Rabu, 12 September 2018

Pontianak, Rindu dan Cinta yang takkan pernah sirna di sepanjang masa





Ada rindu yang bergulir mengalir di hati.
Tidak akan berhenti menepis kasih yang hadir senantiasa.
Bagi kedua orangtuaku terkasih......

Ibu kini tinggal sendiri, setelah bapak meninggal dan tuntas diaben sepuluh tahun lalu.
Dan, sudah sembilan tahun berlalu, aku tidak pernah mengunjungi kota Pontianak, kota dimana aku dilahirkan, tahun 1969 lalu. Setelah melaksanakan Outbond STP Nusa Dua Bali, pada tanggal 20 - 22 Agustus 2018, aku bergerak menuju kota Pontianak. Hari Rabu, tanggal 22 Agustus 2018, dengan pesawat Xpress Air, pukul 10.10 pagi, dari kota Yogyakarta menuju Pontianak.





Ibuku bahkan belum mengetahui kedatanganku hari ini. Biarlah menjadi kejutan indah yang menyenangkan dan membahagiakan beliau dengan kehadiranku, meski hanya untuk tiga hari berada di Pontianak. Ya, hanya tiga hari berada di Pontianak, Kalimantan Barat, sebelum aku kembali berangkat ke Jakarta dan melanjutkan perjalanan menuju kota Medan, untuk melaksanakan tugas orientasi di sana, pada beberapa hotel dan lembaga pendidikan yang ditugaskan oleh kampusku.





Tiba pukul 12.30 pagi, aku dijemput oleh adikku tercinta, Dewa Komang Diwya Artha Kesuma. Tidak ada hubungan darah persaudaraan yang bisa terputus. Demikian pula tali kerinduan kami. Betapa, meski telah berkeluarga, terpisah jarak, ruang dan waktu, kami saling mengasihi, dengan segala keunikan dan apa adanya yang dimiliki.......


Kutemui ibu sedang duduk sendiri di ruang depan. Hari ini adalah hari libur, terkait Hari Suci Idul Adha bagi umat muslim. Namun ibu memilih tetap bekerja, membuka apotik kecil yang kami miliki, dan dikelola semenjak bapak masih ada dahulu. Kupeluk dan kuciumi wajah ibuku dengan penuh kerinduan. Demikian pula ibuku, memeluk tubuhku erat. Kami tidak menangis. Namun melepas rindu yang tertahan sekian lama. Padahal, baru tahun lalu, ibu berlibur di pulau Bali. Hanya satu minggu. Namun rindu tidak pernah berhenti hadir bagi ibuku terkasih......





Kulihat pula, vespa tercinta yang pertama dahulu kupakai belajar mengendarai motor. Masih awet bersama ibuku terkasih. Ah, motor vespa ini pula yang kami pakai menjelajahi seantero Kalimantan Barat, menyusuri pegunungan, daratan, pesisir, bahkan termasuk, naik ke atas sampan, menyeberangi sungai Kapuas dahulu.......



Sempat kukunjungi Pemerintahan






Kami sempat berkumpul bersama keluarga yang mengunjungi rumah ibu di malam hari. Namun karena suara serak akibat radang tenggorokan dan demam yang kuderita, tidak bisa kulanjutkan dengan berbincang bincang lancar bersama mereka semua.


Tidak ada yang menyenangkan saat bisa menikmati berbagai hidangan yang bisa menggugah kenangan di masa lalu. Ku nikmati berbagai hidangan, mulai dari kwee tiaw, air tahu, es kacang hijau, chay kwee, nasi ayam hainan.....



Aku juga sempat mengunjungi beberapa toko yang menjual pernak pernik dan asesoris. Kucoba seperangkat pakaian dayak, dan mencoba merasakan sensasi sebagai gadis dayak.....



Aku bahkan sempat bersilaturahmi dengan para tetangga yang sedang merayakan hari suci Idul Adha. Sebelum kemudian melanjutkan bersembahyang bersama umat Hindu di Pura Dalem yang ada di kota ini.



Malam hari, sempat kunikmati durian khas Kalimantan bersama adik dan iparku. Kami duduk berjejer, dan pedagang membuka berbagai jenis durian, kemudian membelahnya, dan meletakkan di depan kami. Sungguh, suatu pengalaman luar biasa, berkumpul bersama anggota keluarga, dan masih bisa bercengkerama bersama, menikmati hidangan yang ada......


Tiga hari. Ya, hanya tiga hari. Dari tanggal 22 hingga 24 Agustus 2018. Namun sungguh mampu mengobati rasa rindu pada keluarga ku. Pada ibu dan adikku, pada sanak saudara. Kulanjutkan langkah kaki, berjalan dalam kehidupan. Terima kasih, Tuhan, atas kesempatan yang masih Engkau berikan padaku......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar