Minggu, 25 April 2021

PENYINTAS COVID-19

 


PENYINTAS COVID-19

Begitu mendapat info merebaknya virus ini pada akhir tahun 2019, masyarakat di seluruh dunia mengalami kecemasan luar biasa. Beragam informasi yang beredar, dampak yang ditimbulkan, upaya pengobatan dan antisipasi yang dilakukan demi pencegahan, bagai berlomba dengan waktu. Tak pernah sedikitpun berpikir bahwa dampaknya bakal begitu luar biasa, merambah di seluruh dunia. Mulai dari perekonomian, pendidikan, perdagangan, sosial, pariwisata dan perhotelan, pertanian, dan berbagai aspek kehidupan bagai terhenti.

Menerima info begitu banyak korban langsung penderita virus Corona, membuatku semakin waspada. Jadwal vaksinasi tahap pertama yang akan kuterima bersama suami saat itu, Selasa 16 Maret 2021, semakin membuatku mempersiapkan diri dengan sebaiknya. Kami melakukan tes swab PCR, tes usap secara mandiri, sehari setelah Hari Raya Suci Nyepi, Senin, 15 Maret 2021, sebelum keesokan harinya menerima vaksin di salah satu RS di kota Denpasar. Vaksin Covid-19 pertama berjalan lancar, dangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) berupa sedikit nyeri dan rasa ngantuk seharian mendera. Keesokan hari kami sudah melanjutkan aktivitas seperti biasa. Aku terjadwal menerima suntikan vaksin kedua pada Hari Selasa, tanggal 30 Maret 2021. Bertepatan dengan Pujawali, Anggara Kasih Julungwangi, hari piodalan di Merajan Dadia, Banjar Kapit, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Suami terjadwal menerima vaksin kedua dengan rentang waktu lebih lama, satu setengah bulan kemudian, dengan alasan sudah termasuk kategori lansia. Bahkan, setelah kuikuti menerima suntikan vaksin kedua, kembali di RS di tengah kota Denpasar ini, tidak ada faktor ikutan yang berarti, kecuali sedikit mengantuk. Hari Selasa, 2021.

Putra pertamaku mengeluh mengalami demam. Kami bikir ini adalah gejala biasa, karena kelelahan setelah rangkaian upacara yang melelahkan, pulang kampung dan kehujanan. Dia memutuskan melakukan tes swab PCR secara mandiri pagi hari Kamis, 1 April 2021. Siang hari informasi hasil tes keluar, dia dinyatakan positif Covid. Tentu sebagai seorang ibu, aku sangat kaget. Bukan karena berharap ini April Mob. Namun panik dan histeris tidak akan menyelesaikan masalah. Aku yang sedang berada di kantor, segera menyampaikan informasi pada pimpinan, mohon ijin untuk permisi pulang. Kuminta anak-anakku segera pulang, dan merencanakan tes swab secara mandiri bagi kami semua. Kusiapkan rencana panjang bagi kesembuhan keluarga. Menyediakan bahan makanan selama isolasi mandiri yang entah berapa lama akan berlangsung.

Jum’at pagi, 2 April 2021, setelah melakukan tes swab PCR, aku dan kedua anakku dinyatakan positif Covid-19, suami negatif. Tidak ada rujukan perawatan secara khusus. Kami melakukan isolasi mandiri di rumah. Kusampaikan informasi sesuai protockl kesehatan, kepada seluruh warga di perumahan kami dan kepala lingkungan mengenai situasi terkini keluarga kami, kepada pimpinan di kantorku, juga di kantor suami, kepada keluarga besarku. Aku juga menghubungi para sahabat dan anggota keluarga, menanyakan pengalaman mereka dan memohon informasi bagaimana sebaiknya dalam menghadapi situasi ini.

Berhubung suami dinyatakan negatif Covid-19, untuk memudahkan penanganan, maka suami yang mengisolasi diri. Dengan penggunaan kamar mandi dan kamar tidur terpisah.

Begitu banyak cinta yang kami terima, penguatan berupa motivasi dan doa yang dipanjatkan oleh para sahabat, tetangga, bahkan orang yang tidak kami kenal sekalipun. Keluarga kami mendapatkan berbagai bahan makanan, mulai dari beras, sayur, daging, mie, telur, kue berbagai rupa dan rasa, air mineral, makanan jadi, vitamin, obat, berbagai buah, bahkan mendapatkan air rebusan daun keniren atau sambiloto yang terkenal pahit, beserta daun keringnya, untuk dibuat minuman. Aku sungguh terharu. Merasa tidak sendirian dalam perjuangan meraih kesembuhan. Hari-hariku selalu mendapatkan pencerahan dengan berbagai informasi pengalaman mereka yang merupakan penyintas Covid-19, atau anggota keluarganya pernah menderita Covid-19, bahkan mereka berupaya mendapatkan informasi dari para pakar lainnya, dalam rangka membantuku menangani penyakit Covid-19

Gejala yang kurasakan beserta keluarga, berbagai macam. Putra pertamaku demam, panas naik dan turun tidak terkirakan, hingga harus dikompres sepanjang malam. Mereka mengalami indra penciuman tidak bisa membedakan dan merasakan bau parfum atau rasa makanan. Putra keduaku tidak mengalami demam, namun sempat mengalami mimisan memasuki hari ketiga, menandakan panas di dalam tubuhnya. Putra pertamaku mengalami sesak nafas, dan kesulitan bernafas di malam ke empatnya, dan dibantu dengan alat bantu pernafasan dari tabung oksigen yang kami sediakan. Kupaksa mereka sarapan di pagi hari, meski terkadang mereka menolak. Aku berupaya mereka makan teratur dan bergizi demi kesembuhan segera.

Setiap pagi kami berjemur di halaman, berolah raga, dan mencoba tetap fokus, bergembira, melalui dengan nonton film yang lucu, hingga nonton film horor bersama. Kusediakan potongan buah naga setiap pagi, siang, dan sore, yang harus mereka habiskan agar panas tubuh terkendali. Selalu ada kegiatan yang kami lakukan bersama untuk mengatasi rasa jenuh dan menghindari tegang atau panik akibat memikirkan penyakit ini. Aku sempat mengalami kesulitan bernafas memasuki hari ketiga, dan mengalami gejala halusinasi hingga tidak bisa tidur beberapa malam. Terus menerus kupantau suhu tubuh dan tingkat saturasi anak-anak dengan alat yang kami beli untuk keperluan ini. Memasuki hari kelima, situasi sudah semakin membaik, indra penciuman dan perasa kami sudah mulai pulih. Namun aku tidak boleh lengah. Tetap kuminta kami waspada dan saling mengingatkan satu sama lain. Apalagi kali ini suami ikutan mengalami gejala batuk berkepanjangan dan pilek. Aku khawatir bila dia tertular kami juga.

Setiap malam tidak pernah tidur lelap, hanya satu jam per hari. Covid-19 membuat syaraf tidak bekerja sempurna. Disamping gagal fokus akibat gangguan syaraf, mudah merasa lelah, dan rasa was-was yang membuatku selalu terjaga, memperhatikan gerakan pernafasan anak-anakku, juga kondisi mereka sepanjang malam. Kuupayakan peralatan dan pakaian kami harus dalam kondisi bersih dan siap dipergunakan kembali.

Senin, 12 April 2021. Kami menjalani tes swab PCR kembali. Hasilnya sungguh membahagiakan, kami semua dinyatakan sudah negatif Virus Corona-19. Termasuk suami, dia juga tetap negatif. Kusampaikan berita membahagiakan ini kepada keluarga, para tetangga di perumahan kami, para sahabat, sesama alumni Psikologi Universitas Gadjah Mada, sesama Alumni KMHD UGM, rekan di kantor, pimpinan kantorku. Namun kami tetap melanjutkan isolasi mandiri selama tiga hari ke depan, kembali melakukan tes swab PCR, demi kebaikan diri kami, orang – orang terkasih di sekeliling kami, dan orang lain yang berhubungan dengan kami. Tetap waspada, dan melakukan aktivitas sesuai protokol kesehatan.

Berbagai rasa yang terlibat dalam pandemi yang kami alami…. Mulai dari sedih, resah, galau, cemas, panik. Aku berusaha tidak marah, kecewa, mencaci. Kesibukan membantuku mengatasi hadirnya pikiran yang aneh dan perasaan yang bisa membuatku semakin terpuruk. Aku merancang menu olahan makanan bagi keluarga, meski sederhana, namun bisa meningkatkan imun atau antibodi di dalam tubuh mereka, aku menyibukkan diri dengan beres-beres seisi rumah, aku membuat materi beberapa tulisan, untuk beberapa jurnal, aku berdiskusi dengan para mahasiswa terkait perkembangan proses pembelajaran, berdiskusi dengan anak-anak terkait kegiatan belajar mereka.

Kami bersembahyang bersama. Meski tidak bisa merayakan Hari Suci Galungan dan Kuningan seperti biasa, kami tetap bersembahyang. Bahkan, hari lahirku yang jatuh tanggal 5 April, cukup dilalui dengan berdoa di dalam hati. Bersyukur atas segala ujian dan tantangan, cobaan yang hadir di tengah kami sekeluarga, segalanya kami pasrahkan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Kuasa. Lahir, hidup dan mati, penyakit, kesehatan, kebahagiaan, semua terjadi hanyalah atas kehendak Beliau. Tugas kita semua menjalani kehidupan dengan sebaik mungkin. 

Kamilah Penyintas Covid-19, pasien penderita yang sudah sembuh dari Covid-19.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar