Minggu, 25 Agustus 2019

Dharma Yatra YJHN Ke Jawa Timur, Jum'at - Sabtu, 23 - 25 Agustus 2019 (1)




"Brahmacaryena taf asa, Raja rastram vi raksati, acaryo brahmacaryena, Brahmacarinam icchate”. (Atharwa Weda XI.5.1)
Artinya: Seorang raja, dengan sarana yang dia miliki, menjalankan brahmacari, bisa melindungi bangsanya. Seorang pendidik (guru pembimbing), yang sedang menjalankan brahmacari sendiri, berkeinginan mengajar para siswa.

Uraian di atas mengajarkan kita bahwa setiap manusia memiliki cara dan jalan masing-masing. Seorang pemimpin, kaum bangsawan, pemuka agama, tokoh masyarakat, kelompok cendekiawan, bahkan, orang biasa sekalipun, akan senantiasa belajar menemukan jati diri, mengajar dirinya, membimbing orang lain, untuk menjadi kian bijak dan dewasa dari hari ke hari. Setiap dari kita memiliki peran yang berbeda-beda. Tugas kita bersama, menjalani setiap peran dan fungsi agar dapat selaras dan harmonis dengan siapapun, kapanpun, dimanapun kita berada.





Rombongan YJHN bergerak dari Bali pada hari Jum'at, 23 Agustus 2019, terbagi dalam tiga kelompok, kelompok pertama berangkat dengan menggunakan kendaraan APV pukul 10 pagi, dengan supir bapak Buddy, bersama Bunda Ratu, Bunda Parwati, Ki Made Sutama, Ki Komang Arya (5 orang). Rombongan yang berangkat di malam hari dari Bali, pukul 21.00 dengan menggunakan kendaraan Hiace, supir Ki Nyoman Matra, Ki Minggu Aditya, Ki Ketut Suja, Ki Kantha, Bunda Putu, Ki Taman, Ki Sura, Ki Sukerta, Ki Nyoman Sukana, Bunda Sukana, Kadek Devi Sukana, mBak Ade Asry, Ki Nyoman Tarna, Ki Anom Binarka, dan Sri Guru (15 orang). Rombongan yang bergabung di Jawa Timur : Bunda Asti Sudira dan Yanti Yuseva dengan menggunakan kendaraan Avanza.
Tujuan pertama adalah Dusun Sumber Beji, Desa Kranggan, Kecamatan Ngajum, Malang, bertemu dengan umat Hindu yang ada di sana, menyerahkan bantuan berupa dua set Genta dan Sangku bagi pemangku Pura Dharma Bhakti, juga uang bantuan berjumlah Rp. 2.000.000 bagi pembangunan Pura, diserahterimakan melalui bapak Musli, di Dusun Sumber Beji RT 2 RW 8, Desa Kranggan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.

Pura Dharma Bhakti, terletak di Dusun Sumber Beji, RT 2 RW 8 Desa Kranggan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang. Pura ini termasuk dari 30 Pura yang diempon oleh umat Hindu yang berdiam dan berada di Malang, dikenal sebagai arek Ngalam. Misalnya saja, Pura Luhur Dwijawarsa di Gunung Buring Kedungkandang, Pura Eko Bhakti di Desa Gelanggang kecamatan Pakisaji, Pura Eka Bhuwana di Desa Wandanpuro Kecamatan Bululawang, Pura Eka Murti di Desa Druju Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Pura Indra Loka di Desa Sukodadi Kecamatan Wagir, Pura Argo Kembang di Desa Gedangan Kecamatan Gedangan.

Berikutnya, terkait Pawai Pembangunan Desa Tulungrejo, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Rombongan terpecah jadi dua. Mereka yang sudah melaksanakan tugas di Pura Dharma Bhakti, Malang, tidak bisa bergerak balik arah kembali menuju Tumpang, menuju Pura Puja Dharma yang terletak di Desa Tumpang Putih untuk bersatu dengan rombongan YJHN lainnya. akhirnya diputuskan, seluruh rombongan baru akan berkumpul di Kediri pada sore hari menjelang malam. Pawai Pembangunan Desa Tulungrejo di Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar pada hari Sabtu, 24 Agustus 2019, menutup jalan Baru Bantaran - Lapangan Desa Krisik pada pagi hingga siang hari, hingga Pawai Pembangunan selesai.

Rombongan Ki Kantha menuju Pura Puja Dharma di Dusun Dukuh Putih, Desa Tumpang Putih, RT 04 RW 01, di Blitar, berjumpa umat Hindu disana, menyerahkan bantuan melalui bapak Leko. Rombongan Ki Buddy menuju Pura Argo Sunya, yang sedang melakukan renovasi setelah alami longsoran beberapa waktu lalu.
Pura Agung Argo Sunya terletak di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Bencana alam dengan banjir dan tanah longsor mengakibatkan Pura ini alami musibah. Bupati Blitar, Rijanto, telah menyerahkan 1000 kantong semen pada tanggal 31 Juli 2019 lalu yang diterima langsung oleh ketua PHDI Kabupaten Blitar. Dan kini mereka membutuhkan bantuan untuk melakukan proses pengecatan tembok Pura. YJHN memberikan bantuan dana bagi umat agar mereka semakin termotivasi bekerja, memberikan yang terbaik bagi umat.

Setelah menuntaskan Kunjungan Dharma di Pura Puja Dharma, Dusun Dukuh Putih, Desa Tumpang Putih, rombongan Ki Kantha bergerak menuju Pura Dalem Calon Arang di Dusun  Putuk, Desa Banaran, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri. Sedangkan rombongan Ki Buddy tetap bertahan di Pura Argo Sunya di Desa Krisik karena tidak bisa bergerak mendekati Pura Dalem Calon Arang akibat jalan raya masih ditutup dengan adanya Pawai Pembangunan Desa Tulungrejo Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, yang berlangsung hingga malam hari. Mereka masing-masing mekemit di dua Pura berbeda, terpisah jarak ratusan km.
Pura Dalem Calon Arang terletak di Jalan Cempoko Rejo RT 01 RW 04, Dusun Putuk, Desa Banaran, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri. Pura Dalem Calon Arang ini berjarak sekitar 25 km dari Situs Calon Arang. Situs Calon Arang terletak di dalam Kawasan Wisata Calon Arang, di Desa Sukorejo, Kecamatan Gurahan, Kabupaten Kediri. Di dalam Pura Dalem Calon Arang, terdapat sumber mata air yang diyakini memiliki kekuatan menyembuhkan dan membersihkan segala penyakit dalam diri seseorang, membersihkan energi negatif dan gangguan dari pihak lain. Sumber mata air ini terkadang bisa berubah warna, dan sudah ada semenjak berpuluh tahun silam. Mangku Dharma merupakan salah satu pemangku Pura ini.
Pagi hari, Minggu 25 Agustus 2019, masing-masing rombongan bersembahyang dan melanjutkan dengan berpamitan pada pengempon pura dan umat yang ada di sekelilingnya, dan kembali melanjutkan perjalanan dengan merencanakan berjumpa di situs Bung Karno pada siang hari, sebelum bersama beriringan kembali ke Bali. Rombongan Ki Buddy bergerak dari Pura Agung Argo Sunya di Desa Krisik, rombongan Ki Matra dan Ki Kantha, juga Bunda Asti Sudira, bergerak dari Pura Dalem Calon Arang di Dusun Putuk Desa Banaran. 
Yayasan Jaringan Hindu Dharma, telah selesai melaksanakan lagi, tugas Dharma, yang menjadi visi dan misi komunitas ini. Mereka adalah pejuang Dharma. Orang-orang hebat dan Shakti ? Ah, tidak juga…. Mereka adalah orang-orang biasa, bukan sempurna. Namun memiliki semangat, kemauan, dan kemampuan melaksanakan Yadnya dan Dharma. Mari kita bersama menjaga perdamaian di bumi pertiwi, bahkan, dimana pun kita berada….. Karena NKRI adalah harga mati.

Terima kasih atas kiriman foto dan catatan perjalanan yang sungguh luar biasa, para sahabat. Di dedikasikan bagi para pejuang Dharma, yang tiada lelah menebar damai di hati, juga di bumi pertiwi (Santidiwyarthi, 25 Agustus 2019)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar