Senin, 18 Desember 2017

YJHN dan Baksos V ke Karangasem, Minggu, 17 Desember 2017





Ketika kita berupaya berbuat baik, kadang ada yang bertanya penyebabnya, latar belakang kita, ada apa maksud dan tujuannya, bagaimana kelanjutannya, dlsb, dsb, dst….. Namun jangan pernah lelah untuk berbuat baik….

Kali ini kami kembali bersama-sama melakukan aksi. Demi kemanusiaan, bagi para korban yang alai dampak erupsi Gunung Agung, hari Minggu kami berkumpul bersama di  Warung Bubu Bali. Sudah ada tiga mobil di sana. Dua mobil tiba pagi ini dari Banyuwangi, salah satunya, mobil pick up / pengangkut barang, penuh dengan muatan.



Menurut rencana, kali ini kami meyalurkan Bantuan Ke Pengungsi Erupsi Gunung Agung, pada Posko Pengungsi, Minggu 17 Desember 2017, di : 

1. Banjar Sibakan Kauh, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem
2. Banjar Sibakan Kangin, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem
3. Banjar Dinas Segah, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem
4. Banjar Pande Sari, Desa Bebandem, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem
5. Banjar Tengah, Desa Bebandem, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem
6. Kantor Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem

 

Bantuan ini Persembahan dari saudara2 di Banyuwangi yang disalurkan melalu Parisada Hindu Dharma Siliragung Banyuwangi, bersama Pasraman Jnana Sila Bhakti di Kepulauan Riau serta Para Donatur Yayasan Jaringan Hindu Nusantara.



Kabupaten Karangasem atau Karangasem adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Bali, Indonesia. Di kabupaten ini terletak pura terbesar di Bali, yaitu Pura Besakih. Karangasem mempunyai 8 kecamatan, 3 kelurahan, 75 desa, 52 Lingkungan dan 552 dusun, 185 Desa Adat dan 605 Banjar Adat.
Semenjak memasuki daerah Nongan, kami di temani oleh bapak Wayan Astawa, Koodinator posko pengungsi di KecamatanRendang, Kabupaten Karangasem. 












Medan yang berat, dengan turunan dan tanjakan curam, membuat mobil pick up dari Banyuwangi gagal move on. Barang-barang terpaksa diturunkan dari mobil, dan diangkut berkali-kali dengan motor, dipanggul dan berjalan kaki, hingga akhirnya tiba bantuan mobil pick up dari lokasi posko pengungsi Desa Nongan.



Pos yang menjadi tujuan pertama adalah Pos Pengungsi di Banjar Sibakan Kauh, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini, pengungsi berasal dari Geliang Pempatan. Seratusan kepala keluarga, beserta puluhan anak-anak usia balita hingga SD merubung, menangis minta bingkisan yang kami bawa, sumbangan dari anak-anak Pesraman Jnana Sila Bhakti di Kepulauan Riau.

Pos yang menjadi tujuan berikutnya adalah Pos Pengungsi Banjar Sibakan Kangin, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini, pengungsi berasal dari Desa Temukus, di atasnya Pura Besakih.














Pos ketiga yang menjadi tujuan kami adalah Pos Pengungsi yang terdapat pada Banjar Segah, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini, jumlah pengungsi sebanyak 293 orang. 









Pada Pos yang menggunakan Wantilan Desa di Banjar Segah ini juga sedang berlangsung kegiatan pengabdian, bakti sosial, yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa. Bersama 15 mahasiswa Fakultas Kedokterannya, dibawah coordinator dokter Santi dan teman-teman, mereka melakukan pengecekan kondisi kesehatan para pengungsi. 

“Keluhan para pengungsi adalah tentang batuk, tenggorokan terasa kering, perih dimata, dan lemas”, ujar Rangga yang memegang payung agar para pengungsi tidak kepanasan, sebab pengecekan dilakukan di lapangan terbuka.

Di Desa Bebandem, kami ditemani oleh bapak Wayan Budiana, koordinator posko pengungsi disini, untuk meninjau dan menyalurkan bantuan di Banjar Pande Sari dan Banjar Tengah. 



Pos ke empat berikutnya adalah Pos Pengungsi di Banjar Pande Sari, Desa Bebandem, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem ini, pengungsi berasal dari Desa Liligundi.

Miris sekali melihat kondisi para pengungsi di Banjar Pande Sari. Dengan penutup dinding dari hawa dingin berupa terpal plastik tipis seadanya, mereka berjuang melawan hawa dingin dan hujan yang terkadang membuat becek lantai tanah di bawah bale bambu tempat mereka tidur, juga menciprati tubuh mereka.

Di lokasi pengungsi ini terdapat 75 an anak-anak pengungsi yang masih balita hingga SMP. Mereka duduk di tengah halaman lokasi pengungsi, bernyanyi bersama, mengikuti kuis yang diajukan bunda Dea, juga perwakilan umat dari PHDI Banyuwangi. Ah, sungguh tatapan polos itu menusuk hatiku, seolah berkata, “Kami juga berhak bahagia, kan, bunda ??”. 

Kaum pria pulang ke lokasi rumah dan perkebunan mereka di pagi hari, mengecek sawah, ladang, juga rumah yang terdampak erupsi Gunung Agung, lalu kembali ke lokasi pengungsian pada sore harinya. Sempat pula kulihat, kaum perempuannya mengulat berbagai anyaman dari bamboo, atau ilalang yang didatangkan dari Lombok. Mereka memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik mungkin.

Berikutnya lagi, Pos ke lima adalah Pos Pengungsi di Banjar Tengah Desa Bebandem, pengungsi berjumlah 100 orang, berasal dari Desa Tihing Seka. Kulihat sekumpulan ibu-ibu dan remaja putri yang merupakan para pengungsi, sedang membuat prasana banten dari bahan janur. Mereka membawanya ke pasar, dijual, dan memperoleh uang untuk biaya keperluan mereka.







Pos yang terakhir, atau ke enam kami kunjungi, adalah Kantor Desa Padang Bai di Kecamatan Manggis.


“Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyusun rencana dan melakukan berbagai aktivitas terkait para pengungsi, khususnya anak, atau trauma healing di pengungsian, agar mereka tidak jenuh dan tetap terjaga psikologisnya,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, 16 Desember 2017.



Benar, karena kita tidak pernah bisa berjalan sendiri dan terpisah atau terkotak-kotak, maka berbagai pihak saling bahu membahu, membangun jejaring, melakukan koordinasi untuk bekerja sama membantu menangani dampak erupsi Gunung Agung ini. Berbagai instansi, lembaga masyarakat dan lembaga pendidikan, organisasi, dan badan individu yang telah melaksanakan kegiatan tersebut.  



Kali ini, Hari Minggu, 17 Desember 2017, Pesraman Jnana  Sila Bhakti di Kepulauan Riau, Yayasan Jaringan Hindu Nusantara. Bersama dengan Rombongan dari Kecamatan Siliragung Banyuwangi, yang membawa bantuan masyarakat, yang disalurkan melalui Parisadha Hindu Dharma Indonesia Kecamatan Siliragung Kabupaten Banyuwangi, Masyarakat memberikan bantuan berupa :

1.      Beras 945 kg
2.      Minyak goreng 137 liter
3.      Gula 120 kg
4.      Mie instan 31 dus
5.      Krupuk I sak
6.      Bawang putih / merah 10 kg
7.      Nangka sayur 7 sak
8.      Kopi 1 dus



Terdapat total 239 posko atau titik pengungsian tersebar di berbagai kabupaten di Propinsi Bali, dengan jumlah tercatat 71.668 jiwa pengungsi. Tercatat di antaranya 3.321 balita di Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung 527 balita, Kabupaten Bangli 49 balita, Kabupaten Gianyar 85 balita, Kabupaten Tabanan 78 balita, Kota Denpasar 61 balita, Kabupaten Jembrana 26 balita. Total keseluruhan 4.147 balita, update data BNPB per 17 Desember 2017, pukul 18.00 WITA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar