Sabtu, 24 April 2021

Niwatakwaca, Arjuna, Makna Galungan Kuningan, dan Hindu GL

NIWATAKWACA, ARJUNA, MAKNA GALUNGAN KUNINGAN, DAN HINDU GL

Swargaloka terguncang…

Seorang manusia sakti berhasil menembus benteng pertahanan mereka.

Manusia sakti itu, Niwatakwaca, kini berdiri berkacak pinggang di pintu gapura Indraloka, menanti para dewa menyerahkan Kembang Tunjung sebagai pertanda pengakuan kekalahan.

Niwatakwaca adalah manusia biasa, yang karena ketekunannya bertapa, memperoleh restu Dewa Siwa, sehingga memiliki kesaktian yang tak tertandingi di 3 dunia. Namun sebagaimana biasanya, Dewa Siwa selalu memberikan kelemahan dibalik setiap kekuatan, dan kelemahan Niwatakwaca adalah dipangkal lidah.

Barangsiapa mampu menyerang telak titik lemah itu, maka Niwatakwaca akan mati.

Maka, diam-diam Dewa Indra mengirim utusan turun ke bumi menemui Arjuna. Arjuna adalah satu-satunya manusia yang memperoleh restu Dewa Siwa berupa ilmu Dhanurweda, ilmu yang membuat Arjuna mampu melepaskan anak panah secepat kilat tanpa meleset sedikit pun.

Dengan tekad penuh bhakti, Arjuna memacu kereta Kencana Dewa Indra untuk menemui Niwatakwaca dan menantang sebuah pertarungan. Maka pertempuran sengit pecah. Berhari-hari pertarungan berlangsung, Arjuna mulai lelah dan terlihat mendekati kekalahan.

Niwatakwaca tertawa mengejek, melecehkan, meremehkan lawan. Mulutnya terbuka lebar tertawa dengan pongah. Tiba-tiba tawanya terhenti saat mendadak sontak sepucuk anak panah tertancap di pangkal lidah, dia terkulai mati.

Dimasa kini, banyak “manusia sakti” seperti Niwatakwaca. Di panggung orasi, podium, saat ceramah, di media sosial, saat berdiskusi atau berdebat, mereka bertarung dengan lisan dan tulisan. Namun demikian, lebih dari Niwatakwaca, manusia – manusia ini memiliki 2 kelemahan sekaligus, di lidah dan di ujung jari.

Lidah yang menghasilkan ujaran-ujaran, dan jari yang menghasilkan status, berita, atau sekedar “share” berita. Kadang mereka “Shakti” seperti Niwatakwaca, senjata-senjata sulit menjangkau mereka karena banyak tameng yang menjadi pelindung. Namun tunggulah saatnya, ketika Arjuna dating mewakili hokum karma.

Hanya perlu satu anak panah yang menembus pangkal lidah bagi yang tidak bisa menjaga ucapan, atau satu Pasupata yang menancap di jari bagi yang tidak menjaga tulisan, lalu tamatlah riwayatnya.

Maka, mari gunakan media social dengan cerdas dan santun, agar tidak bernasib sama seperti Niwatakwaca.

Selamat Hari Raya Kuningan. Hari Raya sebagai pengingat bahwa Dharma yang sudah dimenangkan dan dirayakan saat Galungan, perlu dijaga dan dikawal terus dengan penuh kesadaran dan kesabaran.

Bukan sesuatu yang mudah, karena Niwatakwaca mewujud dalam berbagai bentuk, ruang dan waktu. Semoga kita semua adalah “Arjuna” nya.

Copas dari Hindu GL. Sabtu, 24 April 2021.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar