teramai di Flores. Labuan Bajo sangat berpotensi dalam mengembangkan homestay karena menjadi titik singgah bagi para wisatawan. Tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2010 hingga tahun 2015 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 ke tahun 2011 jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung sebanyak 326 orang. Tahun 2011 ke tahun 2012 terjadi penurunan yang cukup signifikan sebanyak 10.078 wisatawan. Tahun 2012 ke tahun 2013 terjadi peningkatan sebanyak 13.214 wisatawan. Tahun 2013 ke tahun 2014 terjadi peningkatan kunjungan wisatawan yang tidak terlalu jauh dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 11.899 wisatawan. Tahun 2014 ke tahun 2015 terjadi peningkatan kunjungan wisatawan yakni sebanyak 4.781 wisatawan. Kabupaten Manggarai Barat di Provinsi Nusa Timur (NTT), menjadi salah satu tulang punggung sektor pariwisata nasional tatkala Labuan Bajo, ibu kota Kabupatennya, terpilih menjadi salah satu dari 10 tujuan pariwisata prioritas 2016.
  • Labuan Bajo merupakan salah satu desa dari 9 desa dan kelurahan yang berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Labuan Bajo dulunya adalah sebuah kelurahan sekaligus ibukota Kecamatan Komodo juga merupakan ibukota Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Sekarang sudah dikembangkan menjadi Kota Labuan Bajo. Wilayahnya meliputi 15 Desa, yaitu; Kampung Ujung, Kampung Tengah, Kampung Air, Lamtoro, Wae Kelambu, Wae Medu, Cowang Dereng, Wae Kesambi, Wae Bo, Lancang, Sernaru, Wae Mata, Pasar Baru, Pede, dan Gorontalo.
·                Meningkatnya kunjungan wisatawan ke daerah ini tentu saja harus didukung pula oleh kesiapan masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik. Dari analisis situasi dilapangan, Pondok Wisata di Labuan Bajo masih mengalami kendala dalam pengelolaan dan hygiene sanitasi. Masyarakat setempat sangat antusias untuk dapat terlibat dalam penyediaan sarana akomodasi berupa pondok wisata dan juga pemenuhan akan kebutuhan makanan dan minuman bagi wisatawan yang berkunjung. Pondok Wisata Labuan Bajo hendaknya dapat dikelola secara lebih professional. Dari hal ini akan dapat menciptakan keuntungan bagi masyarakat setempat dengan adanya perputaran ekonomi yang dapat dirasakan dengan adanya pariwisata.
Jika dihitung-hitung, dengan jumlah pengunjung mencapai 90 ribu wisatawan per tahun dan pengeluaran rata-rata 1 juta per hari, maka jumlah uang yang beredar bisa mencapai Rp 90 triliun. Ini bisa hitungan minimal mengingat lamanya waktu tinggal belum dimasukkan. Tahun 2012, peredaran uang sudah mencapai lebih dari Rp 838 miliar.
         
          Namun dari jumlah itu, sebagian besar diterima oleh operator wisata dan pengusaha kapal wisata (75,55 persen). Sebanyak 2,09 persen diterima oleh pengelolah TN. Komodo dan pemerintah daerah. Sebanyak 22, 36 persen terdistribusi pada pengusaha hotel, restoran dan toko retail/ souvenir. Sementara manfaat pariwisata bagi masyarakat setempat sangat kecil karena penyerapan tenaga kerja yang terbatas sebagai akibat rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat (Wahyuti, 2013: 53)



Sebagai bukti pentingnya menggali dan mengembangkan potensi masyarakat lokal dalam perkembangan pariwisata berkelanjutan adalah tarian Rismeka sebagai tarian penyambutan pada kegiatan Pengabdian Masyarakat Program Studi Administrasi Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, pada hari Selasa, 22 Agustus 2017, bertempat di Hotel Pelangi, Labuan Bajo.
  • Adapun Pengabdian Masyarakat Program Studi Administrasi Perhotelan meliputi :
1.  Identifikasi Pondok Wisata di Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
2.  Identifikasi potensi masyarakat dalam pengelolaan pondok wisata. Pengetahuan dan pemahaman serta ketrampilan terkait pariwisata merupakan hal penting dalam pengelolaan pondok wisata. Dengan pahamnya masyarakat desa diharapkan terjadinya minat masyarakat desa akan potensi mengelola pondok wisata, menambah tingkat penghasilan rumah tangga, serta pemasukan desa. Namun kendala utama disini bukanlah potensi wisata tapi pemahaman dan ketrampilan sumber daya manusia Labuan Bajo tentang tata cara pengelolaan pondok wisata.
3. Pemasaran Pondok Wisata Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
4.   Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Pondok Wisata Labuan Bajo, di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.


Kadisparbud Kabupaten Manggarai Barat, bapak Theodorus Suardi, Lurah Kampung Ujung, bapak Syarifuddin Malik, dan Ketua Homestay Labuan Bajo, Ibu Margaretha Subhekti, menjelaskan bahwa kegiatan pengelolaan Pondok Wisata di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, belum berjalan secara maksimal.  Adapun beberapa masalah yang disampaikan antara lain:
    • Masih diperlukan pembinaan bagi masyarakat dalam hal penguatan pengetahuan mereka tentang Pondok Wisata, pengelolaan Pondok Wisata, berbagai produk terkait Pondok Wisata, serta pemasaran Pondok Wisata. Dimana saat ini kondisi sumber daya manusia terkait Pondok Wisata yang ada masih belum maksimal.
    • Belum maksimalnya potensi masyarakat terkait pondok wisata Labuan Bajo, seperti prosedur penanganan tamu yang datang, kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang penyiapan kamar yang dimiliki masyarakat lokal.
    • Perlunya pembinaan bagi masyarakat akan pentingnya pelayanan prima, sehingga dapat menambah nilai produk wisata yang ditawarkan.
    • Perlunya pelatihan bagi penduduk terkait dengan penyiapan makanan, pengolahan menu yang dihidangkan bagi tamu yang menginap, khususnya berbahan dasar makanan yang banyak tersedia di Labuan Bajo, bagi wisatawan yang tinggal di pondok wisata Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
Foto Santi Diwyarthi.
Pada kegiatan Pengabdian Masyarakat tahap 1 ini, dihadirkan 4 narasumber : Theodorus Suardi, Drs. Dewa Ketut Sujatha, M.Si., CHT., Dra. Ni Desak Made Santi Diwyarthi, M.Si, dan juga Luh Gde Sri Sadjuni, SE., M.Par., CHT., untuk dapat memberikan berbagai penguatan dan pengalaman dalam mengelola Pondok Wisata beserta berbagai kendala dan masalah yang dihadapi oleh Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.

Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Agustus 2017, bertempat di Ruang Aula Hotel Pelangi, Labuan Bajo, dengan diikuti 100 orang. 

Foto Santi Diwyarthi.

Narasumber dari Labuan Bajo, yakni bapak Ir. Theodorus Suardi, M.Si., menyampaikan materi mengenai Labuan Bajo dan Perkembangan Pariwisata Berkelanjutan. Narasumber dari Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, yakni : Bapak Drs. Dewa Ketut Sujatha, M.Si., CHT., memberikan materi terkait Front Office dan Housekeeping. Ibu Dra. Ni Desak Made Santi Diwyarthi, M.Si., menyampaikan materi terkait Manajemen Pelayanan Prima. Ibu Luh Gde Sri Sadjuni, SE., M.Par., CHT., memberikan materi terkait dengan Food Product, khususnya pengolahan makanan ber bahan dasar ikan, dan klepon, dengan bahan yang banyak terdapat di daerah Labuan Bajo.
Berbagai pertanyaan terkait pengelolaan pondok wisata beserta permasalahan dilapangan yang dihadapi saat melayani wisatawan diungkapkan seperti misalnya; peningkatan ketrampilan pengelola pondok wisata dalam hal penerimaan tamu, promosi pondok wisata, mengolah makanan, menghidangkan makanan, memelihara kebersihan kamar, efisiensi dan efektivitas pengelolaan pondok wisata, mengembangkan budaya daerah yang berkelanjutan sesuai dengan perkembangan pariwisata Labuan Bajo, dan cara penyusunan paket wisata yang mungkin dikembangkan di Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
Foto Santi Diwyarthi.

Berbagai permasalahan yang diinventarisasi terkait Pondok Wisata Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, meliputi :
1.      Sumber Daya Manusia dari Labuan Bajo kurang memiliki kesadaran dalam membangun serta mengembangkan kepariwisataan di desanya, kurang memiliki kemampuan dalam berbahasa Inggris, juga dalam pengetahuan pengelolaan pondok wisata baik operasional ataupun pemasarannya. Kurang memahami dan menguasai Manajemen Pelayanan Prima, sehingga terkesan kurang mampu mengelola pariwisata secara berkelanjutan. Padahal, wisatawan yang puas akan merupakan hal yang potensial untuk datang berkunjung kembali dan menyampaikan informasi positif mengenai Pondok Wisata di Labuan Bajo.
2.      Kebanyakan tamu yang datang ke Pondok Wisata hanya untuk transit dan menginap sehari, kemudian melanjutkan perjalanan ke daerah lain, sehingga pondok wisata yang dimiliki warga Labuan Bajo menjadi kurang produktif. Intensitas kedatangan tamu yang tidak menentu karena guide yang biasa membawakan tamu telah memutuskan mengubah tujuan wisata ke pondok wisata lain. Belum adanya travel agent yang tertarik untuk menjalin kerja sama dengan pengelola pondok wisata
3.     Media promosi pondok wisata Labuan Bajo yang masih kurang sehingga banyak masyarakat yang belum mengetahui potensi – potensi yang dimiliki oleh Pondok Wisata Labuan Bajo. Website Disparbud Kabupaten Manggarai Barat yang terbengkalai, belum adanya penanganan pengelolaan pondok wisata yang kurang serius, sehingga koordinasi antara pengelola pondok wisata dengan Pokdarwis belum terjalin secara optimal. Rendahnya promosi karena kendala IT dan kualitas SDM, kualitas brosur yang kurang menarik, tidak memiliki foto yang ter update dan contact person yang sulit untuk dihubungi.

Foto Santi Diwyarthi.

Solusi yang dilakukan terkait situasi dan kondisi yang ada di Pondok Wisata Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
1.      Berbagai upaya menanamkan pengetahuan dan mengembangkan pemahaman di tengah masyarakat Labuan Bajo, mengenai pentingnya pariwisata berkelanjutan, juga pengelolaan Pndok Wisata, yang tidak hanya sekali berkembang, mendapatkan banyak wisatawan untuk menginap, namun kemudian tidak berlanjut lagi.
2.      Meningkatkan potensi masyarakat dalam mengelola Pondok Wisata, berupa pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan, terkait Manajemen Pelayanan Prima, Penetapan Prosedur Penangananan tamu yang berkualitas, pengolahan makanan dari bahan dasar makanan yang banyak tersedia di Labuan Bajo, melengkapi berbagai produk Pondok Wisata.
3.      Pembentukan dan pengembangan marketing team membantu dalam memberikan pengetahuan – pengetahuan menggunakan pendekatan Marketing Mix yang dimiliki Pondok Wisata secara sederhana, misalnya dengan menggunakan media berupa FaceBook, Instagram, Fanpage, brosur, leaflet, sehingga dapat lebih memperkenalkan potensi – potensi Pondok Wisata yang ada di Labuan Bajo. 
4.  Melakukan optimalisasi terhadap pembuatan dan promosi makanan serta minuman khas Labuan Bajo, terutama makanan ber bahan dasar ikan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar