Senin, 25 Mei 2020

YJHN dan Punia Sembako kali ini




Sarasamucaya sloka 172 bertutur: “Apan ring tribhuana, tan hana meweh kagawayanya, lena sangkeng dana, agong wi kang tresna ring artha, apan ulihing kasakitanikang artha katemu”.

Di antara berbagai hal di muka bumi, hal yang paling berat adalah melakukan sedekah, karena hal ini berarti melepaskan kemelekatan, keterikatan terhadap hak milik, sesuatu yang diharapkan akan selalu menjadi milik kita selamanya, apalagi sesuatu tersebut dianggap diperoleh melalui kerja keras, penuh perjuangan. Tuhan menyampaikan untuk selalu bersedekah, meski sesulit apapun situasi yang kita hadapi.



Dalam situasi pandemik akibat Covid19 (Corona Virus Disease 2019), situasi perekonomian secara global terpuruk. Dan tidak ada satupun pihak yang bisa memastikan kapan badai ini bisa berlalu sehingga masyarakat bisa kembali beraktivitas bagai kehidupan yang lalu. Kali ini kembali Yayasan Jaringan Hindu Nusantara bergerak membagikan ratusan paket sembako ke seluruh kabupaten dan kodya yang berada di Propinsi Bali. Bekerja sama dengan Varash, meski tidak bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, namun dengan itikat baik dan ketulusikhlasan, penyaluran sembako yang hanya sedikit dibandingkan kebutuhan masyarakat Bali, diharapkan bisa menjadi inspirasi dan memotivasi berbagai pihak untuk bersama melalui situasi ini. 


Tim relawan YJHN berupaya menyalurkan bagi delapan Kabupaten yang ada di Bali, mulai dari Bangli, melalui kepanjangan tangan Ajik Agung Surya, kabupaten Badung melalui kepanjangan tangan Ajik Anom Binarka dan Bapak Dwi Yusantara, juga Pak De Artayasa, kabupaten Tabanan melalui kepanjangan tangan Pak Made Sutama beserta Bunda Desak Sri Rejeki atau nama keren beliau, Bunda Ratu, bersama ibu Sekdes Pangkungkarung dan Jero Mekel Kelian Dinas, kabupaten Klungkung melalui kepanjangan tangan Pak Kantha dan Bunda Nengah Suliati, Kabupaten Gianyar melalui kepanjangan tangan Pak Sura, Bunda Mahartini, dan Pak Ketut Suja, kabupaten Karangasem melalui kepanjangan tangan Pak Nyoman Matra, Bunda Desak Ayu Mustika, dan Mbak Ade Asry, kabupaten Singaraja melalui kepanjangan tangan Dimas Rai Dhanissis beserta bapak dan ibu Made Yeni Haryawati Harmaya, kabupaten Jembrana melalui kepanjangan tangan ibu Desak Alit dan Ayu Era, juga termasuk bunda Putu Suharningsih, Pak Komang Arya, Pak Nengah Sunania atau sebutan keren beliau, pak Buddy Muller, Bunda Arie Melani, Bunda Jero Melati, Bunda Santidiwyarthi, bunda Ketut Parwati dan Pak Putu Budiana.


Punia kali ini menyasar masyarakat yang sama sekali belum tersentuh bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah, baik lansia, kaum difabel, orang sakit, mereka yang terpaksa menganggur karena dirumahkan dari tempat kerja, juga pemangku, tukang sun di pasar, hingga pemulung dan juru parkir. Sungguh, bukan hal mudah menyampaikan titipan kepercayaan dari masyarakat bagi masyarakat, agar tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan. Perlu kehati-hatian terkait dengan data, misalnya, Bunda Ratu yang menjalin komunikasi dan berdiskusi dengan aparat salah satu desa di kabupaten Tabanan, memilah data mereka yang membutuhkan bantuan namun belum memperolehnya. Pak Matra yang merogoh kantong pribadi untuk menambahkan bentuk punia sembako juga dana punia bagi pemangku yang sedang sakit. Bunda Ratu yang merogoh kantong pribadi dan mengetuk donatur lain untuk menambahkan paket sembako menjadi 17, karena dana tersedia hanya bagi 13 paket di Desanya, Pak Putu Budiana yang berinisiatif melengkapi paket dengan ½ lusin telur serta tempe di dalam paket sembako yang sudah ada.


Perekonomian kini mungkin sedang terpuruk, namun jangan membuat hati dan jiwa kita juga ikut terpuruk. Terkadang, hidup tidak seindah impian dan harapan yang kita inginkan. Namun terpuruk harus membuat kita mampu menjalin kebersamaan dan kepedulian, bergandeng tangan menjalani kehidupan. Punia ini diharapkan mampu menjadi simbol tali kasih, simbol semangat dan kepedulian melangkah bersama ke depan. Indahnya berbagi, indahnya ber punia. Meski kita bukan orang kaya, namun berusaha memiliki hati yang kaya dengan cinta kasih dan doa……

Sraddhayestam ca purtam ca nityam kuryada tandritah, craddhakrite hyaksaye te bhawantah swagatairdhanaih. Hendaknya tiada jemu berdana punia dengan memberikan harta, mempersembahkan sesajen dengan penuh keyakinan. Memperoleh harta dengan cara yang benar dan didermakan, meraih tempat tertinggi, yakni moksa. (Lontar Manawadharmasastra IV. 226)

Berdermalah dengan tulus ikhlas, sisihkan sebagian rejeki yang dimiliki, sumbangkan harta yang kita miliki sesuai dengan kemampuan, tingkatkan sradha dan bhakti pada Tuhan Yang Maha Kuasa, tumbuhkan kepedulian pada setiap umat manusia di dunia. Dengan jalan ini kita bisa menjaga perdamaian di dunia dan mempermudah jalan mencapai moksa, bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Santidiwyarthi, Senin, 25 Mei 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar