Minggu, 09 Februari 2014

Will you always be My Valentine ? (1) Ttg Pande Wayan Suteja Neka



"Ni Gusti Made Srimin, ibu, senantiasa mendukung saya, meski terkadang banyak rintangan yang kami temukan". Ujar beliau disaat bertutur mengenai usaha menegakkan pelestarian budaya yang ada, agar tidak beralih ke lain hati, ke para pemilik di luar negeri, atau tanpa sempat dinikmati oleh banyak pihak.

Kami berjalan perlahan di senja hari, Kamis, 6 Februari 2014 ..... menyusuri satu ruang ke ruang lain, dari satu gedung ke gedung lain, dengan lebih dari seribu rupa ragam benda seni budaya yang ada. Ada lebih dari 400 an karya seni lukis, 300 an patung, dan 300 an keris.

"Agar anak cucu kita kelak bisa dengan bangga memandang dan menikmati budaya leluhurnya, juga melestarikan dan mengembangkan budaya itu sendiri", ujar JMK Jero Pande Wayan Suteja Neka, ketika kutanya alasan, mengapa beliau lakukan ini semua, bahkan dengan mengorbankan materi dan emosi dalam diri.

Ah, guru......
Aku ingin seteguh karang di hatimu, dalam melestarikan dan mengembangkan budaya leluhur. Bukan sebuah hal mudah, mengumpulkan berkas sejarah dalam beragam rupa, baik lukisan, patung, keris, bahkan, dengan membeli dari pemiliknya, dan kemudian memberi kesempatan pada anak - cucu, untuk belajar memahami dan menikmati sejuta makna dibalik rupa tersebut.......

Aku ingin belajar dari cinta kasih seorang Pande Wayan Suteja Neka dan Ni Gusti Made Srimin...... Bahwa, cinta yang menguatkan mereka untuk menjalani hari-hari bersama, bahwa kebahagiaan hadir dalam beragam cara, dalam cinta tentang seni dan budaya, yang hadir di tengah kehidupan mereka berdua.....

"Saya mendapat kebahagiaan dari dunia seni, maka saya kembalikan kebahagiaan itu kepada dunia seni itu sendiri". Pande Wayan Suteja Neka, sebagaimana tertulis dalam buku beliau, "Keris Bali Bersejarah" (2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar