Minggu, 09 Agustus 2020

Cagar Budaya Situs Arkeologi Sarkofagus, Mutiara Indah dari Desa Kerta, Banjar Marga Tengah, Kec. Payangan, Gianyar

 

Cagar Budaya Situs Arkeologi Sarkofagus, Mutiara Indah dari Desa Kerta, Banjar Marga Tengah.

Situs arkeologi sarkofagus merupakan simbol peradaban masyarakat pada jaman tertentu, aktivitas kehidupan yang terjadi, struktur sosial juga struktur norma yang berlaku. Hal ini yang membuat situs arkeologi menjadi rujukan sebagai cagar budaya. Dengan demikian bangsa yang ada saat ini tidak kehilangan jati diri karena mengetahui memiliki sejarah jelas keberadaan dan aktivitas semenjak nenek moyang bersama ruang lingkup yang berlangsung di sekelilingnya.

Jaman megalitikum dikenal pula sebagai jaman batu, karena di jaman ini masyarakat mulai membuat berbagai benda dari batu sebagai pelengkap dalam kehidupan, seperti bangunan sebagai tempat tinggal, berupa menhir, dolmen, punden berundak, kapak batu, dan lain sebagainya. Jaman megalitikum merupakan jaman yang berkembang 2500 SM – 1500 SM. Jaman megalitikum berkembang dan disebarluaskan oleh pendukung kebudayaan kapak batu persegi, kapak genggam dari batu.

Pada jaman ini, para peneliti meyakini bahwa masyarakat sudah memiliki kepercayaan, walau belum merupakan keyakinan pada Tuhan. Bangunan berwujud batu besar yang disebut menhir, dipergunakan sebagai sarana untuk menghormati leluhur. Meski menhir belum berwujud seperti monumen sebagai ciri peradaban jaman Neolitikum. Juga terdapat dolmen, yakni meja besar yang sering dipergunakan sebagai sarana pertemuan.

Adat dan kebiasaan yang masih berkembang hingga kini semenjak jaman Megalitikum bisa terlihat pada suku Nias dengan bangunan batu besar, suku Minahasa dengan penguburan menggunakan peti batu (waruga).

Nurul Huda (2020) menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis sarkofagus, yakni tipe A (Bali), tipe B (Caoang), dan tipe C (Manuabe), yang pada awal mulanya sebenarnya merupakan tempat memuja leluhur dan tempat meletakkan mayat. Perkembangan berikutnya, sarkofagus memiliki cekukan atau bagian tengah dipergunakan untuk meletakkan mayat, dan dibagian atas ditutup dengan bongkah batu lagi.Pembuatan sarkofagus juga terdiri dari tiga jenis batu, yakni batu padas (tufa), batu karang (coralstone), dan batu berpasir (sandstone). Sarkofagus juga memiliki tiga fungsi, yakni sebagai fungsi tonjolan (sebagai alat bantu tempat mengikat tali di saat mengangkut dan memindahkan peti batu), fungsi dekoratif (estetika), dan fungsi religius (menghantar arwah dalam perjalanan ke alam baka tanpa mengalami gangguan).

Sarkofagus yang terdapat di Banjar Marga Tengah, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali, menggambarkan perkembangan budaya, perekonomian, dan sosial yang terjadi saat itu. Leluhur yang melaksanakan aktivitas jauh sebelum masa kini, merambah hutan, membangun komunitas masyarakat dengan berbagai aspek kehidupan, termasuk berladang, perdagangan, hubungan kekerabatan yang sudah berlangsung ribuan tahun lamanya.

Sarkofagus yang ditemukan di daerah Tegallalang dan sekitarnya, merupakan tempat menyimpan mayat lebih dari satu. Sarkofagus di Banjar Marga Tengah, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali, ditemukan pada tahun 1974, 36 tahun lalu. Dan sarkofagus yang terdapat di Banjar Marga, Desa Kerta, sudah di pelebon, disucikan, pada tahun 1995 (I Wayan Erna Suyana, 2017). Ketut Suaka, sebagai juru rawat situs ini, mewarisi tugasnya dari orangtua, Made Kandeng, semenjak tahun 2002. Made Kandeng merupakan juru rawat situs semenjak tahun 1981.

Uraian di atas memberi penjelasan pada kita semua, bahwa setiap jaman memiliki keindahan masing-masing, memiliki masyarakat yang menjunjung budaya, juga berbagai aspek kehidupan yang terkait di dalamnya. Dengan kata lain, setiap jaman memiliki jiwa jaman yang unik dan hebat, yang disebut dengan ZeitGeist. Kita tidak bisa menghakimi atau mengkritisi tanpa mengenali dan memahami sejarahnya dengan baik, mencintai budayanya, mengagumi perjuangan dalam mewujudkan semangat dan cita-cita masyarakatnya, dan belajar saling menghormati serta menghargai.

 

 

Referensi :

Suyana, I Wayan Erna. 2017. Potensi Wisata Sejarah di Banjar Marga Tengah. Denpasar.

http://kerta.desa.id/2017/11/15/potensi-wisata-sejarah-di-banjar-margatengah/?unapproved=9&moderation-hash=44d0c426ad4a94899f5385ad5e4ceacf#comment-9

https://zonapenemuan.blogspot.com/2020/02/sarkofagus.html

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar