Minggu, 20 September 2009

Perjalanan Kembali, 6 September 2009

Setelah tiba dari menonton Gempita Karmany Smansa di Garuda Wisnu Kencana bersama kedua anakku, menumpang mobil tetangga, berdelapan dalam Sedan Toyota Vios, dan tiba pukul 4 pagi, baru tidur menjelang pk 5, pk 9 hari minggu geliat pagiku mengawali hari baru...


Terbangun setelah pagi beringsut membuka panas siang hari, dering telpon ponakan di Pangkung Singsing, Desa Asah Badung, menggugah kemalasanku. “Pulanglah bersama suami dan anak-anak, panen pisang dan gedang kali ini”, demikian ujarnya. Ah, tergetar hati karena hampir dua bulan tak kian kukunjungi para ipar dan ponakan di sana.

Kulihat simbok sedang menyetrika, mantan pacar menghadiri undangan Pak Cika, Purek Unud, di Nusa Dua bersama teman temannya, dan anak-anak bermain bersama. Setelah usai menjemur pakaian dua ember yang kucuci, kugerakkan motor menuju Buleleng. Pukul 11.00 Kuawali perjuangan kali ini. Melewati Dalung, Kapal, Bypass Tabanan, menyusuri jalan kulihat sepanjang jalan, motor dan mobil melaju kencang di jalan raya Denpasar – Gilimanuk. Pk 12.10 tiba di hutan Dusun Bading Kayu, Kec. Pengeragoan, menyusuri jalan pintas menuju Desa Dapdap Putih, menghemat satu jam perjalanan daripada jika harus melalui Pupuan. Pk 12.30, kusadari, jalan menuju Desa Asah badung tidaklah mudah. Kerusakan yang terjadi kian parah dari hari ke hari. Jalan curam mendaki dan menurun daerah perbukitan ini diperparah dengan terkelupasnya aspal jalanan, lobang dalam yang mengancam pengendara yg lengah, kerikil, dan konsentrasi yang terpecah karena lelah bakal membuat pengendara dan penumpang terlontar keras. Duh Tuhan..... kemana saja sih perhatian pemerintah disini? Rakyat butuh sarana dan prasarana transportasi yang memadai, mereka sedang panen kopi dan cengkeh, bagaimana jika ada rakyat yang harus segera ke kota? sedang sakit, perlu temui wakilnya di atas sana, ingin berangkat sekolah, bekerja, bawa hasil bumi, kebutuhan hidup sehari hari, aaaahhhh.


Pk 13.15 tiba di Pangkung Singsing, rumah tua. Kutemui Nyoman, ponakan yang tinggal sendirian. Setelah berbincang dengan gunakan bahasa isyarat, karena dia gagu, aku beranjak menuju ke atas bukit. Hmmm, tak pernah bosan mencium atmosfer desa dan angin semilir yang menyentuh seluruh tubuh ini... Menyusuri jalan berkelok, melewati perkebunan cengkeh, kopi, vanili, dan beberapa rumah penduduk lainnya, setengah jam kemudian aku tiba di rumah ipar. Berbincang dengan Mbok selalu menyenangkan, menggugah setiap detail pengalaman yang dia peroleh dari balik kehidupan menantang jiwaku untuk memiliki spirit sama dengannya. Memilih tetap memasak dengan gunakan kayu api, minum air dari sumber mata air, gunakan boreh di dahi dan kaki untuk menjaga kehangatan tubuh.


Setelah puas menyapa iparku ini, lalu kembali kukayuh langkah menjejak bumi, selusuri perbukitan, kali ini bergerak menuju Utara. Satu jam kemudian tibaku di Rumah Kaja, ipar lainnya lagi. Disini kuperoleh gula bali sebesar panci sebagai oleh oleh untuk kubawa kembali ke Denpasar. Ah, mereka berikan hasil produksi mereka yang terbaik, walau telah kutolak, mereka memaksa dan kukuh bersikeras....


Pukul setengah enam sore saat ku pacu motor bergerak dari rumah tua, menuju ke desa. Dari Asah Badung, menyusuri jalan yang hancur total. Membayangkan, andai, mereka yg sering kebut - kebut an di jalan raya, berhasil melewati medan se sukar ini, baru angkat topi bagi mereka. Kulihat... Truk-truk berlarian bersama kendaraan lain dengan berbagai pelat. EA, BE, S, P, K, AG, DR, L, N, B. Ah, sebegitu kerasnya kah usaha mereka untuk segera ke tujuan, mengejar setoran, demi kepuasan yang memacu adrenalin, sebuah perjalanan wisata, perjalanan teramat jauh meninggalkan rumah demi alasan ekonomi, atau, hanya untuk memenuhi ambisi belaka kah?


Pk 7.10 malam, tiba di Desa Batuaji, Kec. Kerambitan. Kuputuskan mampir untuk melihat bibi, dan beberapa anggota keluarga lainnya. Dua buah pepaya matang dari Buleleng kukeluarkan untuk sang bibi. "Ibunya Aris di RSU Tabanan. Dia terkena diabetes, jari kakinya dipotong dua" Demikian celoteh Biyang Nyoman. Ah, teriris hatiku. Selalu ada permasalahan bagi setiap manusia. Ujian lain lagi dari Sang Hyang Perama Kawi... Bergegas pamit, kuhampiri RSU Tabanan, membesarkan hati mereka yang sedang tertimpa musibah. Kulihat Aris sedang tertunduk meratapi nasib. PHK yang baru dialaminya di Surabaya, dengan tanggungan seorang istri dan tiga orang anak, serta seorang ibu yang sedang terbaring sakit di RS, Tuhan, entahlah, apakah aku akan sanggup menanggung jika hal ini terjadi pada diriku dan keluargaku.... Ah, beri kami tiap kekuatan itu, karena kami sungguh perlu akannya...

Selesai dari RSU Tabanan, aku berbelok arah, memasuki jalan menuju ke Pura Dalem Purwa Kidungingguh, Tabanan, lalu kemudian berbelok ke kiri, memasuki Jl. Mataram, begitu masuk Jl. Sriwijaya, langsung terlihat Gg XII, Jl. Singosari, Jl. Padjajaran. Aku berhenti di depan balai Banjar Malkangin, Hem. Jam digitalku menunjukkan baru pk 8 malam, namun kehidupan di sekitar nya sudah sangat sepi, padahal, tak jauh dari situ, sangat rame kehidupan malam dengan berbagai aktivitas. Selesai mengamati daerah tersebut, baru kemudian kembali bergerak menuju Padang Sambian Kelod.


Home sweet home.... Mama pulang, sambutlah aku....

Lelah, terkapar, esok harus berangkat kerja pagi. Tapi diri ini diselimuti rasa kagum atas kebesaran Tuhan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar